Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemilik akun Twitter @fchkautsar yang menulis 'Polisi se-Indonesia bisa diganti satpam BCA aja gaksih' ditelepon oleh dua nomor tidak dikenal berkode kode +62 dan +1. Nomor itu memanggil dua nomor telepon korban, termasuk yang hanya digunakan untuk paket data.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network atau SAFEnet, Damar Juniarto, menilai peristiwa ini membingungkan dan mengundang pertanyaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Bagaimana mungkin orang bisa menelepon nomor milik korban yang tidak pernah di-posting di mana-mana, dan nomor tersebut adalah nomor yang hanya dia gunakan untuk paket data," ujar Damar kepada Tempo, Ahad, 17 Agustus 2021.
Damar mengatakan, beberapa cara bisa dilakukan untuk mendapat nomor telepon orang lain. Salah satunya dengan menghubungi provider. Namun hingga kini, Damar tidak mengetahui siapa yang menghubungi Fachrial.
"Dia memiliki kekuasaan di luar kebanyakan orang."
Ihwal panggilan dari luar negeri yang dialami Fachrial, Damar mengatakan bahwa kejadian sejenis pernah terjadi sebelumnya. Kode +1 sendiri merupakan nomor telepon asal Amerika Serikat atau Kanada. Damar mengatakan spam call pernah diterima oleh orang-orang yang terlibat peristiwa politik di Indonesia, seperti mereka yang menentang Undang-Undang Omnibus Law.
Setelah menerima telepon itu, Fachrial berkonsultasi ke SAFEnet. Damar mengatakan pihaknya masih memprioritaskan keamanan korban. Ia belum menyebut adanya rencana melapor ke polisi.
"Yang penting korban tenang dulu," kata Damar.
Tidak hanya telepon dari orang tidak dikenal, Fachrial juga menerima banyak direct message atau DM di akun Instagram pribadinya pasca twit soal Satpam BCA itu. Pesan yang diterima berisi ancaman dan intimidasi. Banyak akun pengancamnya anonim, dan ada juga yang memiliki foto profil berseragam polisi.
Twit itu ditulis Fachrial pada Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 21.45. Kepada Tempo, dia mengatakan bahwa cuitannya tidak bermaksud mendiskreditkan instansi tertentu. Apalagi, kata Fachrial, dirinya juga tak menyebut nama Polri melainkan 'Polisi se-Indonesia'. Dia mengaku menuliskan kalimat tersebut sesaat sebelum tidur.
"Benar-benar murni unek-unek biasa saja," kata Fachrial.
Unek-unek itu juga dibuat bukan berasal dari pengalaman buruk Fachrial berurusan dengan polisi. Hanya saja, kata dia, selama dua pekan sebelumnya banyak isu dan kritik yang menyelimuti anggota kepolisian. Mulai dari penyelidikan kasus pemerkosaan di Luwu Timur, hingga insiden aparat membanting mahasiswa di Tangerang.
M YUSUF MANURUNG