Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengalihan kepemilikan Bank Eksekutif Internasional akhirnya dilakukan melalui penawaran saham terbatas (right issue). Melalui right issue yang akan dilaksanakan Juni nanti ini, Bank Eksekutif akan menambah modal Rp 300-500 miliar. Keputusan ini diambil dalam rapat umum pemegang saham luar biasa Bank Eksekutif dua pekan lalu. Meskipun terjadi perubahan dari rencana semula melalui akuisisi, Recapital tetap akan menjadi pemegang saham baru Eksekutif. ”Kami menjadi pembeli siaga,” kata Sandiaga Uno, pemilik Recapital Group.
Presiden Direktur Recapital Advisors Rosan Perkasa Roeslani menambahkan, Recapital juga menempatkan dana Rp 180 miliar dalam bentuk deposito di Bank Eksekutif, masing-masing Rp 120 miliar dari Recapital Advisors dan sisanya dari Recapital Group. Direktur Utama Bank Eksekutif Gandhi Ganda Putra mengatakan penempatan deposito itu dilakukan untuk membantu kelancaran operasional bank. Dana pihak ketiga Eksekutif naik menjadi Rp 1,1 triliun.
Namun beberapa sumber Tempo di kalangan perbankan ragu terhadap kemampuan Recapital karena dananya bukan milik sendiri. Sebagai privat equity, Recapital mesti mengelola dana para investor. Investor tampaknya enggan mengeluarkan dana investasi untuk Bank Eksekutif karena khawatir kinerja bank yang buruk.
Tahun lalu, bank milik keluarga Widjaja ini masuk pengawasan khusus. Kualitas asetnya buruk, rasio kredit seret (non-performing loan) lebih dari lima persen, dan rasio kecukupan modal (CAR) masih di bawah delapan persen atau kurang dari Rp 100 miliar. Bank Indonesia pun memberikan waktu untuk menyelesaikan permasalahannya paling lambat akhir Maret ini.
Pada Juli 2008, Bank Eksekutif telah melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu sebanyak 40 juta saham atau setara dengan Rp 4 miliar atas nama Lusiana Widjaja. Akhir tahun lalu, keluarga Widjaja juga menambah modal, hingga CAR naik menjadi 11,7 persen. Bank Eksekutif pun keluar dari pengawasan khusus. Tapi kredit macet masih 15-an persen.
Menurut sumber Tempo, inilah yang menjadi ganjalan pemilik modal di Recapital. Rosan membantahnya. ”Itu tidak benar. Recapital tetap berkomitmen menyehatkan Bank Eksekutif,” ujarnya. Sandiaga yakin bank ini masih bisa disehatkan karena berpotensi menjadi bank retail yang sehat. Recapital, kata dia, akan menjadikan Bank Eksekutif berfokus pada bidang usaha kecil dan menengah.
Ekonom dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, mengatakan Recapital punya dua pilihan. Pertama, menjadi pembeli yang sekadar numpang lewat. Artinya, Recapital akan menyuntikkan modal segar serta memperbaiki neraca keuangan dan kinerjanya. Satu atau dua tahun kemudian, ketika bank telah sehat dan kondisi di bursa bagus, bank akan dijual kepada investor strategis. Kedua, menjadikan Bank Eksekutif sebagai mitra strategisnya.
Apa pun yang dipilih Recapital, kata Fauzi, ada satu langkah yang mesti dilakukan. Rasio kredit macet yang tinggi harus dikurangi dengan cara menghapusnya dari buku. ”Ini berat,” katanya, ”karena rasio modal bisa kembali anjlok.” Otomatis, Recapital mesti menyuntikkan dana segar lagi agar rasio modal kembali di atas delapan persen. Inilah salah satu risiko yang bakal dihadapi Recapital.
Nieke Indrietta, Retno Sulistyowati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo