Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANGGARAN
Surplus Rp 11,2 Triliun
PEMERINTAH mencatat surplus anggaran pada empat bulan pertama tahun ini sebesar Rp 11,2 triliun. Hingga April 2009, kata Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan Herry Purnomo, seperti dikutip Agoeng Wijaya dari Tempo, realisasi anggaran belanja hanya mencapai 21,55 persen atau sebesar Rp 223,5 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009, sementara penerimaan negara mencapai Rp 234,62 triliun, atau 23,82 persen dari yang dianggarkan.
Meski masih rendah, kata Herry, realisasi anggaran itu masih lebih bagus dibanding tahun lalu yang hanya 19,1 persen atau sebesar Rp 189,72 triliun. Selain itu, pembiayaan yang diperoleh pemerintah juga melebih target, yakni Rp 58,16 triliun (14,16 persen di atas target). Sebaliknya, penerimaan negara justru di bawah target akibat penurunan pajak perdagangan internasional yang merosot dari Rp 10,8 triliun menjadi Rp 6,07 triliun, juga berkurangnya penerimaan dari pajak pertambahan nilai yang hanya mencapai Rp 52,56 triliun dari sebelumnya Rp 56,34 triliun.
Data Departemen Keuangan menunjukkan, hingga April 2009, penerimaan perpajakan mencapai Rp 197,254 triliun, atau 27,18 persen dari target anggaran. Sedangkan penerimaan negara bukan pajak mencapai Rp 37,36 triliun atau 14,43 persen dari yang ditargetkan.
TARIF TOL
Naik Agustus
PEMERINTAH memutuskan menaikkan tarif jalan tol dalam kota Jakarta sekitar 16 persen mulai Agustus mendatang. Kenaikan tarif yang berdasarkan pada penjumlahan laju inflasi dua tahun terakhir ini memang diatur kontrak. ”Jadi ini harus dipenuhi,” ujar Ketua Badan Pengatur Jalan Tol Nurdin Manurung. Tapi, tidak semua tarif ruas jalan tol dalam kota Jakarta naik. Dua ruas jalan tol yang tarifnya tetap adalah ruas Prof Dr Sedyatmo dan Jakarta-Cikampek karena telah naik tahun lalu.
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi mengatakan tarif jalan tol dalam kota Jakarta belum layak dinaikkan karena pengelolaan jalan tol bagi para pengguna belum membaik. Tarif berdasarkan inflasi dan tidak memperhatikan pengguna jalan tol dinilainya tidak adil. ”Ini hanya untuk menyelamatkan investor jalan tol dari investasinya,” ujarnya.
PENERBANGAN
Citilink Memisahkan Diri
Citilink, unit usaha PT Garuda Indonesia, resmi menjadi perseroan terbatas. Departemen Hukum dan HAM telah mengeluarkan surat izin untuk menjadi badan hukum tersendiri pada 22 April lalu. Citilink melepaskan diri dari Garuda sejak Januari 2009. Selanjutnya, kata Managing Director Citilink, Elisa Lumbantoruan, Citilink akan mengurus surat izin usaha penerbangan dan air operator certificate.
Menurut Vice President Citilink Joseph Saul, perubahan status ini akan memperlancar rencana menjadi maskapai penerbangan bertarif murah alias low cost carrier. ”Sehingga bisa bersaing dengan Air Asia,” kata dia. Rencananya, Garuda Indonesia akan mendukung upaya itu dengan menghibahkan lima unit Boeing 737-300 yang akan didatangkan mulai Juni mendatang. Garuda juga menyuntikkan modal awal Rp 70 miliar, yang telah di cairkan awal 2009.
Meski begitu, Citilink masih harus menunggu keluarnya surat izin usaha penerbangan dan air operator certificate untuk melaksanakan ekspansi. Targetnya, surat izin dan sertifikat tersebut bisa keluar pada Juni mendatang. ”Mudah-mudahan Agustus sudah bisa terbang,” ujar Joseph. Saat ini Citilink telah terbang di lima rute domestik: Jakarta-Surabaya, Surabaya-Banjarmasin, Surabaya-Balikpapan, Surabaya-Batam, dan Surabaya-Makassar.
PERBANKAN
Pembiayaan Syariah Mulai Seret
BANK syariah ternyata tak bisa berkelit dari jeratan krisis. Rasio pembiayaan bermasalah bank ini pada kuartal pertama 2009 mencapai 5,14 persen, melampaui ambang batas yang ditetapkan Bank Indonesia 5 persen. Angka ini juga lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu 4,17 persen. Dari Rp 39,3 triliun pembiayaan bank syariah pada kuartal pertama 2009, sebanyak Rp 2 triliun bermasalah. Bank perkreditan rakyat berbasis syariah juga mencatat kenaikan rasio pembiayaan bermasalah menjadi 8,41 persen.
Namun Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia Ramzi A. Zuhdi menilai keadaan ini masih aman. ”Angka 5,14 persen itu rasio pembiayaan bermasalah bruto, bukan neto,” kata Ramzi di Jakarta pekan lalu. Rasio pembiayaan seret neto bank syariah saat ini masih di bawah 4 persen. Direktur Layanan Bisnis Karim Business Consulting Soewardi Yusuf memprediksi rasio pembiayaan bermasalah bakal turun ke kisaran 4 persen pada kuartal kedua. Sebab, ada tiga bank syariah baru dengan modal di atas Rp 100 miliar yang mulai beroperasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo