Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

’Warisan’ Soeharto di Bintuni

1 September 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EMPAT belas tahun lalu, Teluk Bintuni di Papua masih senyap dari aroma modal global. Hanya, ada kabar di perairan leher burung cenderawasih itu terpendam kekayaan gas tak ternilai. Kini di sana terpancang dua pengeboran lepas pantai yang akan menyedot triliunan kaki kubik gas alam. Pada 1997, Presiden Soeharto menamai kawasan itu Tangguh.

Pada era Megawati Soekarnoputri, kawasan itu dideklarasikan sebagai proyek nasional untuk pengembangan ekonomi timur Indonesia. Tak lama lagi Tangguh akan berproduksi. Tapi banyak pihak, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, menganggap transaksi itu sebagai kontrak pembawa musibah negara. Berikut ini seluk-beluk Tangguh, yang merupakan proyek pengembangan gas alam cair (LNG) ketiga di Indonesia, setelah Arun di Aceh dan Bontang di Kalimantan Timur.

Cadangan
Cadangan besertifikat: 14,4 triliun kaki kubik gas
Cadangan pasti: 18,4 triliun kaki kubik gas
Produksi: 7,6 juta ton LNG
Luas lahan pengolahan: 3.200 hektare (600 yang sudah digarap)
Lokasi dua unit: Tanah Merah
Status (Agustus 2008): Unit I 96 persen selesai, Unit II 70 persen
Pekerja: 500 orang
Investasi: US$ 5 miliar (membengkak hingga sekitar US$ 10,6 miliar)
Sistem bagi hasil: 70 : 30
Masa kontrak: Blok Wiriagar hingga 2023, Blok Berau berakhir 2017, dan Blok Muturi selesai 2022. Bisa diperpanjang melihat kebutuhan pasar.
Proyek dimulai: Maret 2005
Rencana pengapalan: Akhir 2008

Lapangan yang Sudah Beroperasi

 ArunBontang Q-HBontang ITangguh
Mulai beroperasi1978, 1983, 19861977, 1983, 1997, 199920072008
OperatorPT Arun NGLPT Badak NGLPT Badak NGLBP Indonesia
Produsen gasExxonMobilTotal, Vico, UncoalTotal, Vico, UncoalKonsorsium
Produksi6,8 juta ton22,8 juta ton3 juta ton7,6 juta ton
Lapangan gasArunKalimantan TimurTeluk KalimantanBerau, Muturi, dan Wiriagar

Saham Penguasa Tangguh Sejak Oktober 2007

KG Berau/KG Wiriagar 10%

LNG Japan Corporation 7,35%

BP Indonesia (operator)* 37,16%

CNOOC 16,96%

MI Berau BV 16,3%

Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd. 12,23%

*BP Indonesia merupakan gabungan dari BP, Amoco, Burmah Castrol, dan ARCO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus