Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#FF0000>Minyak Sawit Mentah</font><br />Saatnya Meremajakan Kebun

Ditekan harga dan permintaan, minyak sawit mentah tetap menjadi andalan. Bank siap mengucurkan bantuan.

12 Januari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA ”kado” istimewa buat Daud Dharsono. Baru sebulan menjabat Direktur Utama PT Sinar Mas Agro Resources and Technolo­gy, ia mendapat pekerjaan ekstra. Awal Desember lalu, Daud tak hanya sibuk membuat program kerja 2009 untuk anak usaha Sinar Mas itu, tapi juga merevisi seabrek rencana. Per­luasan la­han 40 ribu hektare dipotong separuh, belanja kendaraan operasional dihapus, dan pemupukan ditekan. ”Ini tahun berat. Kami harus banyak menghemat dan melakukan efisiensi,” kata Daud.

Krisis keuangan global yang dipicu kredit perumahan bermasalah (subprime mortgage) di Amerika, kata Daud, membuat efek berkepanjangan. Awalnya, harga minyak bumi tumbang dari nilai tertingginya US$ 147 per barel pada Juli menjadi US$ 40-an pekan lalu. Ini diikuti kehancuran harga komoditas lain, termasuk minyak sawit mentah (crude palm oil), yang sempat menyentuh angka paling fantastis sepanjang sejarah, US$ 1.400 per ton. (Lihat tabel.)

Badai krisis juga mengakibatkan resesi ekonomi dunia. Alhasil, permintaan CPO menurun, sementara pasokan terus menyesaki gudang-gudang penimbun. Kantong pengguna energi alter­natif seperti Eropa memangkas besar-besaran lantaran harganya tak lagi ekonomis. Untuk makanan pun demikian. India, misalnya, mengurangi pembelian karena hasil olahannya seperti noodle tak lagi ”diminati” Amerika.

Namun, kata Daud, prospek sawit tetap bagus. Argumennya, di antara penghasil minyak nabati, produksi sawit paling mencengangkan. Dari satu hektare lahan bisa diperoleh lima sampai tujuh ton CPO. Selain itu, umur sawit sampai belasan tahun. Sedangkan yang lainnya, seperti kedelai, bunga matahari, dan jagung, hanya bertahan tiga sampai enam bulan sekali tanam. ”Ini industri perkebunan jangka panjang,” katanya.

Ketua Gabungan Asosiasi ­Peng­usaha Kelapa Sawit Indo­nesia Akmaluddin Hasibuan sepakat. Bahkan, walau permintaan minyak nabati dunia cenderung turun, Akmaluddin yakin semua pasokan terserap. Dari produksi CPO tahun ini yang diperkirakan 19 juta ton, 12 juta ton diekspor. Sisanya semua dilahap kebutuhan dalam negeri. Mandatori penggunaan biodiesel diharapkan menggenjot permintaan lokal sampai dua juta ton dari kebutuhan tradisional yang hanya lima juta.

Tak hanya itu. Menurut Asti Pohan, analis dari BNI Securities, arah menurun permintaan minyak nabati lebih terjadi di luar sawit. Produksi dan harga menjadi faktor utama. Produksi kedelai, kata Asti mencontohkan, tahun ini diperkirakan tidak mengalami perkembangan berarti. Cuaca di Brasil dan Argentina, dua negara penghasil tumbuh­an kacang terpenting itu, yang menjadi pangkal soal. Sedangkan soal harga, sawit tergolong yang paling murah. ”Itu yang lebih berbicara,” kata Asti.

Pasar di tahun Kerbau ini juga diprediksi makin luas. Menurut Asti, negara-negara pusat ekonomi baru, seperti Cina dan India, akan banyak menyedot. Jutaan ton minyak sawit bakal diolah menjadi makanan. Daud mengakui hal itu. Dalam satu semester terakhir, ekspor CPO ke kedua negara itu terus melonjak. Demikian juga dengan Pakistan dan Bangladesh.

Walau produksi hampir dipastikan terserap, Daud memprediksi 2009 adalah tahun berat. Soalnya, hasil dari 300-an ribu hektare kebun sawitnya masih sangat murah. Pekan lalu, per ton CPO hanya dihargai US$ 490 dan terus dibayang-bayangi krisis keuangan global. Selain itu, harga CPO sedang menuju keseimbangan baru. Melejitnya minyak sawit tahun lalu lebih karena euforia harga minyak bumi. ”Juga spekulasi pemain,” kata Daud. ”Tahun ini, ya, bergerak US$ 500-600 per ton.” Prediksi yang mirip dikeluarkan Akma­luddin. ”Sampai kuartal ketiga US$ 513.”

Karena murahnya harga itulah tahun ini Sinar Mas tak banyak menghambur-hamburkan uang untuk perluasan lahan atau investasi yang tidak mendesak. Menurut Daud, setelah sekian lama, kini saat yang tepat bagi para pengusaha untuk mengucurkan duit buat meremajakan pohon yang telah uzur. Setidaknya, tahun ini Sinar Mas melakukan penanaman kembali di dua ribu hektare hutan sawitnya. Tak banyak, tapi tetap membutuhkan dana tak sedikit.

Untuk itu, walau ditekan likuiditas yang ketat, Daud berharap perbankan tidak terlalu seret mengeluarkan dana talangan ke sektor perkebunan ini. Bagi korporasinya, kas perusahaan tentu ada, tapi uang bank tetap perlu. Nah, uluran itu tentu sangat berarti bagi pengusaha menengah dan bawah. Menurut dia, bila pinjaman dihentikan, akan timbul efek berantai yang ujung-ujungnya menghantam balik pihak bank.

Melihat kemungkinan itu, bank juga tak bakal ambil langkah sepihak. Krishna Suparto, Direktur Korporasi Bank BNI, mengatakan saat ini likuiditas menjadi faktor penting dalam menyalurkan kredit. Namun Krishna menyatakan sektor agrobisnis, terutama sawit, merupakan komoditas nasional yang sangat strategis. Bahkan, dari segi perekrut tenaga kerja dan penyumbang kas negara, perkebunan sawit masih jadi andalan. Karena itu, BNI tetap akan mengucurkan dananya. Tinggal pintar-pintarnya perusa­haan sawit memikat bank.

Harga Minyak Kelapa Sawit (US$/Ton)

Januari
US$ 995

Maret
US$ 1407,5

Desember
US$ 487,5

Produksi, Ekspor, dan Nilai Crude Palm Oil

2004
1. 10,8
2. 8,6
3. 3,44

2005
1. 14,1
2. 10,4
3. 3,756

2006
1. 17,3
2. 12.1
3. 4,817

2007
1. 17,4
2. 11.9
3. 7,868

2008**
1. 18,5
2. 13,8
3. 13,396

*Sumber: Indocommercial

**Perkiraan

Ket:
1. Produksi (Juta Ton)
2. Ekspor (Juta Ton)
3. Nilai Ekspor (US$ Miliar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus