Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Adi Sasono: "Banyak yang Kemaruk"

31 Mei 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KINI orang mengenal Adi Sasono sebagai Ketua Partai Merdeka, yang tak banyak kebagian suara dalam pemilu legislatif lalu. Dalam Pemilu 1999 pun, Partai Daulat Rakyat (PDR), yang bahkan menjagokan Adi sebagai calon presiden, tak banyak dipilih. Padahal, sebagai Menteri Koperasi waktu itu, ia dikenal dekat dengan Presiden B.J. Habibie dan menjadi "tokoh utama" yang paling sering dihubungkan dengan penyaluran besar-besaran kredit usaha tani (KUT).

Kabar tak sedap kemudian mampir ke pundak Adi: pemberian kredit merupakan cara PDR menghimpun dukungan rakyat. Namun ia tegas membantah. "Itu fitnah," katanya.

Berikut wawancara Y. Tomi Aryanto dari TEMPO dengan mantan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia itu di Jakarta, Rabu pekan lalu.

Benarkah banyak anggota PDR menjadi pengurus koperasi penerima KUT?

Buktikan kalau saya pernah mengarahkan bank agar memberikan kredit ke LSM atau koperasi tertentu. Itu fitnah saja.

Penyaluran kredit ini untuk menggalang massa?

LSM hanya menyalurkan 10 persen dari total kredit yang mencapai Rp 8,33 triliun. Dan mereka bukan di bawah PDR. Yang paling banyak menunggak justru LP2NU (Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama).

(Ketua LP2NU Imam Khurmain ketika dimintai konfirmasi membenarkan pernyataan Adi. "Kami tidak pandang bulu. Kalau memang ada anggota yang melanggar, harus diproses hukum dan dimejahijaukan saja," kata Imam, yang baru satu setengah tahun lalu ditunjuk oleh Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi menjadi Ketua LP2NU, menggantikan Ismeth Tahir).

Anda tidak menyadari penyaluran kredit itu rawan penyelewengan?

Kebocoran pasti terjadi. Risiko itu harus ditanggung pemerintah. Karena, kalau dihitung, akibat yang mungkin terjadi akan jauh lebih besar jika kredit tidak diberikan. Saat krisis yang begitu parah, jutaan petani miskin harus ditahan agar tetap di desa. Apa jadinya kalau dua juta saja dari mereka lari ke Jakarta? Padahal kerusuhan hebat baru saja terjadi di kota-kota besar. Jadi, bikin mereka sibuk. Caranya, dengan memberikan akses kepada kredit.

Anda setuju KUT macet itu diputihkan?

Tidak. Itu akan memberikan pesan yang sangat buruk bagi rakyat. Itu berarti mengajari orang yang berutang boleh tidak mengembalikan. Jangan dikira rakyat itu tidak ada yang rusak. Banyak dari mereka yang kemaruk. Tapi ada juga yang nekat tidak mengembalikan kredit karena diprovokasi LSM penyalurnya.

Bagaimana seharusnya?

Yang paling baik, dilakukan restrukturisasi utang. Prinsipnya, utang harus dibayar. Dan yang menyelewengkan harus diproses secara hukum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus