Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=arial size=1 color=brown><B>Penerbangan</B></font><BR />Banjir Ringgit di Kota Kembang

Pelancong asal Malaysia yang berkunjung ke Bandung terus meningkat. Penerbangan langsung membuka peluang bisnis.

11 Mei 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gerimis masih rimbun mengguyur Bandung ketika sebuah bus wisata meninggalkan area parkir Rumah Makan Simpang Raya di kawasan Dago, Bandung, Kamis akhir April lalu. Waktu sudah beranjak melewati pukul 19.00 ketika bus berbelok ke Jalan R.E Martadinata. Tepat di depan factory outlet yang berjajar di kawasan ini, bus yang membawa turis asal Malaysia itu menghentikan perjalanannya.

Beberapa menit kemudian, seratusan penumpang turun dan menghambur ke sejumlah factory outlet. Hanya butuh sejam, beberapa orang sudah kembali naik bus dengan tas plastik melembung. ”Ini hari kelima holiday kami di Bandung. Besok kami kembali ke Kuala Lumpur,” kata Mohammad Faisal, 41 tahun, kepada Tempo di Bandung.

Karyawan swasta ini sibuk menjajal jaket kulit. Bersama keluarganya, dia berlibur ke Bandung. ”Saya suka Bandung. Bajunya seronok (indah) dan murah. Kami bisa dapat setengah dari harga.” Dia pun memamerkan tasnya yang mengembung. ”Ini semua hanya 100 ringgit (sekitar Rp 300 ribu). Tak mungkin bisa dapat di KL (Kuala Lumpur),” ujarnya.

Lain Faisal, lain pula Fauzi, 33 tahun. Teknisi di salah satu perusahaan di Kuala Lumpur ini memburu barang-barang murah di Pasar Baru, di Jalan Otto Iskandar Dinata, Bandung. Pasar ini seperti menjadi tempat wajib bagi para pelancong asal Malaysia. Pasar ini merupakan pusat grosir mukena, baju muslim, batik, sajadah, serta kain dengan harga barang lebih murah dan lengkap ketimbang di sepanjang Tengku Abdul Rahman, Kuala Lumpur. ”Banyak kain murah untuk perempuan,” ujarnya.

Faisal dan Fauzi adalah dua dari ribuan turis Malaysia yang berkunjung ke Bandung. Jumlah turis dari negeri jiran ini terus meningkat sejak Air Asia, maskapai penerbangan patungan investor Malaysia dan Indonesia, membuka penerbangan langsung Kuala Lumpur-Bandung, pada 2004, sebanyak dua kali penerbangan dalam sehari.

Air Asia adalah satu-satunya maskapai yang terbang langsung dari ibu kota Malaysia itu ke Kota Kembang. Pada April lalu, Air Asia menambah frekuensi penerbangan Kuala Lumpur-Bandung menjadi tiga kali sehari. Selama ini, penerbangan ke kedua kota tersebut dilayani dengan pesawat Boeing 737 seri 300 dan 400 dengan harga tiket rata-rata Rp 594 ribu sekali jalan. Ke depan, Air Asia juga mengoperasikan Airbus A320.

Dari pantauan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, dari sekitar 650 ribu pelancong asing yang datang ke Jawa Barat tahun lalu, sekitar 50 persennya berasal dari Malaysia. ”Sebanyak 75 persen turis asal Malaysia ke Bandung umumnya untuk belanja, sisanya rekreasi,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Barat Herman Mochtar. Jumlah turis asing ke Jawa Barat, terutama Bandung, akan bertambah seiring pembukaan rute baru Air Asia dari Singapura-Bandung tahun ini.

Menurut Direktur Pemasaran dan Distribusi Air Asia, Widijastoro Nugroho, tingkat keterisian kursi pesawat (load factor) Air Asia dari Kuala Lumpur-Bandung sekitar 90 persen. Tingkat keterisian penumpang berkurang menjadi 75 persen sejak frekuensi penerbangan ditambah menjadi tiga kali. Tapi secara jumlah, penumpang dari Malaysia ke Bandung terus bertambah. ”Sekitar 80 persen dari penumpang itu orang-orang Malaysia,” ujarnya saat ditemui Tempo di sela-sela pembukaan rute baru Bali-Perth di Jakarta pekan lalu.

Bangkit Adiwinata, Head Station Air Asia Bandung, membenarkan adanya peningkatan volume penumpang dari Bandung ke Kuala Lumpur, begitu pula sebaliknya. ”Rata-rata naik 20 persen,” ujar Bangkit. Dari kapasitas pesawat sebanyak 148 kursi, terisi sampai 111 kursi.

Orang-orang Malaysia ternyata senang berbelanja di Bandung lantaran kualitas produknya bagus dan harganya murah. Dari sisi transaksi pun tidak ribet karena tak perlu menukar uang terlebih dulu. ”Di Pasar Baru, duit ringgit Malaysia itu laku, tak perlu ditukar ke rupiah dulu,” kata Widijastoro.

Bagi para pengusaha di Bandung, kata Widijastoro, adanya rute terbang langsung Bandung-Kuala Lumpur ternyata juga membuka peluang bisnis di Malaysia. Beberapa pemilik distro (toko-toko pakaian yang menjual merek independen dan terbatas) ternama di Bandung membuka cabang di Malaysia. ”Sudah ada tiga distro asal Bandung yang buka cabang di Kuala Lumpur,” ujarnya. Jalan bisnis untuk kedua belah pihak kini terbentang lebar.

Padjar Iswara, Rana Akbari Fitriawan, Widiarsi Agustina (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus