Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Butuh waktu bagi bayi untuk belajar cara memfokuskan mata dan menggerakkannya dengan benar karena mereka lahir tidak langsung memiliki kemampuan visual. Mata bayi baru lahir tidak terkoordinasi dengan baik, dan bisa mengembara atau menyilang. Pemeriksaan perlu dilakukan ketika mata tampak berputar ke dalam atau ke luar secara terus menerus. Anak sering mengalami masalah penglihatan, seperti mata juling atau strabismus yang perlu diwaspadai oleh orang tua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anak-anak tidak mengerti perbedaan antara normal dan abnormal. Apapun yang mereka lihat, mereka anggap biasa saja. Mereka jarang mengeluh terutama ketika masalahnya ada di 1 mata atau ketika penglihatan sedikit berkurang di kedua mata. Karena itu, orang tualah yang perlu waspada terhadap masalah penglihatan mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Khyati Jain, dokter spesialis mata di India mengatakan bahwa bayi yang baru lahir mengalami hiperopia dan bukan rabun. Tapi orang tua yang memiliki riwayat miopia atau bayi prematur rentan mengalami miopia atau mata minus. "Cara terbaik untuk mengidentifikasi adalah dengan skrining. Tidak ada cara lain untuk mengidentifikasi miopia tanpa pemeriksaan. Saya sering melihat anak-anak berusia 12 tahun tidak mengeluh tentang apa pun dan berkacamata saat ujian. Mereka memang melihat dengan indah setelah memakai kacamata," kata dia, dilansir dari Times of India, Sabtu, 16 Desember 2022.
Ada beberapa alasan yang mempengaruhi kesehatan mata bayi, salah satunya adalah genetik. Awalnya ketika kedua orang tua berkacamata, bisa dibilang si anak akan membutuhkan kacamata. Bahkan jika orang tua tidak berkacamata pun, anak mungkin masih membutuhkannya. Karena kita tidak dapat mengubah struktur genetik, jadi fokuslah pada pencegahan faktor risiko lainnya.
Faktor lainnya adalah fiwayat prematuritas dan kelebihan beraktivitas dengan penglihatan yang terlalu dekat.
Untuk mencegah mata minus pada anak, ajak anak menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan, terutama di bawah sinar matahari. Ini terbukti secara ilmiah sekarang. Anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu di bawah sinar matahari cenderung memiliki insiden miopia yang rendah dan kemungkinan perkembangan miopia yang lebih rendah.
Baca juga: Terapi Orthokeratology Diklaim Ampuh Atasi Mata Minus Anak
Lalu, hindari aktivitas dekat yang tidak perlu terutama dengan televisi atau gawai. Tetapi sulit melarang anak melakukannya.
“Secara keseluruhan, saya hanya ingin mengatakan bahwa kita mengundang masalah untuk diri kita sendiri. Berpikir cerdas. Bertindak cerdas. Gunakan gadget pintar dengan bijaksana," kata Jain.
Untuk mengetahui apakah anak memiliki masalah penglihatan atau tidak, perhatikan tanda-tanda betikut ini.
-Perkembangan keterampilan motorik lambat
-Mata merah, berair atau iritasi
-Sering mengucek mata
-Kemampuan yang buruk untuk berkonsentrasi pada atau melacak objek
-Mata berkedip berlebihan
Jika seseorang mengidentifikasi gejala lain atau kebiasaan terkait penglihatan yang tidak biasa, sebaiknya bawa anak tersebut untuk pemeriksaan mata.
Gejala miopia yang sering muncul meliputi objek yang jauh terlihat kabur atau tidak jelas, objek yang dekat terlihat jelas, sakit kepala, ketegangan mata, dan menyipitkan mata.
Untuk mencegah atau menghentikan perkembangan miopia, batasi waktu pada perangkat digital, istirahat layar untuk meregangkan otot mata, gunakan cahaya yang baik untuk membaca atau bekerja, perbanyak waktu di luar ruangan dan memakai kacamata hitam di luar.
TIMES OF INDIA
Baca juga: Ciri Mata Minus pada Anak yang Perlu Dikenali Orang Tua
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.