Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=verdana size=1>Indosat</font><br />Rame-rame Berebut Hoki

Beberapa nama besar disebut-sebut hendak mencaplok saham Indosat. Selain dana, perlu punya koneksi politik yang kuat.

3 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PINTU yang dulu tertutup itu kini mulai sedikit terbuka. Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha agar Temasek Holdings menjual sahamnya di PT Indosat atau PT Telkomsel dua pekan lalu itu memberi peluang bagi mereka yang selama ini memburu saham perusahaan telekomunikasi tersebut.

Salah satu yang ikut dalam perburuan itu adalah Setdco Group. Perusahaan milik Setiawan Djody itu kesengsem membeli saham Indosat dari Singapore Technologies Telemedia (STT), anak perusahaan Temasek. ”Pembelian ini untuk mendukung program telepon di pedesaan,” kata Direktur Pengembangan Bisnis Setdco Destra Ghazfan kepada Rieka Rahadiana dari Tempo pekan lalu.

Rencananya, Setdco akan membeli saham STT lewat sebuah konsorsium. PT Pos Indonesia, Dewan Koperasi Indonesia, PT Horizon, dan Wasantara Net tergabung dalam konsorsium itu. Mereka berikhtiar membeli 41,94 persen saham STT, yang nilainya US$ 2 miliar atau sekitar Rp 19 triliun—hampir tiga kali lipat dari dana yang digelontorkan STT saat membeli Indosat lima tahun lalu.

Kemauan konsorsium itu jelas melampaui putusan KPPU. Komisi pengawas itu membatasi pembelian saham oleh badan usaha maksimal 5 persen, yang nilainya sekitar US$ 250 juta. Toh, Setdco sudah berancang-ancang. ”Kalau bisa, dibeli semua, atau beli per blok (5 persen),” kata Destra.

Setdco bukan sekali ini saja melempar bola. Awal Juli lalu, perusahaan itu juga berminat membeli 35 persen saham SingTel di Telkomsel. Lewat KPN Mobile, Djody dulu memang pernah memiliki saham anak usaha Telkom itu. Djody mengantongi 5 persen, sedangkan KPN Royal Dutch Telecom of Netherlands mendekap 17,3 persen.

Kepemilikan Djody lepas setelah pada akhir 2001 SingTel membeli seluruh saham milik KPN Mobile. Satu tahun kemudian, anak perusahaan Temasek itu menambah porsi sahamnya di Telkomsel dengan membeli 12,72 persen saham milik Telkom.

Keinginan yang dilontarkan Setdco itu kian meramaikan perburuan saham Indosat. Sebelum Setdco, Altimo sudah disebut-sebut hendak merengkuh saham Indosat. Anak perusahaan Alfa Group, perusahaan investasi asal Rusia milik Mikhail Fridman, itu bahkan sudah berkantor di Jakarta sejak Desember tahun lalu.

Perusahaan yang berpusat di Moskow itu memang tengah gencar melebarkan sayap. Dengan aset US$ 20 miliar di tangan, Altimo mengincar aset-aset perusahaan telekomunikasi di Asia dan Eropa Barat untuk mempertebal pundi-pundinya.

Indonesia kebetulan menempati posisi kedua—setelah Filipina—dalam mobile development index yang dirilis Altimo awal November lalu. Indeks itu disusun untuk mengurutkan pasar telekomunikasi suatu negara yang paling besar memberi peluang investasi.

Terkait dengan rencana investasi itu, Teijo Pankko, Chief Financial Officer Altimo, mengatakan perusahaannya siap mencurahkan dana US$ 1-2 miliar di Indonesia. Targetnya apa lagi kalau bukan membeli saham operator seluler yang sudah ada. Namun, kata Teijo menambahkan, Altimo masih terus berdiskusi dengan beberapa pihak di Indonesia. ”Kami belum membuat satu keputusan apa pun,” katanya.

Meski begitu, Teijo mengaku bahwa Indosat adalah salah satu kandidat yang dibidik Altimo sebagai tempat berlabuh. ”Kami sudah berbicara dengan Indosat, berbicara dengan pemerintah Indonesia, dan kami sangat senang untuk mendiskusikan maksud tersebut,” kata Teijo seperti dikutip International Herald Tribune.

Di ranah telekomunikasi, Altimo memang bukan pemain sembarangan. Perusahaan itu mengendalikan VimpelCom, operator seluler terbesar kedua di Rusia. Di Negeri Beruang Merah itu, Altimo juga menggenggam saham Megafon (operator terbesar ketiga) dan Golden Telecom (operator sambungan tetap). Altimo juga memiliki saham di Kyivstar, operator seluler di Ukraina.

Namun Setdco dan Altimo bukan tanpa saingan. Salah satu pelaku bisnis mengatakan ada nama-nama besar yang juga memburu saham Indosat. Nama yang santer dibicarakan di kalangan pelaku usaha itu antara lain Global Mediacom, Bakrie Telecom, Para Group, dan keluarga Aksa Mahmud.

Sumber itu mengatakan rencana Bakrie membidik Indosat ini bahkan sudah berembus jauh-jauh hari sebelum Altimo masuk. ”Bakrie dan Indosat malah sudah bertemu,” kata sumber Tempo di Indosat. Sedangkan Aksa Mahmud, ipar Wakil Presiden Jusuf Kalla, disebut-sebut kerap ke Singapura mencari dukungan dana dari lembaga pembiayaan di sana.

Dengan adanya keputusan KPPU tersebut, harapan para pengusaha kakap untuk membeli Indosat memang menjadi lebih besar. Apalagi prospek sektor telekomunikasi masih sangat menarik. ”Dan mereka punya kemampuan menggalang dana,” kata seorang pengusaha berbisik.

Pengusaha lain membenarkan bahwa ada upaya dari beberapa pengusaha swasta nasional yang punya koneksi politik untuk ikut memburu saham Indosat. ”Harapannya siapa tahu dapat hoki,” katanya.

Tak tahan menjadi bahan gunjingan, para pengusaha yang ramai dibicarakan itu buru-buru membantah. Anindya Bakrie, Presiden Direktur Bakrie Telecom, menampik kabar bahwa perusahaannya telah bertemu dengan Indosat. ”Kami tidak pernah bertemu, apalagi sampai menyodorkan penawaran,” ujarnya. Putra Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie itu menegaskan, Bakrie Telecom saat ini masih berfokus pada bisnis intinya: mengembangkan sambungan telepon tetap tanpa kabel (fixed wireless).

Bantahan juga datang dari Para Group dan bos Bosowa Group, Aksa Mahmud. Presiden Direktur Trans TV Ishadi S.K. mengatakan Para Group memang pernah ditawari lembaga keuangan asing untuk membeli saham Indosat. ”Tapi tidak kami indahkan karena telekomunikasi bukan target utama ekspansi,” katanya.

Setali tiga uang, Aksa Mahmud mengaku tidak punya pengalaman di bisnis telekomunikasi. Selama ini, ia hanya minta pemerintah membeli kembali saham Indosat. Ia juga yang meminta pengusaha swasta nasional diberi kesempatan bila pemerintah tidak mampu membeli. Hal itu, kata dia, dilontarkannya dalam kapasitas sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah agar keputusan KPPU ditaati. ”Bukan berarti saya yang mau membeli,” katanya.

Ia juga membantah pernah ke Singapura mencari dukungan lembaga pembiayaan. ”Sudah empat bulan saya tidak ke sana,” katanya. ”Kalaupun ke sana, untuk keperluan check-up.”

Apa pun alasannya, membeli kembali saham Indosat dari STT memang bukan perkara mudah. Selain putusan banding masih ditunggu, pembatasan maksimal 5 persen bagi yang ingin membeli saham Indosat atau Telkomsel telah membatasi ruang gerak para pengusaha besar. ”Putusan itu menyulitkan perusahaan telekomunikasi besar masuk,” kata seorang analis. Kecuali jika perusahaan-perusahaan itu diizinkan membentuk konsorsium.

Para petinggi STT di Singapura juga telah memberi sinyal. Pejabat senior STT, Kuan Kwee Jee, dan juru bicara STT, Melinda Tan, mengatakan investasi STT di Indosat merupakan investasi jangka panjang. ”Kami tidak akan menjual saham Indosat saat ini,” kata Kuan.

Terlepas dari gonjang-ganjing itu, UBS Securities Asia Ltd. dalam risetnya menilai keputusan KPPU itu tak ayal menjadikan Indosat sebagai target akuisisi. ”Dengan divestasi maksimal 5 persen, potensi merger dan akuisisi akan mendorong harga saham Indosat,” kata Suresh A. Mahadevan dalam risetnya yang terbit dua pekan lalu. Itu sebabnya dia memberi rekomendasi beli dan mendongkrak target harga saham Indosat dari Rp 8.800 menjadi Rp 9.600.

Yandhrie Arvian


PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
20052006200720082009
Pendapatan (Rp miliar)41.80751.29462.02273.39185.020
Laba bersih (Rp miliar)7.99411.00613.00316.02619.762
EPS (Rp)97546645795980
P/E (x)25,518,515,712,710,3
Imbal hasil dividen (%)2,43,03,85,16,8
ROA (%)13,516,016,819,723,1
ROE (%)38,642,942,444,447,2
Target harga saham: Rp 13.700.
Rekomendasi CSLA : Beli
Sumber: CSLA

PT Indosat Tbk.
 20052006200720082009
Pendapatan (Rp miliar)11.59012.23916.47919.44122.105
Laba bersih (Rp miliar)1.6241.4102.0092.3592.774
EPS (Rp)303259370434511
P/E (x)13,419,721,618,415,7
Imbal hasil dividen (%)3,12,52,32,73,2
Net ROE (%)11,89,512,714,015,3
Target harga saham: Rp 9.600.
Rekomendasi UBS: Beli
Sumber: UBS Securities Asia Ltd.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus