Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LIBUR akhir pekan sudah di depan mata. Tapi pemerintah tak menggeser agenda penting: uji kelayakan dan kepatutan calon Direktur Utama PT Pertamina (Persero) tetap digeber pekan lalu. Targetnya, Senin pekan ini, sudah dikantongi nama untuk disetorkan kepada tim penilai akhir.
Fit and proper test untuk menjaring nama calon Pertamina-1 sebenarnya sudah terjadwal lama. Malah targetnya pekan lalu kelar. Namun, kata Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil, saat itu ada rapat mendadak, sehingga pertemuan dibatalkan.
Selain Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, anggota tim penguji adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, serta Komisaris Utama Sutanto. Agar tak molor lagi, mereka pun siap berakhir pekan bersama para kandidat. ”Bisa Sabtu, bisa Minggu,” kata Sofyan di kantornya Jumat pekan lalu.
Kabar bakal dilengserkannya orang nomor satu di perusahaan minyak dan gas pelat merah itu sebenarnya telah lama beredar. Pemicunya pendistribusian bahan bakar minyak bersubsidi yang karut-marut, yang menimbulkan kelangkaan di berbagai wilayah.
Belakangan, isu pergantian makin santer karena Pertamina tak sukses mengamankan distribusi bensin ketika pemerintah dua kali menurunkan harga bensin, 1 dan 15 Desember 2008. Para pengusaha enggan menebus order. Akibatnya, sejumlah pompa bensin kosong tak punya stok barang.
Kondisi inilah yang membikin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jengkel. Dalam pidato pembukaan Bursa Efek Indonesia, 5 Januari lalu, ia terang-terangan menyentil Pertamina. ”Saya benar-benar tidak happy.” Puncaknya terjadi ketika depo Pertamina Plumpang terbakar. Tidak hanya mengganggu suplai, kejadian ini menyebabkan Pertamina merugi Rp 22 miliar.
Sofyan mengaku telah mengantongi sederet nama untuk diikutsertakan dalam uji kelayakan. Dari Pertamina, nama yang beredar adalah Direktur Hulu Pertamina Karen Agustiawan serta Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Faisal. Namun sumber Tempo di pemerintahan mengatakan nama Faisal meredup menjelang uji kelayakan karena amburadulnya penyaluran bensin.
Karen selangkah lebih maju. Sumber lain mengungkapkan, ia telah mempresentasikan visi dan misinya di depan komisaris Rabu pekan lalu. Namanya diajukan kepada Menteri Sofyan sebelum menjadi Direktur Hulu pada Maret 2008. Saat itu posisinya di Staf Khusus Direktur Utama. Perempuan 50 tahun ini pernah menjadi Manajer Komersial Halliburton Indonesia sebelum bergabung ke Pertamina pada 2007.
Dari luar, nama yang berkibar antara lain mantan Senior Country Officer JP Morgan Indonesia Gita Wirjawan, mantan Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kardaya Warnika, serta mantan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto. Sumber lain mengatakan Kardaya dan Kuntoro dipasang untuk meramaikan bursa saja.
Kamis pekan lalu, Kardaya tampak melenggang meninggalkan kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Tak ada wartawan yang mencegat. Tapi Sofyan memastikan kedatangan Kardaya itu tak berkaitan dengan uji kelayakan.
Gita malah bersumpah tak masuk lingkaran ”panas”. Pendiri Ancora Capital Management ini hanya mengatakan memang pernah diuji kelayakan untuk jabatan Direktur Pertamina pada periode sebelumnya. Karen, ketika dimintai konfirmasi, hanya mengatakan, ”Saya belum tahu dan belum ada pemberitahuan.”
Menurut Sofyan, tak perlu pemberitahuan melalui surat untuk mendatangkan para ”kontestan”. Begitu ada kecocokan waktu di antara anggota tim penguji, ”Tinggal telepon saja.” Seperti biasa, pada proses ini kandidat diminta menyampaikan misi dan visi. Intinya: ke mana mereka hendak membawa Pertamina.
Soal visi Pertamina ke depan, Sofyan mengatakan pemerintah tidak lebih berat ke sektor hulu. Usaha hulu memang sumber utama Pertamina (60 persen), hilir 31 persen, dan penugasan pelayanan publik alias PSO berkontribusi 9 persen. Persoalannya, meski sumbangannya kecil, sektor hilir sangat sensitif secara politis dan untuk kepentingan masyarakat. ”Dua-duanya penting,” kata Sofyan.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance Ikhsan Modjo mengatakan pergantian direktur utama tidak menjamin distribusi bahan bakar minyak tidak langka lagi. Apalagi selama sepuluh tahun ini sudah tujuh kali Direktur Utama Pertamina diganti, sedangkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tidak pernah berganti orang.
Retno Sulistyowati, R.R. Ariyani, Sorta Tobing
Pertamina
Cadangan:
Produksi:
Pengolahan:
Target 2009:
Total aset: Rp 152 triliun (tanpa kilang LNG Arun dan Bontang)
Laba bersih: Rp 30 triliun
Minyak dan kondensat: 1.461 MMSTB
Gas: 18.981 BSCF
Geotermal: 3.080 MW
Minyak mentah: 52,3 MMBO per tahun
Gas: 405,7 BSCF 8,5 juta ton
Minyak mentah: 312,47 juta barel
Gas: 1,99 juta barel
Laba bersih Rp 12 triliun, turun karena perubahan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP)
Produksi minyak 2009: 52 juta barel
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo