Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Letusan Piek Van Ternate

Gunung Gamalama di P. Ternate meletus, disusul dengan letusan krakatau, bromo dan kie besi (maluku utara) 40.000 penduduk p. ternate mengungsi ke daerah aman di selatan.

20 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BENDA-BENDA vulkanik, abu dan pasir menghujani Kota Ternate dan beberapa desa di Pulau Ternate, Maluku Utara. Letusan-letusan keras dari Gunung Gamalama, sampai Kamis minggu lalu masih menggetarkan pulau tersebut. Penduduk yang panik mulai diungsikan. Dengan luas 40 km2, hampir seluruh Pulau Ternate adalah kawasan Gunung Gamalama. Itulah sebabnya hampir 40.000 orang penduduk Pulau Ternate yang berjumlah 76.000 orang terpaksa mengungsi ke daerah-daerah yang dianggap aman seperti, Kota Ternate di selatan, Pulau Tidore dan Pulau Halmahera. Letusan-letusan yang berasal dari Gamalama yang dulu bernama Piek van Ternate, memang mengkhawatirkan. Semenjak ledakan pertama 4 September yang lalu selama satu minggu, hampir setiap hari ada letusan-letusan. Setiap letusan diiringi pula dengan hujan vulkanik yang semburannya mencapai 1 km, dan menyebabkan hutan dan semak-semak yang dijatuhinya terbakar. Begitu juga tanaman penduduk hancur oleh bencana ini. Untungnya sampai saat ini belum ada korban jiwa yang jatuh akibat musibah tersebut. Kegiatan gunung berapi itu sampai pekan lalu belum juga berangsur baik. Bahkan di antara letusan-letusannya terjadi satu peristiwa yang amat jarang terjadi di gunung berapi di Indonesia dan menarik perhatian pengamat gunung api. Yaitu adanya dua ledakan bersamaan dari dua lubang dalam satu kepundan gunung itu. Pengungsian penduduk langsung ditangani Pemda, PMI dan Departemen Sosial. Gubernur Maluku, Hasan Slamet, yang sampai minggu lalu berada di Ternate kepada Kompas mengatakan persediaan beras untuk pengungsi sampai saat ini masih cukup. Hanya lauk pauk dan air minum yang sulit didapat karena sumur-sumur ditutupi abu. Pengangkutan pengungsi juga dikatakan lancar, karena banyak kapal yang sedang berlabuh ketika letusan-letusan terjadi. Sejak letusan Gamalama terakhir 1962, juga tanpa korban jiwa, gunung ini tidak menunjukkan kegiatan yang membahayakan, kecuali mengeluarkan asap pada 1979. Gamalama yang sudah giat semenjak abad ke XV, pernah menimbulkan korban-korban jiwa pada abad ke XVI dan abad ke XVII. Piek van Ternate atau Gamalama ternyata tidak sendirian. Minggu lalu, Dinas Vulkanologi Bandung juga menerima laporan kegiatan gunung api Krakatau, Bromo (Ja-Tim) dan Kie Besi (Maluku Utara). Selasa minggu lalu, pukul 00.09 tengah malam Krakatau mengeluarkan letusan yang cukup kuat dibanding letusan-letusan April yang lalu. Getaran dari gunung yang terletak di Selat Sunda itu terasa sampai di Banten. Dari gunung Bromo dan Kei Besi hanya tercatat letusan-letusan kecil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus