Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERINTAH untuk mengamankan pencalonan Agus Martowardojo menjadi Gubernur Bank Indonesia terbetik pada Senin siang pekan lalu di Senayan. Dengan nada bicara tenang tapi tegas, Ketua Fraksi Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat, Nurhayati Ali Assegaf, mendaulat segenap anggotanya di Komisi Keuangan dan Perbankan berjuang mengegolkan Agus. "Saya mendengar ada upaya penolakan di DPR," katanya dalam rapat pleno Fraksi Demokrat di gedung kura-kura kompleks DPR, Jakarta.
Wanita itu mengingatkan jangan sampai calon tunggal yang diajukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada DPR pada Jumat malam dua pekan lalu tersebut kembali terlempar seperti lima tahun silam. Kegagalan meloloskan Agus akan mempermalukan Yudhoyono. Nurhayati berjanji ikut melobi fraksi-fraksi koalisi pendukung pemerintah. Bekal 26 persen kursi di Komisi Keuangan memang tak memungkinkan Demokrat sendirian mengusung Agus.
Taklimat Nurhayati tampaknya tak cukup meresap di hati anak buahnya. Sejumlah anggota Fraksi Demokrat meminta Agus ikut aktif meyakinkan para anggota Komisi Keuangan. "Jangan bikin repot gue," ucap anggota Komisi Keuangan, Achsanul Qosasi, Kamis pekan lalu.
Masa tugas Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution akan berakhir pada Mei nanti. Menurut Undang-Undang Bank Indonesia, presiden mesti mengajukan calon tiga bulan menjelang masa tugas gubernur selesai. Uji kelayakan akan diadakan mulai medio sampai akhir Maret nanti. "Saya akan mencoba kembali dan menjalankan dengan sebaik-baiknya," kata Agus tentang pencalonannya, Kamis pekan lalu, di kantornya. Ia menjabat Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati pada 2010, setelah sejak 2005 menjadi Direktur Utama Bank Mandiri.
Staf khusus Presiden bidang ekonomi dan pembangunan, Firmanzah, mengatakan Presiden Yudhoyono berpendapat Agus menguasai sektor perbankan, riil, dan politik anggaran serta mampu bekerja sama dengan lembaga lain, negara-negara G-20, dan lembaga keuangan internasional semacam IMF. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menanggapi enteng kemungkinan Agus ditolak lagi oleh DPR, "Kan, dia masih Menteri Keuangan."
Pencalonan Agus ke BI tak lepas dari ontran-ontran di kabinet. Yudhoyono kabarnya tak nyaman bekerja dengan Agus, yang vokal dan tegas. Tapi, kata sumber Tempo, Agus tak mungkin didepak begitu saja dari kabinet karena akan memicu kritik dari publik.
Agus pernah mempersoalkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 tentang penyiapan proyek jembatan dan kawasan strategis Selat Sunda. Ia menganggap peraturan itu menguntungkan anak usaha Grup Artha Graha dan merugikan negara. Tapi Istana memandang proyek senilai Rp 200 triliun itu sangat penting. "Presiden ingin proyek itu menjadi warisan di akhir masa jabatannya," ucap si sumber. Penolakan Agus membuat target pelaksanaan proyek pada 2014 tak tercapai.
Hubungan Agus dengan DPR juga jauh dari mesra. Dia pernah berkeras membeli saham Newmont tanpa restu politikus Senayan. Hingga kini rencana pembelian saham perusahaan tambang emas itu tertunda. Menurut sumber tadi, tindakan itu mempermalukan Yudhoyono sekaligus merepotkan fraksi-fraksi koalisi.
Juru bicara Wakil Presiden Boediono, Yopie Hidayat, membenarkan Yudhoyono meminta masukan bosnya mengenai pencalonan Agus ke BI. "Tapi isi masukan bukan konsumsi publik," katanya. Sedangkan juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha membantah anggapan bahwa Presiden tak menyukai Agus. "Ketegangan-ketegangan yang terjadi itu lazim dan terjadi di mana pun," ujar Julian, Kamis pekan lalu.
Tak mesranya hubungan Agus dengan DPR memunculkan kabar bakal ada "jebakan Batman" di Senayan. Agus akan dipaksa mundur dari Menteri Keuangan untuk menunjukkan kesungguhan mengikuti seleksi menjadi Gubernur BI. Padahal setelah itu tak ada jaminan Agus bakal terpilih. Achsanul menyatakan tak tahu adanya skenario itu.
Sumber Tempo mengatakan Agus akan bertukar tempat dengan Darmin Nasution. Pilihan itu diduga terkait dengan pengusutan kasus Century yang melibatkan petinggi Bank Indonesia. Muncul pula nama Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam bursa calon Menteri Keuangan. "Ah, itu gosip. Belum diminta oleh Presiden," kata Gita.
Ketua Komisi Keuangan Emir Moeis memilih Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati sebagai orang yang cocok untuk menggantikan Agus. Wanita itu dinilainya menguasai fiskal dan makroekonomi. "Anny itu calon yang pas," ujarnya. Namun politikus PDI Perjuangan ini tak menutup kemungkinan Darmin yang menyodok.
Jobpie Sugiharto, Angga S.W., Prihandoko, Ira Guslina, Pingit Aria, Ayu Prima S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo