PERUSAHAAN Gas Negara di Jakarta menurut keluhan banyak
langganannya, mengeluarkan angin melulu dan jelaga (sulang
asap). Akibatnya, jumlah langganannya di DKI kini merosot ke
5000, dibanding 7000 beberapa bulan lalu.
"Ambyar deh PGN," RP Parwoto anggota direksi PGN, berkata kepada
Eddy Henvanto dari TEMPO. Ini garagara PGN memakai minyak tanah,
sebagai bahan bakar pengganti coking coal (sejenis batubara)
untuk membuat gas. Panas yang ditimbulkan minyak tanah hanya
3200 kalori, sedang coking coal mencapai 4000 kalori. Tentu saja
banyak konsumen karenanya mengeluh hingga, kata Parwoto lagi,
mereka beralih ke LPG.
PGN mulai memakai minyak tanah pada semester kedua tahun lalu
berhubung persediaan coking coal menipis di gudang. Batubara itu
biasanya khusus didatangkan dari Amerika dan lembah Ruhr, Jerman
Barat. Sejak '72 PGN bekerjasama dengan PT Mashur untuk
mengimpornya sampai 15.000 metrik ton setahun. Awal tahun lalu,
PGN menghentikan kerjasama dengan PT Mashur karena tertarik pada
penawaran dari perusahaan lain bernama PT Jasa Rimba Utama
(Jarut). Tapi ternyata PT Jarut itu, karena ditipu partnernya
(lihat rubrik Kriminalitas - red.), tidak berhasil mengimpor
bahan batubara itu sampai sekarang.
Dengan bahan batubara itu, PGN juga telah memperoleh produk
sampingan berupa cokes yang dijualnya kepada pabrik-pabrik gula.
Sekarang bukan hanya langganan gasnya, tapi juga pabrik-pabrik
gula dikecewakannya.
Patat Cerek
Pabrik-pabrik gula masih akan bisa mengimpor cokes dari sumber
lain. Namun, sebagai akibat penipuan tadi, PGN sudah mengalami
kerugian hampir Rp 100 juta. "Kami sudah ditegur Menteri," kata
Parwoto.
Selain di Jakarta, PGN mempunyai tanur pembakaran coking coal di
Medan (dihentikan '72), Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang,
Surabaya dan Ujung Pandang. Semua tanur itu mengalami kekurangan
bahan bakar. Tapi tanur yang paling merana ialah di Jakarta.
Guna melayani langganan di Jakarta, PGN bermaksud bekerjasama
dengan Pertamina, yang diharapkan mulai mengalirkan gas alam ke
DKI pada awal '78. Gas alam mempunyai derajat panas setinggi
8000 kalori. Menurut Parwoto, akan dialirkan sampai 90.000 meter
kubik gas alam sehari ke Jakarta dalam tahap pertama.
"Mudah-mudahan dengan gas alam ini, semburan pipa PGN nanti ke
para konsumen tidak lagi menghanguskan pantat cerek," katanya.
Di Jakarta, tanur pembakaran PGN selama ini berada di Ketapang
yang, menurut ketentuan Gubernur DKI, harus dipindahkan ke Pulo
Gadung. PGN, kata Parwoto,"tak punya biaya" untuk
memindahkannya. Lantas mau dijadikan besi tua? Nampaknya gas
alam dari Pertamina nanti akan mengurangi sakit kepala PGN.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini