Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pagi cerah dengan suhu sepuluh derajat Celsius di Amsterdam, Belanda. Roda pesawat baru saja menapak di Bandar Udara Schiphol, Rabu pekan lalu. Kapten Pilot Ari Sapari mengumumkan ada penyambutan di luar. Byur. Branwir Bandara Schiphol menyemprotkan air ke kiri-kanan badan pesawat Garuda. Di dalam, penumpang sontak bertempik sorak.
Inilah pertama kalinya Garuda mendarat di Amsterdam, setelah enam tahun absen. Airbus A330-200 tujuan Amsterdam ini berangkat dari Jakarta pada Selasa pukul 21.00. Singgah sejam di Dubai, Uni Emirat Arab, pesawat yang membawa 222 penumpang ini mendarat di Negeri Kincir Angin tepat pukul 08.00—siang hari waktu Jakarta.
Setelah pendaratan sempurna, satu per satu penumpang, termasuk Tempo, turun dari burung besi Garuda. Para penumpang disambut perempuan Belanda berpakaian tradisional yang membagikan bunga dengan iringan pluerette. ”Kami senang Garuda kembali ke Amsterdam,” kata Menteri Transportasi Belanda Camiel Eurlings.
Garuda menghentikan penerbangan ke seluruh Eropa pada November 2004. Garuda stop terbang karena krisis dan perusahaan merugi Rp 811 miliar pada tahun itu. Kala itu, Amsterdam juga menjadi kota terakhir di Eropa yang disinggahi Garuda. Maskapai terbesar di Indonesia ini sebetulnya mulai membukukan keuntungan pada 2007, sebesar Rp 258 miliar.
Tapi maskapai ini tetap tak bisa terbang ke Eropa karena larangan Uni Eropa. Otoritas penerbangan Eropa melarang semua pesawat maskapai Indonesia mendarat di kawasan itu karena sering mengalami kecelakaan. Tim teknis Federal Aviation Administration dan tim Uni Eropa juga menemukan adanya penyimpangan serius pada standar keselamatan penumpang dalam dunia penerbangan di Indonesia.
Garuda Indonesia baru bisa membuka penerbangan ke Eropa pada 1 Juni lalu, setelah larangan terbang itu dicabut. Pada tahap awal, Garuda hanya akan terbang ke Amsterdam. Pesawat ini menyediakan 39 kursi kelas bisnis dan 186 kursi kelas ekonomi. Garuda akan melayani penerbangan ini setiap hari.
Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar mengatakan rute Jakarta-Amsterdam ditargetkan bisa mengangkut sekitar 65 ribu penumpang setahun. Tahun depan, maskapai pelat merah ini akan membuka jalur baru ke Frankfurt, London, Paris, dan Roma. Di luar Eropa dan Amerika, kini Garuda melayani 17 kota di dunia. ”Kami akan meningkatkan penerbangan internasional tiga kali lipat,” kata Emirsyah.
Untuk itu, tahun ini Garuda mendatangkan empat Airbus A330-200 dan lima Boeing 737-800NG. Garuda, kata Emirsyah, akan menambah pesawat menjadi 116 pada 2014 dari saat ini 70 pesawat. Jika pesawat sudah komplet sesuai dengan rencana, Garuda akan membuka penerbangan langsung Jakarta-Amsterdam tahun depan dengan Boeing 777.
Juru bicara Garuda Indonesia, Pujobroto, mengatakan pasar Eropa sangat potensial dengan meningkatnya hubungan dagang Indonesia dengan berbagai negara di Eropa. Sebelum 2004, Garuda lebih banyak berfokus pada pelancong. Meski tingkat okupansinya selalu di atas 70 persen, imbal hasilnya kecil lantaran lebih banyak kelas ekonomi. ”Sekarang kami juga menyasar kelas bisnis dan eksekutif,” ujarnya.
Penerbangan Jakarta-Amsterdam baru menawarkan kelas ekonomi dan bisnis. Harga tiket kelas ekonomi pulang dan pergi US$ 1.460 (sekitar Rp 13,5 juta) dan bisnis US$ 2.000. Setelah ada Boeing 777, maskapai ini akan menyediakan kelas eksekutif.
Pujobroto mengatakan Garuda juga akan terus meningkatkan standar keamanan, keselamatan, serta pelayanan. ”Bukan semata menawarkan harga.”
Tapi, tak bisa dimungkiri, Garuda memang memakai harga sebagai salah satu strategi menggaet penumpang untuk penerbangan Jakarta-Amsterdam. Wiyati Schellinkhout, pengusaha agen perjalanan di Belanda, mengatakan Garuda bisa menjadi pilihan karena lebih murah daripada yang lain. Target Wiyati selama ini adalah konsumen yang ingin pergi ke beberapa negara Asia, seperti Indonesia, Thailand, Laos, Vietnam, dan Kamboja. Sebelumnya, Wiyati sering memakai Singapore Airlines.
Yandi M.R. (Amsterdam)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo