Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Pemerintah Bakal Bangun Rel Kereta Baru di Jalur Utara Jawa

Budi Karya Sumadi menyetujui pembangunan rel baru dalam program revitalisasi rel kereta api jalur utara Jawa.

8 Desember 2017 | 11.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Diubah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, YOGYAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyetujui pembangunan rel baru dalam program revitalisasi rel kereta api jalur utara Jawa. Penambahan rel itu merupakan usul Jepang untuk proyek kereta semicepat Jakarta-Surabaya.

"Saya punya kecenderungan menyetujui ini, meski idenya belum terkumpul semua karena di sini ada pemangku kepentingan nasional dan internasional," kata dia di sela seminar tentang “Peningkatan Kecepatan Kereta Api Koridor Jakarta-Surabaya” di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, seperti dikutip dari Koran Tempo edisi Jumat 8 September 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Usul Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) itu disampaikan secara informal, sekitar pertengahan November lalu. Saat itu, Budi mengungkapkan, Jepang ingin ada tiga rel. Dua di antaranya rel existing dan satu lagi jalur khusus untuk kereta semicepat Jakarta-Surabaya.

September lalu, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah sudah hampir pasti akan menggunakan rel existing untuk proyek tersebut. Masalahnya, jika menggunakan jalur lama, setidaknya ada 500-800 perlintasan kereta sebidang di sepanjang jalan Pantai Utara Jawa. Pemerintah pun berencana membangun jalur layang dan underpass di perlintasan sebidang itu. Menurut Luhut, penggunaan jalur lama bisa memangkas biaya proyek hingga 50 persen dari prediksi awal Rp 80-120 triliun.

Budi menilai usul itu masuk akal agar lalu lintas kereta jarak jauh lainnya dan kereta logistik tidak terganggu. "Saya melihatnya logis, makanya saya datang ke sini karena ingin share ke teman-teman UGM, Bappenas, dan Kementerian PUPR (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) bagaimana pendapatnya."

Masalahnya, dia mengatakan, usul tersebut terkendala biaya. Berdasarkan kalkulasi, penambahan rel itu bakal menyebabkan biaya investasi meningkat dari rencana awal, yakni Rp 60 triliun. "Tapi itu bukan pembengkakan. Kalau pakai teknologi yang sama tapi lebih mahal, baru itu namanya pembengkakan," Budi beralasan.

Budi meminta JICA bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengkaji ulang. Sebab, ia menilai, hasil prastudi kelayakan terlalu mahal dibanding hitungan awal. "Melengkapi studi yang sebelumnya saja. Kalau (jalur) layang terus-menerus kan mahal sekali dibanding perlintasan sebidang."

Menurut Budi, kalaupun harus menambah biaya, tidak lebih dari Rp 90 triliun. "Antara Rp 60 dan 90 triliunlah. Itu pun masih harus berdiskusi keras dengan Bappenas."

Ia menambahkan, jika hasil kajian menunjukkan perkiraan investasi masih di atas Rp 90 triliun, Kementerian Perhubungan akan merekrut konsultan dari luar untuk mengkaji hasil studi tersebut. "JICA yang mengkaji. Tapi, bila kemahalan, bila desain tidak baik, kami berpikir lain. Kami harapkan tetap JICA dan mereka supaya koreksi lebih efisien," katanya.

Rencana revitalisasi rel kereta di sepanjang jalur utara Jawa itu diharapkan bisa mengoptimalkan kecepatan kereta, yakni 160 kilometer per jam. Dengan kecepatan optimal, Jakarta-Surabaya bisa ditempuh dalam waktu 5,5 jam saja.

Budi ingin proyek kereta semicepat Jakarta-Surabaya didukung teknologi paling cerdas dengan memprioritaskan penggunaan komponen dalam negeri. "Cerdas itu andal, teknologinya relatif murah, dan sebanyak mungkin menggunakan komponen dalam negeri."

ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus