Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ke tangan Beth Comstock, 52 tahun, General Electric (GE) mempercayakan posisi chief marketing officer (CMO) sejak 2003. Memiliki wilayah kerja di lima benua, Comstock bertugas memastikan inovasi mereka mampu menerabas pasar dan menahan gempuran pesaing.
General Electric—perusahaan energi dan teknologi Amerika Serikat—mengosongkan kursi CMO selama dua dekade, sebelum "menemukan" perempuan dengan pengalaman panjang di industri media dan penyiaran ini.
Beth Comstock pernah menduduki posisi tinggi di jaringan televisi CBS Broadcasting, Turner Broadcasting, dan NBCUniversal, sebelum bergabung dengan GE.
Riset dan inovasi, menurut Comstock, merupakan kunci memenangi persaingan pasar. Di Indonesia, GE telah hadir selama 70 tahun, terutama dengan memasok suku cadang pesawat, lokomotif, dan teknologi layanan kesehatan, serta membangun pabrik lampu. Pada Februari lalu, perusahaan multinasional ini bersetuju mengucurkan investasi US$ 300 juta (hampir Rp 3 triliun) di Indonesia. "Salah satu sasaran investasi ini adalah mengembangkan training and engineering centers di Indonesia," ujar Comstock.
Pada awal Mei lalu, Beth Comstock melakukan kunjungan pertamanya ke Indonesia. Dia memberi kuliah umum "Leading Through Innovation" (Memimpin Melalui Inovasi) untuk Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) dan Garuda Indonesia—bersama Menteri Pariwisata Mari Elka Pangestu.
Sebelum meninggalkan Jakarta, Comstock memberi wawancara kepada Hermien Y. Kleden, Sadika Hamid, Dewi Rina, dan Wibisono Notodirdjo dari Tempo di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta.
Apakah ada rencana investasi baru yang Anda bawa dalam kunjungan kali ini?
Ini pertama kali saya ke Indonesia. Seharusnya saya datang lebih awal, mengingat pentingnya Indonesia dalam pasar kami. Kami sudah lama berada di negeri ini, 70 tahun. Ada banyak dinamika dan perkembangan baru yang perlu saya ikuti. Kehadiran saya kali ini lebih untuk memantapkan apa yang sudah kami rencanakan.
Misalnya?
Indonesia berkembang pesat, memiliki banyak kebutuhan infrastruktur dan ekonomi yang dipacu oleh kaum muda. Salah satu contoh terbaik di Indonesia yang kami pelajari adalah teknologi pelayanan kesehatan wilayah terpencil. Negeri ini punya jumlah bidan terbanyak di dunia. Kami mempelajari interaksi bidan dan ibu hamil, mencari tahu kebutuhan mereka, bekerja sama dengan dokter dan bidan untuk mengadaptasi teknologi kami.
Apakah pengembangan healthcare menjadi bagian dari komitmen investasi GE US$ 300 juta di Indonesia pada Februari lalu?
Rencana detail tentu harus kita lihat cetak biru GE Indonesia. Ada banyak hal yang berhubungan dengan rencana investasi ini, dari pengembangan pusat pendidikan hingga pelatihan pusat servis industri kami. Dari gasifikasi biomassa hingga penyediaan alat kesehatan wilayah pedesaan. Umpamanya V-Scan dan ultrasound berukuran saku.
Pasar GE di Indonesia selama 70 tahun meliputi industri penerbangan, kereta api, dan rumah sakit. Mengapa Anda tidak membangun lebih banyak pabrik, selain pabrik lampu di Yogyakarta?
Pengalaman menunjukkan, kian banyak Anda berinvestasi pada sebuah pasar, semakin baik Anda memahami kebutuhan mereka. Wajah manufaktur dan industri berubah (termasuk di Indonesia). Banyak model baru muncul. Perusahaan kami menaruh minat amat besar pada teknologi 3D printing dan distributed manufacturing. Jadi, di masa depan mungkin ada model (produksi) baru
Bagaimana Anda menyeimbangkan inovasi dan pemasaran?
Ini tantangannya: terkadang kita harus berani mengatakan pelanggan tak suka lagi pada produk kita, pasar berubah, atau produk pesaing lebih bagus. Lazimnya orang tak mau mendengarnya, tapi harus ada orang seperti itu di perusahaan.
Apa saja yang Anda sampaikan dalam pertemuan dengan para anggota Hipmi?
Cara menciptakan benturan antarperusahaan, teknologi, dan pasar. Juga pentingnya membentuk "perusahaan rintisan" dan adaptasi teknologi untuk kebutuhan lokal. Di GE, kami memiliki program yang memprioritaskan inovasi. Kami tidak membunuh ide ketika keadaan ekonomi susah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo