Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa warga yang sering memancing dan menjala ikan di Kanal Banjir Timur (KBT), Marunda, Jakarta Utara, mengeluhkan lautan busa tebal di dekat Pintu Air Weir 3. Salah satunya Dedi Purwana, 38 tahun. Tiap akhir pekan, pekerja swasta itu selalu memancing di KBT.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Busa ini mulai banyak dan mengganggu sekitar empat bulan terakhir. Ikan pada enggak mau makan, udah dari jam enam pagi belum dapat," kata warga Tanjung Priuk tersebut. Saat ditemui di lokasi, Dedi tengah memancing di Pintu Air Weir 3, Marunda, Jakarta Utara, Ahad, 25 Maret 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sudah lebih dari tiga bulan, masyarakat yang tinggal di dekat Kanal Banjir Timur, Marunda, Jakarta Utara, melihat lautan busa. Busa-busa tersebut mengambang di pintu air Kanal Banjir Timur yang tengah dibendung.
Berdasarkan pantauan Tempo, busa tersebut memenuhi pintu air sepanjang hampir 100 meter. Jika terkena angin, busa yang tebalnya sekitar 5-7 sentimeter tersebut bergulung-gulung dan beterbangan.
Dedi menduga lautan busa ini berasal dari pencemaran air limbah. "Saya harap Pemerintah DKI meninjau sebab KBT ini kan sudah jadi aset bersama. Apalagi kini KBT bisa bermanfaat bagi warga sebagai tempat rekreasi murah," ujarnya.
Slamet Pujiono, 35 tahun, yang tiap akhir pekan menjadi penebar jala di Kanal Banjir Timur, juga merasakan hal yang sama dengan Dedi. Sebelum busa menjadi setebal saat ini, dia selalu mendapat ikan ketika menebar jala.
"Sebelum ini, nebar enggak ada kosongnya, pasti ada terus. Setelah banyak busa ini, jadi kadang ada kadang enggak," ucap Slamet, warga Kampung Bogor, Kompleks Harapan Indah, Bekasi.
Menurut pria yang sehari-hari bekerja sebagai driver ini, busa tebal telah muncul sejak 2017. Namun busa tebal mulai benar-benar mengganggu sejak akhir 2017. Bahkan lautan busa tersebut telah menyebabkan ikan-ikan air tawar mulai menghilang di sekitar Pintu Air Weir 3 KBT di Marunda.
Slamet menduga lautan busa tebal di Kanal Banjir Timur berasal dari pencemaran limbah pabrik. "Kalau rumahan, sepertinya enggak tebal seperti ini dan juga enggak berbulan-bulan seperti ini," tuturnya.