Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MESKI sudah diduga, terpilihnya Agung Kuswandono sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai tetap mengejutkan banyak koleganya. ”Dia 15 tahun di bawah saya,” kata seorang pejabat di kantor pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pekan lalu.
Saat ini ada 31 pegawai eselon II di Direktorat Bea dan Cukai dengan usia rata-rata 48-55 tahun dan pengalamannya jauh lebih banyak ketimbang Agung. Tak mengherankan jika keputusan Menteri Keuangan Agus Martowardojo menunjuk Agung menggantikan Thomas, yang kini menjadi staf khusus, menimbulkan banyak pertanyaan.
Bukan cuma karena masih 44 tahun, Agung juga dinilai belum cukup pengalaman. Posisi Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Soekarno-Hatta dijalaninya tak lebih dari lima bulan. Menjadi Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok pun hanya delapan bulan. Tapi justru dari dua pos itu nama lelaki kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 1967, ini berkibar.
Agus terang-terangan mengaku kesengsem oleh keandalan Agung memimpin dua kantor itu. ”Saya amati, Saudara relatif muda tapi bisa menangani dengan baik kantor Bea dan Cukai Soekarno-Hatta yang strategis,” kata Agus, ketika melantik Agung di gedung Kementerian Keuangan, Senin pekan lalu. ”Saudara juga menangani Tanjung Priok dengan prestasi baik.”
Dua bulan lalu, menurut sumber Tempo, nama Agung diajukan Agus kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain Direktur Fasilitas Kepabeanan ini, kata dia, Agus menerima sejumlah nama yang disodorkan Thomas. Namun Agus menolak. ”Saya sudah punya calon,” kata Agus kepada Thomas, tanpa menyebut nama, seperti dituturkan sumber ini.
Yudhoyono agaknya tak asing dengan Agung. Ketika bertugas di Soekarno-Hatta, Agung berani menyegel 12 helikopter PT Air Transport Services milik Grup Bukaka, perusahaan keluarga Wakil Presiden Jusuf Kalla. Alasannya, semua helikopter itu belum menyertakan sertifikat kelayakan serta izin Bea dan Cukai.
Masih kata sumber ini, Yudhoyono lantas memerintahkan stafnya meminta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan mengecek rekening Agung. ”Hasilnya, tidak ditemukan hal mencurigakan.” Pada 15 April, Yudhoyono meneken surat keputusan pengangkatan pegawai Bea dan Cukai lulusan terbaik 1991 itu.
Sepekan kemudian, Agung dipanggil Agus dan diberi tahu tugas barunya. ”Saya kaget, kok saya,” kata Agung dalam wawancara khusus dengan Tempo di kantornya Jumat pekan lalu. ”Tapi ini tugas, amanah, maka saya harus menjalankannya.”
DI lingkungan Direktorat Bea dan Cukai, Agung dijuluki ”anak emas” Anwar Suprijadi, yang memang dipersiapkan untuk jabatan eselon I ini. Kepangkatan Agung pun diisukan dikatrol oleh mantan Direktur Jenderal Bea dan Cukai itu.
Pada masa Anwar, Agung memang dipercaya memegang kantor Bea dan Cukai Soekarno-Hatta serta Tanjung Priok, tempat 70 persen kegiatan ekspor-impor Indonesia. Dia juga diangkat menjadi Direktur Teknis Kepabeanan.
Menurut sumber Tempo, Agung memang baru mendapat tempat di era Anwar. Sebelumnya, dia tak terpakai. Pada Desember 2006, atas rekomendasi Anwar, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menugasi Agung sebagai Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Soekarno-Hatta. Lima bulan kemudian, dia ditunjuk menjadi Kepala Kantor Pelayanan Utama Tanjung Priok.
Pilihan Anwar terbukti tepat. Bersama timnya, magister ekonomi lulusan Colorado University ini berhasil menyita perhiasan selundupan. Gebrakan berikutnya adalah penyegelan 12 helikopter PT Air Transport Services. Aksi Agung terus berlanjut ketika dia mengepalai kantor Tanjung Priok.
Dia menyita peti kemas berisi 36 ribu pasang sepatu merek Yonex milik PT Nagasakti Paramashoes Industry, Grup Berca, kepunyaan Siti Hartati Murdaya, lantaran keluar dari kawasan berikat tanpa izin. Agung dan timnya juga sukses menggagalkan masuknya 395 ribu tabung gas impor tak berizin dari Cina. Yang tak kalah spektakuler adalah penyitaan tiga sedan supermewah, yakni Ferrari, Lamborghini, dan Rolls-Royce, berdokumen palsu senilai puluhan miliar rupiah.
Agung juga dikenal sebagai ”binaan” Kamil Sueb, kini Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan. Di mana Kamil ditempatkan, Agung hampir selalu ”nunut”. ”Sejak Desember 2001 hingga 2006, dia di bawah saya,” kata Kamil.
Beredarlah dugaan, Anwar dan Kamil berada di balik terpilihnya Agung. Tapi keduanya membantah. ”Saya malah baru tahu Jumat tanggal merah,” kata Kamil. Anwar bahkan menyatakan, ”Saya justru enggak pernah ditanya soal ini.”
Agung mengelak disebut ”anak emas” Anwar. Sambil tertawa lebar dia berkata, ”Saya ini anak bapak-ibu saya.” Tentang loyal kepada Anwar, ”Dengan bos sebelum dan sesudah Pak Anwar pun saya loyal,” katanya.
KANTOR Bea dan Cukai Tanjung Priok pada Januari lalu berhasil menyita dua kontainer yang isinya tak sesuai dengan dokumen. Kontainer itu berisi, antara lain, ribuan unit PlayStation, telepon seluler merek BlackBerry dan merek lain, minuman anggur, serta komputer. Dokumen pengiriman menyebutkan kontainer milik PT Anugrah Karya Utama ini berisi produk perangkat keras (Tempo, 7-13 Februari 2011).
Gara-gara kasus ini, hubungan Kementerian Keuangan dengan Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat meriang. Komisi memaksa Agus memangkas kewenangan Komisi Pengawasan Perpajakan pada lingkup Bea dan Cukai. Sebab, penyegelan kontainer PT Anugrah ini bermula dari laporan Komisi Pengawasan, yang diketuai Anwar.
Bulan berikutnya, kantor Bea dan Cukai Batam menyita dua kapal yang diduga mengangkut minuman keras ilegal. Dari kapal itu juga ditemukan 220 lembar pita cukai palsu untuk minuman keras. Setiap lembarnya berisi 36 cukai palsu. Sayangnya, penyitaan ini tak berumur panjang.
Kapal motor Muara Jaya dan Surya Indah, yang hendak digiring ke Pelabuhan Batu Ampar, diserbu 500 orang dari darat dan laut pada Sabtu, 12 Februari. Mereka merebut paksa kapal itu. Kuat dugaan, massa tersebut suruhan pemilik kapal dan pelaku penyelundupan.
Sumber Tempo membisikkan, lantaran dua perkara inilah Agus tak puas akan kinerja Thomas. Tentang cerita ini, Agus dan Thomas tak bisa dimintai konfirmasi. Keduanya tidak merespons telepon dan pesan pendek yang dikirim Tempo.
Agus tak cuma meminta Agung mengoptimalkan penerimaan negara dari cukai. Dia juga mendesak Agung agar tak hanya jadi panutan bawahan, tapi juga menjadi pemimpin yang punya integritas, keahlian, serta karakter yang jujur. ”Tidak boleh ada kompromi,” sang bos menegaskan.
Agung, yang terpilih sebagai Tokoh Tempo 2007, berjanji melakukan yang terbaik. ”Penyelundup adalah musuh saya,” katanya. Selepas menerima Tempo, dia menggelar rapat membahas kasus-kasus besar, seperti daging dan ikan impor ilegal serta penyelundupan BlackBerry dan minuman keras. ”Pokoknya yang ramai di media saya prioritaskan,” katanya.
Anne L. Handayani, Fery Firmansyah, Iqbal Muhtarom
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo