Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selain berisiko mengalami gangguan kesehatan pada otak, jantung, dan pernapasan, bayi prematur juga berisiko mengalami gangguan mata yang disebut Retinopati Prematuritas (ROP). Gangguan ini disebabkan oleh pertumbuhan pembuluh darah retina yang tidak sempurna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bayi prematur dianjurkan mendapatkan pemeriksaan mata untuk mengetahui ada tidaknya gangguan ROP. Lebih cepat terdeteksi semakin baik penanganannya dan juga kualitas penglihatan bayi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Efek buruk ROP dapat dicegah dengan pemeriksaan pada waktu yang tepat, dengan terapi pengobatan sedini mungkin,” ujar dokter spesialis mata anak Rita Sita Sitorus, dalam seminar kesehatan Deteksi dan Pencegahan Gangguan Penglihatan pada Bayi Prematur, di Jakarta, Jumat, 27 Oktober 2017.
Pemeriksaan ROP pada bayi prematur menggunakan kamera retina digital. Saat ini alat tersebut hanya ada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Untuk meminimalisir kasus ROP pada bayi prematur, RSCM meminjamkan kamera retina tersebut kepada rumah sakit umum daerah di Jakarta. Program ini didukung oleh Standard Chartered dan Helen Keller International.
“Kami melakukan jemput bola ke rumah sakit daerah, meminjamkan kamera retina untuk memeriksa ROP bayi prematur, daripada mereka yang jauh-jauh datang ke RSCM,” ujar Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Mata Universitas Indonesia ini.
Setelah pemeriksaan ROP, selanjutnya dokter mata akan merekomendasikan tindakan pengobatan yang harus dilakukan. Tindakan pengobatan berupa laser, suntikan anti VGEV, dan operasi retina mata.
Beberapa bayi prematur yang mengalami ROP dapat hilang secara spontan seiring dengan pertumbuhan bayi dan perkembangan retina. Sementara lainnya dapat mengalami ROP dalam stadium lanjut yang dapat mengakibatkan kebutaan.