Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bayi yang baru lahir belum memiliki enzim pencernaan yang diperlukan untuk memproses bilirubin. Oleh karena itu mereka mudah terkena penyakit kuning. Semakin tinggi angka bilirubin semakin berbahaya bagi bayi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter secara berkala memeriksa kadar bilirubin bayi selama di rumah sakit. Penyakit kuning dapat terlihat jelas pada warna putih mata bayi yang baru lahir atau kulit yang menguning, urine yang pekat, serta feses yang pucat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Artikel lain:
Memahami 12 Bulan Pertama Tahap Perkembangan Bayi
8 Tanda Bayi Sudah Tumbuh Menjadi Balita
Kiat Memancing Perkembangan Otak Bayi
Manfaat Jika Bayi Rajin Ngemil
Bayi baru lahir yang menyusui ASI lebih kecil kemungkinan terkena bilirubin yang tinggi karena adanya gerakan usus. Jika bayi sering menyusui dan berjemur, penyakit kuning akan hilang dengan sendirinya, keluar melalui keringat, urine dan feses.
Sinar matahari pagi dapat memecah bilirubin. Penyakit kuning muncul saat bayi berusia lima sampai tujuh hari. Puncaknya saat bayi berusia dua minggu dan dapat berlangsung selama 3-12 minggu.
Pada hari pertama bayi lahir, biasanya pihak rumah sakit akan melakukan tes kadar bilirubin. Bayi yang memiliki risiko penyakit kuning lebih sering melakukan tes kadar bilirubin.
Umumnya penyakit hemolitik pada bayi baru lahir terjadi jika golongan darah bayi tidak sesuai dengan ibu. Jenis darah mereka berbeda. Antibodi dari ibu melalui plasenta menyerang sel-sel darah merah pada bayi yang baru lahir dengan cepat. Kadar bilirubin yang tinggi jika tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kerusakan hati dan otak.