Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#CC0000>Duta Besar India untuk Indonesia Biren Nanda:</font><br />Kami Tidak Minta Perlakuan Khusus

24 Agustus 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUBUNGAN Nusantara dan India sejak awal Masehi bakal kian erat seiring dengan penandata nganan pakta perdagangan bebas antara ASEAN dan India pertengahan bulan ini. Berawal dari persinggungan budaya, mesranya hubungan ekonomi terlihat dari menanjaknya nilai perdagangan dan investasi per tahun.

Untuk mengetahui seberapa besar minat investor India di Indonesia, R.R. Ariyani, Philipus Parera, dan Yosep Arkian dari Tempo menemui Duta Besar India untuk Indonesia Biren Nanda, Kamis pagi pekan lalu. Ditemani secangkir teh hangat, pembicaraan dengan master ekonomi dari New Delhi School of Economics ini tak terasa berlangsung hingga satu jam.

Apa tujuan menggelar pameran di Indonesia?

Setelah perjanjian hubungan strategis pada 2005 diteken, perdagangan berkembang. Sementara pada 2005 nilainya US$ 4 miliar, tahun lalu sudah melampaui US$ 10 miliar. Kami banyak impor CPO dan batu bara, dan ekspor alat mesin. Indonesia pasar yang luas dengan potensi besar di sumber daya alam dan energi. Dengan momentum kenaikan perdagangan dan investasi, kami ingin mendiversifikasi perdagangan serta memperkenalkan industri manufaktur. Investasi kami di sini cukup banyak.

Awalnya, di bidang tekstil pada 1970-1980-an seperti PT Indo Bharat, PT Indorama, PT Five Star Textile, dan PT Bitatrex. Kedua, perusahaan baja seperti PT Essar Indonesia, PT Jindal Stainless Steel, dan PT Ispat Indo. Ketiga, industri otomotif yakni PT TVS Motor Company Indonesia dan PT Bajaj Auto Indonesia. Keempat, di perbankan ada Bank Swadesi dan State Bank of India (SBI). Kelima, pertambangan lewat PT Tata Power Company, Essar, dan PT Gujarat Exploration.

Ada juga perusahaan teknologi informasi seperti PT Techmahindra dan Tata Consultant Services. Pada 24 Agustus ini, pembuat alat-alat pertambangan PT Bharat East Movers Limited akan membangun pabrik perakitan di Balikpapan.

Indonesia tidak luput dari krisis. Masihkah Indonesia potensial untuk investasi?

India, Indonesia, bahkan Cina, dan semua negara lainnya pasti terimbas krisis. Tapi kita bertahan karena besarnya konsumsi domestik mendorong pertumbuhan ekonomi.

Data BKPM menunjukkan, dari rencana investasi India yang disetujui US$ 4,5 miliar untuk 247 proyek selama Januari 2004-Februari 2009, realisasinya hanya US$ 157,8 juta untuk 75 proyek. Dibanding mitra dagang lainnya, angka ini sangat minim, kenapa?

Data itu tidak benar. Tata berinvestasi US$ 1 miliar di PT Bumi, jauh di atas data BKPM US$ 158 juta. SBI pun menambah modalnya empat kali lipat di sini. Belum lagi investasi perusahaan di bursa. BKPM hanya mencatat investasi awal perusahaan, selanjutnya tidak. Saya tak ahli menghitung investasi negara lain. Tapi jika fokus di sepuluh perusahaan besar India di sini, nilainya sangat besar.

Kenapa Bajaj belum membangun industri manufakturnya di sini?

Rencana itu ada jika penjualannya meningkat. Bajaj kan baru datang 18 bulan lalu. Dengan dominasi Jepang, butuh waktu menanamkan brand image dengan membuka showroom, dealer, pelayanan purnajual, dan beriklan.

Kapan Tata Motor masuk Indonesia?

Tata sudah mulai proses manufaktur di Thailand dan produk yang dijual di Indonesia meliputi SUV, passenger car, dan truk pikap. Tata Nano belum masuk karena permintaan di India membeludak. Booking kendaraan di sana bisa 1-3 tahun. Inden saat ini 200 ribu unit. Plus belum ada kebijakan mengekspor Nano.

Secara spesifik India ingin berinvestasi di bidang apa saja?

Kami ingin fokus di produk mesin, komponen otomotif, dan farmasi. Di India banyak perusahaan farmasi multinasional mengantongi izin dari otoritas Amerika Serikat, Uni Eropa, WTO, dan lainnya. Harga obat di India pun sangat murah dibanding negara lain.

Apa hambatan investasi di Indonesia?

Pada dasarnya, ketika masuk lingkungan baru, tentu ada kesulitan karena belum mengenal kebiasaannya. Tapi tidak ada komplain dari pebisnis. Kalaupun ada, mereka menyelesaikan sendiri.

Insentif apa yang diharapkan dari pemerintah?

Kami tidak minta perlakuan khusus. Kami hanya minta perlakuan sama dengan investor asing di Indonesia. Karena di India pun tidak ada insentif khusus bagi mereka.

Apakah tuduhan dumping atas produk India mengurangi minat dagang atau investasi?

Memang ada kasus tuduhan dum ping. Itu biasa di perdagangan internasional. Setiap negara berhak meng ajukan hal itu ke WTO. Dan kami koope ratif.

Apa dampak konkret ASEAN-India FTA?

Perdagangan bebas membuat hambatan dagang berupa bea masuk di India dan Indonesia turun signifikan. Targetnya nilai perdagangan bilateral US$ 20 miliar dalam lima tahun mendatang.

Di ekonomi global, bagaimana posisi kekuatan India?

India dan Indonesia sangat mirip, yang butuh regulasi aliran uang antar-batas negara dan ingin memperkuat institusi seperti Bank Dunia, IMF, serta ADB agar kompetitif mendistribusikan dana kepada negara seperti Indonesia. Khususnya untuk infrastruktur. Ini mendorong perekonomian bergairah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus