Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Muhammadiyah: Pemilu Harus Gembira Seperti Lomba 17 Agustus

Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir berharap pelaksanaan Pemilu 2019 berlangsung dalam suasana penuh perdamaian.

11 Februari 2019 | 19.53 WIB

10_nas_haedarNashir
Perbesar
10_nas_haedarNashir

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Yogyakarta-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berharap pelaksanaan Pemilu 2019 berlangsung dalam suasana penuh perdamaian dan bukan ajang menebar permusuhan. “Suasana politik saat pemilu itu yang dibuat riang, gembira, seperti kalau pertandingan 17 Agustusan itu, jangan seperti laga El Clasico,” ujar Haedar di sela Seminar Pra Tanwir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin 11 Februari 2019.

Istilah El Clasico merujuk laga antara dua klub sepak bola besar asal Spanyol, yakni antara Barcelona versus Real Madrid. Untuk mewujudkan suasana politik yang riang gembira penuh nunasa persaudaraan itu, mau tak mau berbagai pihak harus ikut menjadi penggerak perdamaian. Terutama kalangan intelektual agar tak segan terjun ke masyarakat menyebarkan benih perdamian.

Baca: Ketum PP Muhammadiyah: Situasi Politik Pemilu Seperti El Clasico

“Kaum intelektual harus menjadi kekuatan yang ikut turun untuk mencerahkan akal budi masyarakat, mengajak masyarakat memelihara nilai-nilai kebajikan di tengah situasi politik,” ujarnya.

Haedar menilai saat ini banyak kalangan yang masih diam seperti silent majority termasuk di kalangan intelektual. Ia menduga para kaum intelektual itu memilih diam karena biasanya mereka merupakan orang rendah hati dan tidak ingin menonjolkan diri.

Simak: Kapolda Kalbar: Waspadai Peredaran Uang Palsu Jelang Pemilu

Meskipun ada juga kaum intelektual yang terjun dalam politik langsung dan menjadi tim sukses di tiap pasangan calon presiden dan wakil presiden. Haedar pun berharap di tengah situasi politik 2019 yang seperti perulangan pemilu 2014 ini, kalangan intelektual mau turun untuk ikut memberikan pencerahan kepada masyarakat.

"Jadi kaum intelektual bisa memberikan pencerahan ‘ini lo politik itu.' Politik kan sebenarnya alat demokrasi yang baik bagi bangsa dan negara, bukan untuk perang dan bermusuhan," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Kukuh S. Wibowo

Kukuh S. Wibowo

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus