Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Anggur gunung kidul

Memanfaatkan tanaman jambu mete di gunung kidul, pt agung niaga, perusahaan patungan pemda, kud, pt cipta niaga dan pt giri agung, mendirikan pabrik sari buah dan anggur jambu mete. (eb)

7 April 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DAERAH gersang Kabupaten Gunung Kidul (Yogya) kini jangan dikira cuma tempat penyakit busung lapar. Di situ sudah berdiri satu perusahaan berikut pabriknya yang mengolah jambu mete menjadi anggur dan sari-buah (juice) -- merupakan satu-satunya di Indonesia. Perusahaan itu, PT Agung Niaga, adalah patungan antara Pemda Gunung Kidul (20%), KUD dari 6 kecamatan (50%), PT Cipta Niaga milik negara (10%) dan PT Ciri Agung milik swasta (20%). Menelan biaya Rp 85,6 juta, proyek ini sudah besar menuut ukuran setempat, apalagi menyerap 200 tenaga kerja setiap hari. Mereka yang paling melarat kini mendapat upah Rp 150 per orang/hari yang dianggap lumayan di Gunung Kidul. Ketika diresmikan tanggal 29 Oktober kemadn oleh Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono, bangunan pabrik dan perkantorannya di desa Kelor, Kecamatan Karangmojo, sudah ad kebun jarnbu mete seluas 13.128 hektar. Ini tennasuk tanaman swadaya rakyat, tapi baru 1.500 Ha yang berproduksi. esungguhnya ini adalah bagian dari proyek penghijallan yang juga mendapat bantuan NOVIB, oranisasi penyalur bantuan Belanda untuk kegiatan swasta di negeri berkembang. Karena KUD memiliki saham 50%, Menteri Nakertranskop Prof. Subotb memujinya dan sudah pula berara tentang "Pengembangan Koperasi Pola Kelor". Mented Perdagangan Radius Prawiro menyebutnya- sebagai proyek "tanpa alon-alon bisa kelakon", karena dikerjakan dengan keberanian menempuh risiko dalam waktu 110 hari. Tapi bagi Bupati Gunur Kidul, ir. Darmakun, menurut laporan koresponden TEMPO Syahril Chili, "ini merupakan titik tolak untuk minta lebih banyak (proyek) lagi. Sesudah jambu mete, Darmakun menawarkan kemungkinan untuk menambang mangaan, batu fosfat, batu kalsit dan kaolin." Areal jambu mete di Gunung Kidul masih akan diperluas lagi. KRT Joyodiningrat, bekas Bupati Gunung Kidul yang kini menangani Pusat Pemasaran dan Pengolahan Mete di daerah tingkat II itu. mengatakan bantuan NOVIB masih tersedia untuk pengluasan areal itu. Jika berlebih, mete akan bisa dipasarkan ke Eropa, Jepang dan Amerika. Tapi "untuk sementara ekspor kita tangguhkan," kata Menteri Radius, "supaya biar nleniknati dulu (anggur merek GANA) sepuasnya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus