MINGGUAN Sport dan Film Prestasi berusia hanya enam bulan. Pertengahan 1973 itu, PT Prabha Kasih, penerbitnya, menghentikan penerbitannya, karena tidak segera memberikan keuntungan. Padahal terakhir oplahnya sudah 25.000, naik dari 20.000 waktu mulai terbit. Dengan format tabloid 12 halaman, ia memuat artikel film dan sport yang tampak seimbang. Kadang malah disisipinya tulisan musik. Ia mencoba mengambil gaya majalah sport dan film Aneka, pendahulunya. Tapi, seperti diakui Setiadi Tryman MS, bekas Wakil Pemimpin Redaksinya, lingkungan hidup majalahnya ketika itu tidak mendukung. Maksudnya, pada periode tadi, kecintaan orang Indonesia akan olahraga belum tumbuh hebat sepetti sekarang. Ia agaknya benar. Kini olahraga -- terutama cabang bulutangkis, marathon, tinju, dan sepakbola -- semakin populer, di Indonesia hingga secara berangsur muncul lagi penerbitan khusus olahraga. Olympic, dan Selecta Sport umpamanya. Bahkan ada yang lebih khusus seperti majalah Catur, dan Yudo, yang baru muncul Agustus. Setidaknya orang menganggap majalah olahraga akan menguntungkan. Yayasan Tunas Raga, misalnya, dengan modal awal Rp, 40 juta, meluncurkan majalah Bola, terbit dua kali/bulan mulai Mei. Dijual, Rp 500/ eksemplar, 52 halaman, majalah itu selain menyajikan soal sepakbola, juga menurunkan tulisan tentang cabang atletik lainnya seperti renang, bulutangkis, dan tinju. Tapi sepakbola merupakan perhatian utamanya. "Di mana-mana orang main bola, itulah sebabnya sepakbola kami beri porsi besar," kata Yusack Susanto, Pemimpin Redaksinya. Bila kedudukannya sudah mantap, Yusack merencanakan majalahnya meniru penampilan World Soccer. Selain reportase sendiri, Bola juga menerjemahkan berbagai artikel dari majalah olahraga luar negeri. Untuk meluaskan pemasarannya ke luar Jakarta, Bola mengetengahkan gambar berwarna pemain bola di pedesaan. Adalah karena gagal dalam pemasaran juga, menurut Setiadi, Prestasi dulu berumur pendek. Majalahnya pernah dinilai cukup populer dan murah (Rp 15). "Tapi pembaca sulit mencarinya," ungkap Setiadi. Olympic (terbit tiga kali/bulan) mengemukakan persoalan serupa. Tabrin Tahar, Pemimpin Redaksinya, mengeluh majalahnya sulit beredar di luar Jakarta, sekalipun oplahnya konon 30.000. Suramkah masa depannya? "Bila suram kami tentu tidak terbit tiga kali sebulan," tangkisnya. Dua tahun lalu, Tabrin mengaku majalahnya terpukul oleh Kenop 15, yang mengakibatkan oplahnya tinggal 6.000 saja. Setelah melewati tekanan berat ia akhirnya lolos juga, bahkan kini ia tengah mempersiapkan kelahiran suatu majalah olahraga baru, khusus sepakbola. Konon kelompok penerbit koran Sinar Harapan dan Kompas juga akan menerbitkan majalah olahraga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini