Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#CC0000>Minyak</font><br />Cepu Tak Kunjung Mengucur

Produksi minyak dari Blok Cepu lagi-lagi tertunda. Pemerintah menagih janji Mobil Cepu, operator blok tersebut. Masih banyak masalah di lapangan.

24 Agustus 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

API menyala-nyala, menyembur dari cerobong sumur A lapangan minyak dan gas Banyu Urip, Blok Cepu, di Kabupa ten Bojonegoro, Jawa Timur, pas 17 Agustus lalu. Kontraktor blok ini, Mobil Cepu Limited, memakai pipa tersebut untuk membuang gas ikutan—dalam proses produksi minyak—dengan cara membakar.

Sudah beberapa pekan ini, Mobil Cepu bekerja ekstra melakukan uji coba di sumur tersebut. Mereka mengetes lagi kandungan minyak di perut sumur. ”Ini pertanda bagus,” kata Field External Relations Manager Mobil Cepu Deddy Afidick. ”Nyala api dari pipa cerobong menandakan minyak di sumur itu siap dipompa.”

Pemerintah sangat mengandalkan proyek Cepu untuk mendongkrak vo lume produksi minyak nasional. Sebab, tiga tahun belakangan, lifting Indonesia tak tembus satu juta barel per hari. Tahun lalu, misalnya, cuma menghasilkan 976.778, naik tipis dibanding perolehan 2007 sebesar 960 ribu barel per hari.

Tahun ini, pemerintah memasang target 960 ribu barel per hari dalam anggaran pendapatan dan belanja negara. Nyatanya, sampai 17 Agustus 2009, ra ta-rata produksi masih 950 ribu. Menteri Energi dan Sumber Daya Mi neral Purnomo Yusgiantoro pun mengumpulkan pemimpin sepuluh kontraktor kontrak kerja sama minyak dan gas terbesar, Kamis pekan lalu.

Hasilnya, lapangan dan sumur baru akan digenjot untuk menutup defisit. Misalnya dari Tangguh, Kodeco KE-38, Sukowati, dan tidak ketinggalan lapangan Banyu Urip di Blok Cepu.

Tampaknya, kondisi tahun depan tak akan berbeda. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis pekan lalu, sulit berha rap produksi minyak bisa melompati 965 ribu barel pada 2010. Pasalnya, pe nemuan sumber baru yang diharapkan mengucur deras tahun ini ternyata mo lor hingga 2010 dan 2011, termasuk dari ladang Cepu.

Vice President Public Affairs ExxonMobil Oil Indonesia, Maman Budiman, mengatakan Exxon juga ingin Cepu segera berproduksi, tapi dengan cara yang benar agar ada pendapatan dari investasi yang ditanamkan. ”Jadi bukan our interest untuk molor-molor. Kami selalu berusaha memenuhi komitmen.”

l l l

BLOK Cepu adalah wilayah kerja minyak dan gas yang dikelola Mobil Cepu. Anak perusahaan ExxonMobil Oil Indonesia itu memiliki 25 persen. Ampolex (Cepu)—juga anak usaha ExxonMobil—memegang 25 persen dan PT Pertamina (Persero) 50 persen. Ladang Cepu membentang di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur—meliputi ka wasan Blora, Bojonegoro, Tuban—se luas lebih dari seribu kilometer persegi.

Di perut bumi Cepu, diperkirakan terkandung 600 juta barel minyak dan 1,3 triliun kaki kubik gas. Cadangan itu tersebar di beberapa tempat, antara lain lapangan Kedung Tuban, Cendana, dan Banyu Urip. Di Banyu Urip saja kira-kira terdapat cadangan 250 juta barel minyak.

Pada Desember 2008, produksi perdana sempat mancur selama tiga pekan. Jumlahnya memang tak banyak, 180 barel per hari atau total sekitar 6.000 barel. Minyak diangkut menggunakan truk tangki, dikirim ke fasilitas pe nyim panan Mudi di Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban—sekitar 32 kilometer dari Banyu Urip.

Tapi produksi dihentikan lantaran fasilitas pendukung belum rampung. Misalnya fasilitas pipa penyaluran minyak, yang belum memadai. Mobil Cepu juga akan menguji coba peralatan pendukung pengeboran.

Berdasarkan rencana pengembang an lapangan atawa plan of development, proyek Cepu akan menghasilkan 165 ribu barel minyak saban hari. Mobil Cepu berjanji mengerjakannya selama tiga tahun mulai 2007, sehingga minyak akan mengucur pada 2010.

Namun skenario bergeser. Sumber Tempo mengatakan pemerintah minta Cepu online sebelum Pemilu 2009, berapa pun volume yang dihasilkan. Pemerintah beralasan, Mobil Cepu ditunjuk sebagai operator antara lain karena bisa memproduksi lebih cepat. Target beroperasi pun dirombak menjadi Desember 2008. Maka dibikinlah desain proyek mini berkapasitas 20 ribu barel per hari untuk produksi awal.

Exxon setuju dan sanggup merampungkannya selama 18 bulan. Tapi ada catatan. Perusahaan minyak dan gas asal Amerika itu meminta penundaan pembayaran bea masuk atas peralatan eksplorasi. Alasannya, proyek mini tidak ekonomis. Mereka juga meminta bantuan pembebasan lahan.

Konsep awal 165 ribu barel tetap berlanjut. Artinya, operator mesti membikin desain proyek mini dan proyek besar. ”Fasilitas atau peralatannya tentu beda,” kata sumber Tempo. Diputuskan, proyek mini akan memakai fasilitas sementara (sewa) untuk tiga tahun. Maka digelarlah proses tender. Targetnya, hasil tender disetujui Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi pada Februari 2008. Eh, target meleset sampai Mei.

Mobil Cepu juga merevisi pesanan peralatan dari Houston, Amerika Serikat. Begitu rencana berubah, nomor antrean pun bergeser ke belakang. Ndilalah, Kepala BP Migas R. Priyono menambahkan, terjadi krisis finansial global yang menyebabkan operasionalisasi kapal angkut Amerika-Indonesia mandek. Proyek Cepu kian molor lantaran badai Ike melanda Amerika, akhir 2008 hingga awal 2009. ”Pabrik-pabrik di sana terkena, rusak semua,” kata Priyono.

Akhirnya, Mobil Cepu menyampaikan komitmen baru kepada BP Migas dan Dewan Perwakilan Rakyat. Intinya, akhir Agustus minyak akan mancur. Tapi, menurut Priyono, volume produksinya cuma 5.000 barel per hari. Lifting akan meningkat bertahap menjadi 16-20 ribu barel per hari pada Oktober.

Rencananya, kata Deputi Pengendalian Operasi BP Migas Budi Indianto, Pertamina akan membeli 10 ribu barel minyak Cepu. Minyak akan dialirkan melalui pipa sepanjang 36 kilometer ke tangki penyimpanan di Mudi, Kabupa ten Tuban, Jawa Timur. Fasilitas ini milik bersama JOB Pertamina Petrochina East Java. Minyak akan dialirkan ke floating storage Cinta Natomas di lepas pantai Tuban.

PT Tri Wahana Universal—pemilik kilang mini Cepu—akan menyerap 6.000. Sisanya, 4.000 barel per hari, ditawarkan kepada Pertamina. Pemerintah berharap perusahaan minyak dan gas pelat merah itu bisa menjadi off-taker, pengambil alih, supaya produksi mini optimum.

”Ada kemungkinan saya titipkan ke Pertamina,” Direktur Jenderal Minyak dan Gas Departemen Energi Evita Legowo menambahkan. Tapi seorang sumber berbisik, belum ada satu pun perjanjian jual-beli di antara mereka yang diteken. Padahal draf kontrak telah disiapkan sejak akhir tahun lalu.

Konon, Pertamina menolak fasilitas produksi awal yang cuma 5.000 barel per hari. Perusahaan yang seratus persen sahamnya dikuasai negara ini mempertanyakan infrastruktur berkapasitas 20 ribu barel yang dijanjikan.

Sumber lain mengatakan peralatan berkapasitas 5.000 ”terpaksa” dipasang sementara sambil menunggu proyek 20 ribu rampung. Ini untuk memenuhi target mancur akhir Agustus. Pertimbang annya, fasilitas kilang milik Tri Wahana Universal juga akan kelar pada September. Peralatan supermini ini telah selesai dirangkai dan disertifikasi. Pada 16 Agustus lalu dilakukan pressure up.

Di Tuban, persoalan lahan mengganjal. Misalnya izin pembangunan pipa Banyu Urip-Mudi. Bupati Tuban sampai mengirim surat kepada Menteri Energi. Direktur Jenderal Migas membalas, meminta daerah menyukseskan proyek penting negara ini.

Pipa 10 inci jurusan Mudi-lepas pantai Tuban pun belum mengantongi izin Bu pati Tuban Haeny Relawati. Pipa sepanjang 37 kilometer ini digarap JOB Per tamina Petrochina East Java. Toh, pe masangan pipa yang dimulai November 2008 ”nekat” dirampungkan Juli 2009.

Juru bicara Pemerintah Kabupaten Tuban, Gatot Setiono, mengatakan Pe trochina cuma menyodorkan fotokopi persetujuan dari Kementerian Energi dan BP Migas, bukan dokumen asli. ”Itu yang kami tidak mau,” katanya.

Priyono membenarkan, perizinan daerah menimbulkan banyak masalah. Akibatnya, ketika lapangan siap berproduksi, penyalurannya belum jelas. Persoalan pipa ”enggak jalan kalau enggak dipaksain,” katanya. ”Mau dikemanakan minyaknya?”

JOB Pertamina Petrochina East Java ngotot. Kendati belum mengantongi restu pemerintah Tuban, mereka menjadwalkan uji coba pemakaian pipa 10 inci Jumat pekan lalu. Perwakilan BP Migas dan Direktur Jenderal Migas diundang untuk menyaksikannya. Tanpa Bupati Tuban. Alasannya, ini acara internal. Prospek Cepu masih gelap.

Retno Sulistyowati, Iqbal Muhtarom, Sujatmiko (Bojonegoro)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus