Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LEHMAN Brothers kolaps satu setengah tahun lalu. Tapi dampak kehancuran bank investasi itu masih terasa dan dalam beberapa bulan ke depan bisa jadi bakal menyulut persoalan hukum buat Ernst & Young. Firma akuntansi nomor tiga di Amerika Serikat ini dinilai teledor atas manuver yang dilakukan Lehman sebelum bank yang dulu berpusat di Wall Street itu bangkrut.
Adalah laporan setebal 2.200 halaman yang dipublikasikan Jenner & Block, konsultan hukum yang ditunjuk United States Trustee guna menelisik kebangkrutan Lehman, yang membuka tabir itu. Terdiri atas sembilan bab, porsi terbesar laporan itu berpusat pada manuver akuntansi yang dilakoni Lehman. Sejak dilansir dua pekan lalu, dokumen itu langsung mengundang pergunjingan.
Hasil investigasi lebih dari satu tahun itu menjabarkan dengan detail bagaimana akrobatik akuntansi dilakukan Lehman Brothers untuk menyamarkan buruknya investasi yang membawa perusahaan itu ke jurang kehancuran pada September 2008. Laporan itu juga untuk pertama kalinya menyingkap setumpuk bukti yang menunjukkan Ernst & Young tidak teliti mengaudit pembukuan Lehman.
Setelah ditelisik, bank investasi yang didirikan oleh tiga bersaudara Lehman di Montgomery, Alabama, pada 1850 itu ketahuan melakukan rekayasa keuangan untuk menutup-nutupi ketergantungannya pada pinjaman. Caranya dengan menukar aset US$ 50 miliar dalam bentuk tunai sesaat sebelum laporan keuangan dipublikasikan, sehingga untuk sementara waktu beban utang di neraca keuangannya berkurang. Aksi ini terekam dalam transaksi yang dinamai Repo (kependekan dari repurchase agreement) 105. Lewat Repo 105, yang digunakan pertama kali pada 2001, dilakukan transaksi diam-diam memindahkan miliaran dolar dari pembukuan saat bank itu di bawah pengawasan ketat.
Sesungguhnya repo merupakan praktek lumrah di Wall Street. Praktek ini diterapkan guna mendapatkan pinjaman jangka pendek. Caranya, perusahaan meminjamkan asetnya kepada perusahaan lain dengan imbalan tunai untuk jangka waktu singkat, bahkan kadang hanya satu malam.
Namun dengan agresif Lehman memakai Repo 105. Sistem ini tampaknya memiliki transaksi terstruktur sedemikian rupa sehingga Lehman menjual sekuritas pada akhir kuartal dan berencana membeli kembali aset-aset itu beberapa hari kemudian. Efek dari manuver ini, untuk sementara waktu, bisa menurunkan tingkat utang mencapai level tertentu, membuat perusahaan tampak lebih sehat daripada yang sebenarnya.
Semestinya aset berupa surat berharga yang sementara waktu dikeluarkan dari neraca perusahaan itu dibeli kembali lewat suatu perjanjian. Namun, berbeda dengan pembelian kembali sekuritas pada umumnya, perjanjian itu digambarkan Lehman sebagai penjualan langsung, sehingga memberikan gambaran yang menyesatkan buat investor atas kondisi keuangan Lehman sesungguhnya. Ironisnya, praktek kamuflase ini dilakukan secara berkala oleh para eksekutif Lehman. Tujuannya agar catatan keuangan perusahaan itu pada akhir 2007 dan 2008 tidak begitu buruk.
Aksi ini juga bisa memercikkan implikasi hukum buat Richard S. Fuld, Jr. Bekas orang nomor satu di Lehman ini dinilai bertanggung jawab atas informasi menyesatkan itu. ”Tanpa diketahui publik, lembaga rating, dan regulator, Lehman—melalui rekayasa—membalikkan rasio bersih leverage perusahaan itu buat konsumsi publik,” tulis Anton R. Valukas, Chairman Jenner & Block, dalam laporannya. Sejauh ini, para bekas eksekutif Lehman sudah dikenai gugatan perdata, tapi belum satu pun didakwa atas pelanggaran pidana.
Menurut Valukas, Fuld memerintahkan para eksekutif Lehman menekan tingkat utang, dan berulang kali meminta para pejabat senior menerapkan Repo 105 untuk memoles hasil laporan keuangan. Christopher O’Meara, Erin Callan, dan Ian Lowitt, ketiganya bekas Direktur Keuangan Lehman, disebut-sebut terkait dengan penerapan Repo 105 dalam laporan itu.
Pada eksekutif Lehman sepertinya sadar berulang kali menggunakan Repo 105 untuk menyamarkan kondisi kesehatan bank itu. ”Saya sangat sadar. Repo 105 adalah obat kita,” kata Herbert McDade, salah satu eksekutif Lehman, seperti dikutip laporan itu. McDade juga pernah memberi tahu Fuld ihwal penggunaan Repo 105 itu.
Patricia Hynes, pengacara Fuld, dalam sebuah surat elektronik mengatakan Fuld tidak pernah tahu transaksi tersebut. ”Ia tidak menyusun atau merundingkan transaksi tersebut, juga tidak sadar ada perlakuan akuntasi seperti itu,” kata Hynes.
Menurut kalkulasi Valukas, dari pemindahan aset-asetnya, Lehman mencurahkan US$ 38,6 miliar pada akhir kuartal keempat 2007, US$ 49,1 miliar pada kuartal pertama 2008, dan US$ 50,38 miliar pada kuartal kedua 2008. Pada waktu itu, Lehman berusaha meyakinkan publik bahwa keuangannya baik-baik saja.
Pemeriksaan yang dipimpin Valukas, yang bekas jaksa federal, itu menyimpulkan bahwa bukti tersebut sudah cukup menyeret para eksekutif Lehman dan Ernst & Young ke ranah hukum. Ahli hukum dan akuntansi di Negeri Abang Sam itu berpendapat, Ernst & Young juga berpotensi menuai gugatan perdata dari kalangan swasta dan Securities and Exchange Commission—pengawas pasar modal di negeri itu—atau bahkan dituduh melakukan tindakan kriminal dan malpraktek keuangan oleh Departemen Kehakiman.
Pakar keuangan di negeri itu bertanya-tanya bagaimana mungkin Ernst & Young bisa gagal menguliti pembukuan kliennya. Apalagi kejadian ini muncul di masa setelah Sarbanes-Oxley Act diberlakukan. Aturan itu diterapkan pada 2002, setelah skandal akuntasi Enron dan WorldCom meledak dan ikut menyeret Arthur Andersen, firma akuntasi terkemuka. ”Kasus ini mengingatkan kita bahwa kepatuhan teknis saja tidak cukup,” kata Lawrence A. Cunningham, profesor hukum di Universitas George Washington.
Apalagi, menurut laporan itu, Ernst & Young sudah tahu penggunaan Repo 105 oleh Lehman sejak 2001, tidak lama setelah transaksi itu dirancang. Para mitra dari kantor akuntan ini memberi tahu Valukas bahwa pada saat itu Ernst & Young belum memberikan persetujuan formal atas transaksi Repo 105. Ernst juga tidak memeriksa surat persetujuan yang dikeluarkan Linklaters, satu-satunya kuasa hukum Lehman yang merestui praktek tersebut.
Meski begitu, hingga menjelang 2007, Ernst menyadari ada aliran fulus US$ 29 miliar melalui skema Repo 105. Meski Ernst & Young mafhum praktek ini berlangsung bertahun-tahun, isu Repo 105 baru mengemuka pada musim semi 2008. Itu pun setelah Matthew Lee, Senior Vice President Lehman, pada medio Mei 2008 mengirim surat kepada manajemen senior perusahaan itu. Isinya berupa komplain atas beragam praktek akuntansi yang di mata Lee tidak patut dilakukan Lehman.
Pada 12 Juni 2008, dua mitra Ernst & Young, William Schlich dan Hillary Hansen, menemui Matthew Lee. Pertemuan itu membuktikan bahwa Ernst & Young pernah membahas surat yang dikirim Lee. Pada persamuhan ini, Lee memberi tahu dua auditor itu bahwa Lehman selalu memakai Repo 105 di akhir kuartal.
Besoknya, Ernst & Young berbicara kepada komite audit Lehman, tapi sama sekali tidak menyinggung tuduhan Lee. Tidak satu pun eksekutif Lehman ataupun Ernst & Young mengingatkan dewan direksi Lehman soal tuduhan Lee. Ironisnya, Lee—sang pembocor—dipecat beberapa pekan setelah ia mengirim surat.
Charlie Perkins, juru bicara Ernst & Young, mengatakan perusahaan akuntansi itu tidak pernah menyimpulkan pandangannya atas tuduhan Lee karena Lehman keburu bangkrut sebelum perusahaan akuntansi tersebut merampungkan audit. ”Yang dilakukan Ernst & Young pada kuartal pertama dan kedua tahun fiskal 2008 baru sebatas review, bukan audit,” kata Perkins.
Sedangkan hasil audit terakhir Ernst & Young—tarifnya US$ 21,8 juta—terhadap Lehman adalah tahun fiskal 2007. Menurut Perkins, setelah investigasi yang melelahkan, penguji tidak menemukan bahwa kewajiban atau aktiva Lehman dinilai tidak layak atau diperhitungkan keliru dalam laporan keuangan per November 2007.
Dalam surat yang dilayangkan ke beberapa anggota komite audit pekan lalu, mitra Ernst & Young mengatakan kebangkrutan terbesar dalam sejarah keuangan Amerika itu tidak ada kaitannya dengan masalah-masalah akuntansi. ”Kebangkrutan Lehman disebabkan oleh runtuhnya likuiditas, akibat penurunan nilai aset dan hilangnya kepercayaan pasar.”
Yandhrie Arvian (NYT, WSJ, Bloomberg)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo