Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=arial size=1 color=brown><B>Pemakaman</B></font><BR />Tabu tapi Menggiurkan

Pemakaman elite terus berbenah menggaet calon konsumen. Pemerintah daerah ikut tergiur.

11 Mei 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKILAS tak ada keanehan di syuting videoklip teranyar grup musik Wong Pitoe, Rabu pekan lalu. Tapi, saat riuh rendah pengambilan gambar di dekat kolam renang, kawasan pemakaman elite San Diego Hills, Karawang Barat, Jawa Barat, itu berakhir, baru terasa suasana yang sunyi.

Bukan kali itu saja San Diego semarak. Sudah beberapa kali kawasan pemakaman itu dijadikan tempat pernikahan, orkestra, dan study tour. ”Kami mengubah image pemakaman dari tempat yang angker dan menyeramkan,” kata Direktur PT Lippo Karawaci Tbk. Ninik P. Nathan yang mengurusi properti pemakaman bernilai investasi Rp 10 triliun ini.

Dan berhasil. Ginekolog yang kemudian dikenal sebagai seksolog Boyke Dian Nugraha membeli 8 unit rumah masa depan keluarganya di sini. Alasannya simpel: tidak perlu susah merawat dan khawatir makam akan tergusur. Plus skema cicilan Rp 3 jutaan per bulan selama empat tahun dinilai tidak memberatkan. Sejumlah tokoh papan atas Jakarta juga melakukan hal yang sama.

Jumlah masyarakat yang mempersiapkan pemakamannya (pre-need) pun terus naik per tahun. Dari 500 hektare luas areal yang dipasarkan sejak 2007, 15 ribu unit sudah dipesan. Padahal harganya tidak murah. Unit termurah (single burial) dijual Rp 4 jutaan, sedangkan yang termahal (biasanya di puncak bukit) dibanderol hingga Rp 30 juta per meter persegi.

Menurut Ninik, saat pertama kali diluncurkan, jualan 10 unit per bulan terasa sangat sulit karena masih dianggap tabu. Tapi kini, jualan 70 unit per bulan sudah menjadi hal biasa. ”Tahun ini penjualan bisa melampaui Rp 100 miliar,” katanya.

Ada juga Taman Kenangan Lestari. Sejak Juni 2003, kongsi antara PT Alam Hijau Lestari dan perusahaan pemakaman asal Malaysia, NV Multi Corporation Berhad, menjadi pemain pertama di kawasan ini. Untuk tahap pertamanya, area 23 hektare—dari total 150 hektare—mencatat penjualan bagus. ”Lima ratus orang sudah dimakamkan di sini. Kebanyakan pengusaha,” kata General Manager, Anna Purwanti Lim.

Pertumbuhan pelan sekitar 10 persen per tahun tak membuat perusahaan itu mundur dari bisnis ini. Namun, Anna menolak menyebut berapa target pasar yang dibidik tahun ini. ”Kami tidak boleh bilang target berapa, karena itu artinya kami doakan orang mati beramai-ramai. Yang pasti penjualan masih oke,” ucapnya. Dari 10 ribu unit kapasitas tertampung di lahan 32 hektare itu, lebih dari separuhnya sudah ludes.

Tempat pemakaman lainnya adalah Taman Memorial Graha Sentosa yang berada di Kampung Kaligandu, Teluk Jambe, Karawang, yang ada sejak akhir 2003. PT Permata Bumi Kencana, anak usaha Grup Artha Graha di bidang properti, memiliki lahan 200 hektare di sini. Selain areal untuk pemakaman Cina dan Kristen, ada juga cluster muslim. Harga tipe Grand Family (16 x 24 meter) Rp 459 juta, lebih murah ketimbang yang ditawarkan Taman Kenangan Lestari yang sebesar Rp 592 juta.

Konsultan pemakaman dari Guardian Funeral & Cemetery of Advisory, Iswahyudi R.S., menilai persaingan para investor pemakaman bertaraf internasional ini bersifat sehat karena mengandalkan kelebihan masing-masing. ”Semua ingin mencitrakan suasana pemakaman nyaman, tidak kumuh, dan tidak menakutkan.”

Taman Memorial Graha Sentosa, misalnya, menggunakan perhitungan feng shui oleh Grand Master Feng Shui Yap Cheng Hai dikombinasi dengan konsep pembangunan hunian yang memperhatikan ruang terbuka. San Diego Hills menggabungkan konsep pemakaman Barat dan Timur yang menyediakan fasilitas restoran, gedung pertemuan, kapel, musala, serta danau buatan dan kolam renang untuk bermain air.

Adapun Taman Kenangan Lestari dengan perhitungan hong shui melengkapi area dengan kapel dan kelenteng. Quiling—pionir pemakaman elite Tionghoa di Jonggol, Jawa Barat—selain punya kelenteng juga memiliki rest area, bahkan vila tempat para peziarah bermalam jika akan mengadakan upacara di pagi hari. ”Karena beragam daya tarik ini, persaingan sangat sehat. Tidak ada rebutan konsumen,” kata Iswahyudi.

Tingginya harga per unit atau kapling dari pemakaman bukan lagi hambatan. Sebab, sudah ada dua institusi yang menawarkan kepemilikan makam seperti Asuransi Mega Life (bekerja sama dengan San Diego Hills) dengan cicilan hingga 50 kali dan Bank Artha Graha (mitra Taman Memorial Graha Sentosa) yang menawarkan kredit hingga tiga tahun. Direktur Pemasaran Mega Life Antony Japari menilai potensi masih sangat besar. ”Sudah ribuan orang ikut asuransi ini dan pencapaian targetnya masih oke,” ucapnya.

Potensi bisnis ini sebetulnya disadari Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Ery Basworo. Apalagi statistik menunjukkan tingkat kematian di Jakarta per hari mencapai 130 jiwa dan lahan pemakaman Jakarta terus berkurang. Tapi bukannya tak tertarik memperbaiki makam yang ada, pemerintah beralasan terkungkung aturan.

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 menyatakan, kutipan dana maksimal Rp 100 ribu per tiga tahun dan biaya proses pemakaman yang ditanggung pemerintah membuat Jakarta terbelenggu. Ia pun berupaya menyiasatinya dengan membuka kerja sama dengan pihak swasta yang ingin melakukan kewajiban sosialnya di bidang ini. Pemerintah menyediakan lahan, swasta membangun infrastrukturnya. Tapi, nanti uang akan masuk ke kantong daerah sebagai pemilik lahan. Nah, siapa berminat?

R.R. Ariyani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus