Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepasang suami-istri tampak hilir-mudik di Toko Vigor, sebuah tempat menjual jajanan di Jalan Diponegoro, kota Batu. Tiga keranjang sudah penuh, tapi mereka terus bergerak mencari jajanan unik. Supardi, pembeli asal Surabaya itu, jatuh hati pada keripik semangka. Tujuh kantong ia raup sekaligus.
Ya, ini keripik yang jarang. Biasanya orang memakan buah semangka segar, tapi keripik semangka jarang ditemui. Inilah keripik yang sedang naik daun di Batu dan Malang. Yang paling banyak dicari adalah keripik semangka ”Vigor”. Selain renyah dan gurih, warna keripiknya tetap merah, semerah warna buah semangka.
PT Jayadi, sebuah perusahaan keripik buah dan sayuran milik Jayadi, warga kota Batu, Jawa Timur, produsennya. Selain keripik semangka, Jayadi juga membuat 13 macam keripik yang bahannya dari buah dan sayur, mulai dari keripik melon, wortel, nangka, hingga semangka.
Dalam sehari, Jayadi mampu memproduksi keripik dari tiga kuintal buah. Produksinya sudah merambah Jawa, Sumatera, hingga Kalimantan. Semua produksi Jayadi sudah mengantongi sertifikat halal dari BPOM dan MUI. Omzetnya Rp 1,5 miliar per tahun.
Kunci sukses laki-laki yang lahir di Malang 44 tahun silam ini tak
lain karena dia membuat sendiri alat pembuat keripik buahnya. ”Saya paham cara kerja mesin keripik,” katanya kepada Tempo, Jumat pekan lalu.
Ia datang dari dunia yang jauh dari keripik. Dulu Jayadi pemilik bengkel dan ahli mesin. Bengkel mesin, yang kini masih digelutinya, kerap mendapat pesanan pembuatan mesin, terutama mesin keripik buah dan sayur.
Keahlian di bidang mesin didapatnya secara otodidak. ”Saya tidak lulus SD,” ujar bapak lima anak ini. Saat berusia 13 tahun, Jayadi sudah bekerja di bengkel dan kemudian sering berpindah kerja ke sejumlah bengkel.
Merasa cukup bekal, pada 1983 Jayadi resmi membuka bengkel dengan melayani perbaikan mobil, pengelasan, hingga pembuatan peti buah. Lima tahun kemudian, Jayadi merantau ke Balikpapan untuk membuka bengkel.
Merasa bosan merantau, pada 1990 ia pulang ke Batu untuk mendirikan Biro Teknik Gaya, yang melayani jasa pemasangan instalasi listrik dan rancang-bangun. Usahanya ini berkembang pesat, termasuk melayani order dari PLN.
Sembari menggeluti bengkel, Jayadi menambah keterampilan bidang mesin mainan anak-anak dan industri rumah tangga seperti oven dan vacuum di Balai Latihan Kerja di Singosari, Malang. Mesin mainan anak-anak di Wisata Jatim Park, Batu, dan Water Park Lumajang adalah sebagian hasil karya Jayadi.
Saat mengerjakan proyek Water Park Lumajang itulah Jayadi terinspirasi membuat keripik buah dan sayur. ”Saya melihat banyak buah-buahan yang dijual dengan harga murah,” katanya.
Dengan modal Rp 50 juta, pada 2004 ide membuat keripik buah dan sayur itu terwujud. Selama setahun usahanya sempat tersendat karena mesin keripiknya tak berfungsi optimal. Hampir putus asa, tapi ia tak menyerah. Mesin akhirnya bisa diperbaiki. Ia mulanya hanya bisa mengolah 50 kilogram buah.
Dari situ ia mulai bergerak. Jayadi merekrut tiga pegawai pemasaran, tetapi nasibnya kurang mujur. ”Barangnya habis, tapi uangnya tak disetor,” ia menceritakan masa getir itu. Jayadi dan istrinya, Hasnawati, lantas mengambil alih pekerjaan tersebut. Jayadi giat memasang iklan dan mengikuti sejumlah pameran.
Keripik buah ”Vigor” mulai dikenal. Dari 50 kilogram buah, dalam dua tahun dia bisa mengolah 1,5 kuintal dan tahun ini naik menjadi 3 kuintal buah. Kini 32 orang karyawan bekerja untuknya. Satu gerai tambahan dibuka di Batu.
Sebelumnya, dia hanya menjual keripik buatannya di rumahnya yang terletak di gang sempit Jalan Patimura, Batu. Di rumah ini pula keripik buah dan sayur dibuat. Sedangkan untuk pengupasan, Jayadi menyewa lahan di pinggiran kota Batu dan di Tumpang, Malang.
Meski tergolong sukses, Jayadi mengaku masih berniat menambah lagi jenis keripiknya. Rencananya, dia akan membuat keripik buah kelapa muda dan buah jambu mete. Hanya saja, Jayadi kekurangan modal. Untuk menyatukan produksi dalam satu lokasi, ia butuh Rp 3 miliar. Ada pengusaha dari Malaysia yang mengajaknya berkongsi, tetapi ia tolak. ”Saya khawatir mesinnya dipatenkan di sana,” katanya.
Tak adakah yang bisa membantu jawara keripik ini berkembang lebih pesat?
Zed Abidien, Bibin Bintariadi (Malang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo