Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Remaja Amerika Usia 17 Tahun Otak Peretasan Twitter, Raup Rp 2,6 Miliar

Clark, meski pun baru berusia 17 tahun, cukup berpengalaman hingga berhasil menembus jaringan Twitter tanpa terdeteksi.

2 Agustus 2020 | 10.29 WIB

Logo Twitter.[REUTERS]
Perbesar
Logo Twitter.[REUTERS]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang remaja asal Tampa, Florida, Amerika Serikat ditangkap kepolisian karena menjadi dalang dibalik peretasan akun-akun tokoh besar di Twitter beberapa waktu lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

The New York Times, dikutip Sabtu, 1 Agustus 2020, menulis, Graham Ivan Clark, yang baru berusia 17 tahun, ditangkap di apartemennya pada Jumat waktu setempat. Clark dikenai 30 tuduhan atas kejahatan besar, termasuk penipuan dan akan dihukum sebagai orang dewasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Clark baru saja lulus SMA di Florida. Dia tidak bertindak sendiri dalam peretasan besar ini, melainkan dibantu dua orang, yaitu Mason John Sheppard (19) asal Inggris Raya dan Nima Fazeli (22) dari Orlando, Florida.

Keduanya dituduh membantu Clark, yang menggunakan nama samaran Kirk, dalam peretasan. FBI menyatakan Clark dan Fazeli sudah ditangkap, namun, Sheppard belum dan akan dalam pengawasan.

Pengacara negara bagian Florida yang menangani kasus tersebut, Andrew Warren, menyebutkan Clark, meski pun baru berusia 17 tahun, cukup berpengalaman hingga berhasil menembus jaringan Twitter tanpa terdeteksi.

Clark menipu dan meyakinkan salah seorang pegawai Twitter bahwa dia salah seorang pekerja di departemen teknologi, memerlukan akses untuk masuk ke portal layanan konsumen, menurut pernyataan resmi Florida.

Para pelaku berafiliasi dengan komunitas peretas spesialisasi mengambil alih akun, menurut pakar keamanan siber, menggunakan metode SIM-swapping. Mereka meretas operator seluler untuk mengambil alih nomor ponsel dan informasi penting.

Mereka menargetkan pegawai Twitter kemudian mencuri informasi penting agar bisa masuk ke sistem internal platform tersebut. Setelah masuk sistem internal, peretas menyetel ulang kata kunci akun.

Peretas mencuit dari 45 akun yang diretas, mengakses kotak pesan 36 akun dan mengunduh informasi dari tujuh akun.

Peretas meminta pengikut akun-akun terverifikasi, antara lain milik Elon Musk dan Barack Obama, untuk mengirimkan uang dalam bentuk bitcoin. New York Times menuliskan penipuan tersebut menjaring uang senilai lebih dari 180.000 dolar AS (Rp 2,6 miliar). Sementara laman CNET, mengutip keterangan dari Departemen Kehakiman AS, melaporkan terdapat lebih dari 400 transfer senilai lebih dari 100.000 dolar AS (Rp 1,46 miliar).

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus