Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gap year bisa berarti jeda untuk beristirahat dari pendidikan formal. Biasanya tahun jeda dilakukan siswa sekolah menengah atas atau SMA untuk tidak mendaftar kuliah selama setahun sampai dua tahun setelah kelulusannya.
Gap year memilih jeda dari pendidikan formal untuk mencoba bekerja, mendalami hobi, merenungi keinginan, atau berlibur panjang.
Apa risiko gap year?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Melewatkan waktu
Mengutip artikel 10 Pros And Cons Of Taking A Gap Year dalam The Scholarship Hub memutuskan mengambil jeda pendidikan tanpa tujuan dan alasan yang jelas hanya membuat seseorang membuang waktu. Kondisi itu juga rentan menyebabkan seseorang kehilangan arah dan tujuan berikutnya.
2. Ketinggalan dari teman sebaya
Gap year membuat seseorang tertinggal satu tahun atau lebih dari teman sebaya yang lebih dulu masuk perguruan tinggi.
3. Kehilangan minat akademis
Sebagian orang mengambil jeda satu tahun memberi semangat baru menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Tapi, sebagian orang lainnya bisa kehilangan minat dan motivasi akademis karena terlena menikmati waktu selama gap year.
4. Orang terdekat mungkin menentang keputusan gap year
Mengutip artikel Gap Year Pros and Cons dalam GVI, seseorang mungkin tidak mendapat dukungan dari orang tua dan kerabat saat memutuskan gap year. Orang tua mungkin khawatir, gap year membuat anaknya benar-benar tidak ingin berkuliah.
Gap Year Association menemukan 98 persen siswa percaya, gap year membantu tumbuh secara pribadi. Adapun 73 persen mengatakan, gap year membantu mereka mempersiapkan diri lebih baik untuk kuliah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.