Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Si Kuning Panas Lagi

Harga emas menghangat lagi, diramalkan pada akhir bulan mencapai Rp 10.000 per gram. Kenaikan harga ini erat hubungannya dengan turunnya suku bunga di Amerika. (eb)

11 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PELAN tapi pasti, harga emas nampak terus merayap. Akhir pekan lalu PT Central Indah Cakrawala (CIC), penyalur emas dan pedagang valuta asing di Jakarta, berani membeli Rp 9.550 per gram. Harga yang ditawarkan mencapai Rp 9.750. Sam Handoyo dari CIC meramalkan harga emas murni (LM) akan terus menanjak, "boleh jadi sampai Rp 10.000 akhir Desember ini," katanya. Suasana di 'bursa' emas Jalan Kenanga, Senen, Jakarta, akhir pekan lalu belum kelihatan sibuk. Namun di daerah yang menampung tak kurang dari 30 toko emas dan perhiasan itu, harga beli satu gram emas Sabtu lalu rata-rata mencapai sedikit di bawah yang ditawarkan CIC: Rp 9.650. Dua pekan lalu harga masih berkisar sekitar Rp 9.000 per gram. Tak heran kalau Menteri Keuangan Ali Wardhana, yang berkantor tak jauh dari 'bursa' emas Senen itu, baru-baru ini menganjurkan agar para anggota Komisi VII DPR menyimpan duitnya dalam emas. "Yang mau beli emas, silakan beli," katanya. "Ini nasihat gratis dari saya," sambung doktor di bidang moneter itu. Di luar negeri, dalam waktu dua bulan ini, harga emas naik dari US$ 330 menjadi 500 pel troy ounce (31,1 gram). Dua bulan lalu di Indonesia masih sekitar Rp 7.000 pergram. Ada apa? "Harga emas ini memang naik turun seperti ombak," kata Sam Handoyo. "Dan kenaikan yang sekarang, erat hubungannya dengan turunnya suku bunga di Amerika." Dia benar. Harga si kuning selamanya merupakan suhu yang naik turunnya, mencerminkan panas dinginnya keadaan ekonomi. Dan itulah yang terjadi tiga tahun terakhir. Suhu ekonomi dunia yang masih tak menentu selama ini pernah membuat harga emas membubung sampai Rp 15.000 pada Oktober 1980, kemudian menjatuhkannya sampai Rp 6.900 per gram pada Juni 1982. Lalu mengangkatnya lagi di atas Rp 9.500 akhir pekan lalu. Pergerakan harga yang tiada taranya ini menunjukkan betapa emas sangat sensitif terhadap perubahan keadaan. Perubahan yang terjadi pada tingkat bunga, inflasi, kurs, harga saham, dan situasi politik, dapat mengubah harga emas. Tingkat bunga, yang terjadi saat ini, bergerak terbalik dengan harga emas: Tingkat bunga naik, harga emas turun bunga turun, harga emas naik. Ketika tingkat bunga dollar di AS mencapai puncaknya 20% setahun pertengahan tahun ini, harga emas mencapai titik paling rendah. Bunga dollar kini turun menjadi sekitar 13%, dan harga emas mulai hangat lagi. Ini terjadi karena emas dan deposito selalu bersaing memperebutkan dana pemilik uang. Mana yang memberi hasil lebih banyak, ke situlah dana mengalir. Ada teori mengatakan, harga emas punya korelasi tetap dengan hatga minyak per bartek Sejak 1950, harga satu troy ounce emas sama dengan harga 18 sampai 22 barrel minyak. Kalau ini betul, artinya, harga emas sekarang seharusnya berkisar antara US$ 612 dan US$ 748 pet ounce, atau kalau diterjemahkan dalam rupiah berkisar antara Rp 11.000 dan 15 .000 per gram. Bahwa hal ini tak terjadi, menunjukkan masih adanya pengaruh luar biasa dari tingkat bunga yang belum normal. Kalau keadaan ekonomi notmal kembali, pengaruh permintaan dan penawaran akan dominan lagi. Dari segi penawaran, jumlah emas yang tersedia di pasaran diperkirakan tidak banyak berubah. Produksi emas di Afrika Selatan relatif tetap, dan Uni Soviet akan terus membatasi jumlah emas yang dijualnya. Di lain pihak industri yang menggunakan emas sebagai bahannya, seperti industri elektromka, toko perhiasan tukang gigi, akan meningkatkan permintaan emas mereka. Mereka kini mengalami resesi. Emas untuk keperluan perhiasan misalnya (di luar negara komunis) anjlok dari 1.008 ton pada 1978 menjadi hanya 120 ton pada 180. Tapi tahun depan, diperkirakan industri ini akan pulih kembali, dan permintaan emas diperkirakan bisa naik 10%. Ini saja, kalau benar akan terjadi sudah bisa menaikkan harga emas. Tapi kejadian pada 1980 yang mendorong harga emas sampai US$ 850 per ounce, (Rp 15.000 per gram pada waktu itu di Indonesia), nampaknya tidak akan terulang lagi. Keadaan waktu itu memang luar biasa. Inflasi di negara industri merajalela, dollar lemah terhadap mau uang lain, dan bunga juga-sangat rendah. Pemilik modal lari ke emas. Negara pengekspor minyak, termasuk Indonesia, ikut memborong emas untuk cadangannya. Di samping itu situasi politik juga cukup panas: invasi Uni Soviet ke Afganistan, munculnya Ayatullah Khomeini, peristiwa berdarah di Masjidil Haram, Mekah. Penyanderaan Kedutaan Besar AS di Teheran. Para ekonom umumnya tidak pernah bersimpati terhadap emas. Bagi mereka, pengaruh logam ini terhadap ekonomi sering tidak masuk akal. Mereka akan senang kalau bisa diciptakan satu sistem moneter yang bebas dari pengaruh emas. Tapi fakta menunjukkan, emas masih memiliki trifungsi yang misterius: sebagai alat penyimpan kekayaan, sebagai saluran investasi, dan sebagai komoditi dagang. Di sini, harga emas mengikuti pergerakan harga di luar negeri. Sekarang, kurs rupiah terhadap dollar mulai memainkan peranannya terhadap harga emas. Ini disebabkan nilai rupiah merosot dibanding dollar. Dan kalau rupiah merosot, orang cenderung untuk buru-buru membelanjakannya, membeli barang yang nilainya tidak ikut merosot. Sampai awal pekan ini, memang belum terasa adanya suatu "rush" (orang menyerbu emas) di Jakarta. ank Indonesia juga belum mau memborong emas seperti dilakukannya tahun 1980, untuk mengamankan sebagian dari cadangan devisa. Tapi jika awal Januari 1983 harga emas bisa mencapai di atas Rp 0.000 per gram, bukan mustahil nasihat Ali Wardhana akan terasa gaungnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus