Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

"Bursa" Koran-Majalah Lesu

Agen & pengecer mengeluh, penerbit mengakui oplah memang merosot, pengaruh resesi dan persaingan media cetak meningkat, sementara daya beli menurun. (md)

11 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK subuh Jalan Cikapundung di Bandung, Ja-Bar, kelihatan hirukpikuk. Sub-agen dan pedagang eceran surat-kabar dan majalah memang ramai mangkal di jalan itu. Ada semacam bursa media cetak di sana. "Tapi sejak 2 bulan terakhir ini pemasaran koran dan majalah terasa menurun. Banyak yang tak laku," tutur Mahyudin, salah satu sub-agen di sana. Misalnya, menurut Mahyudin, dulu 750 eksemplar Kompas biasa diedarkannya, tapi turun jadi 600 sejak September. "Saya rugi," keluhnya. Bahkan koran terbitan Bandung sendiri, Pikiran Rakyat, dalam penjualannya ikut merosot dari 2.200 eksemplar ke 2.000. PR memperlihatkan gejala menurun sejak Juni, katanya. Juga peredaran sejumlah majalah Ibukota menurun di "bursa" Bandung itu, rata-rata 10%. Hanya Sarinah yang naik peredarannya, menurut Mahyudin. Angka-angka dari Lukito, pemilik Cirebon Agency di Cirebon, Ja-Bar, lebih mengejut , Kompas, misalnya, kini hanya Lisa diedarkannya 2.500-an, turun dari 6.000-an (JuIi). Bahkan Sinar Harayan juga anjlok jadi 900-an dari 2.300-an. "Baru kali ini saya mengalami kemerosotan penjualan yang begitu bear," tutur Lukito. Cirebon Agency didirikannya 25 tahun yang lalu. Bagaimana di Jakarta? H. Mesri Pasaribu, pemilik CV Yan Nusantara, agen besar majalah dan koran di Ibukota, bisa-bercerita. Kartini katanya, dulu terjual 70.000 eksemplar, kini tak mencapai 50.000. Ny. Ida Gandung, Kepala Bagian Sirkulasi Kartini, tidak membantah. "Penurunannya terjadi sejak Lebaran yang lalu di seluruh Indonesia, 1015%," kata ibu 3 anak itu. Menurut sumber di Kompas, oplahnya sejak Januari sampai Juni mencapai 380.000, tapi kemudian merosot ke sekitar 360.000. Sedang Sinar Harapan, menurut Aristides Katoppo, Direktur PT Sinar Kasih, penerbitnya, "mengalami kenaikan oplah." Oplahnya raurata 220.000 akhir-akhir ini, dibandingkan dengan 210.000 setahun lalu. "Itu masih di bawah target 250.000 eksemplar," kata Katoppo. "Tapi sirkulasi kami 80% ke langganan tetap, sisanya ke eceran. Justru yang ke eceran itulah yang menurun," kata Perry Simorangkir, Manajer Sirkulasi SH. Di daerah lain? "Bali Post kini dicetak sekitar 13.000-an," tutur Pem-Umum Kt. Nadhas Koran terbesar di Bali itu biasanya dicetak 15.000-an, Mnurut M. Wonohito, Pem-Umum Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, oplah korannya subil. "Ajeg (konstan) saja," katanya. Ia tak bersedia menyebutkan oplah- nya yang konon 18.000-an. Tapi Masa Kini, harian di Yogyakarta juga, beringsut turun 10% oplahnya menjadi 6.000-an bulan-bulan terakhir ini. Sementara Susanto, agen koran dan majalah sejak 1959, mengatakan media cetak rata-rata menurun 15% di kota gudeg itu. Di Surabaya, peredaran koran dan majalah umumnya menurun sudah sejak usainya pemilu. Sebaliknya Jazla Pos dalam enam bulan terakhir ini menanjak terus. Di Medan, menurut Iqbal, pemilik agen koran dan majalah Pustaka obor, penjualannya atas penerbitan Jakarta merosot 10%. Itu terasa sejak September. Biro iklan juga terpukul. "Omset saya menurun 3040%," tutur Tio Boru Simanjunuk, pemimpin Sinar Advertising di Medan. Banyak perusahaan di daerah penghasil komoditi ekspor itu, katanya, membatalkan pemasangan iklan. Akibat resesikah semua itu? "Memang pengaruh resesi," kata Aristides Katoppo. "Sektor eceran kami rapuh." Ny. Ida Gandung, yang dari Kartini (oplah semula 187.000), mengatakan saingan makin banyak dihadapi majalahnya. Ia menunjuk Sarinah, yang beredar dengan harga lebih rendah. Menurut Drs. Zulmi Budjang, Kepala Bagian Sirkulasi Sarinah, maialahnya yang masih muda semula dicetak 35 .000, kini (nomor 6) 85.000. Tidak ada resesi baginya. Juga Femina (oplah 160.000) kata seorang petugas bagian sirkulasi nya, "belum sampai pada titik mengkhawatirkan." Penurunan oplah 5% katanya lagi, "gejala wajar saja."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus