Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) telah menerbitkan surat utang global atau (global bond) senilai US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 21 triliun (dengan kurs Rp 13,983.98 per dolar AS). Obligasi tersebut diterbitkan untuk mengantisipasi kebutuhan belanja modal perseroan yang mencapai Rp 4,5 miliar pada tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Keuangan Pertamina Pahala N. Mansury menuturkan surat utang itu terdiri atas dual tranche dengan tingkat bunga 3,6 persen untuk tenor 10 tahun dan 4,75 persen untuk tenor 30 tahun, masing-masing berjumlah US$ 750 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tingkat bunga ini merupakan tingkat bunga terbaik selama Pertamina pernah menerbitkan obligasi global, termasuk dilihat dari spread terhadap treasury bonds,” ujar Pahala, Kamis, 25 Juli 2019.
Pada puncaknya, kata Pahala, permintaan untuk obligasi yang ditawarkan sempat mencapai US$ 12 miliar. Proses bookbuilding atau penawaran awal sudah dimulai sejak Selasa lalu (23 Juli 2019) dan berakhir dengan pricing pada Rabu (24 Juli 2019).
Emisi obligasi itu dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex). Pada 2019, kebutuhan capex perseroan mencapai US$ 4,5 miliar. “Bahkan, tahun depan mendekati US$ 9 miliar sehingga kami menyiapkan dana capex tersebut dari sekarang,” ucap Pahala.
Sebelumnya diberitakan bahwa Pertamina membukukan laba US$ 677 juta pada kuartal pertama tahun 2019. Pencapaian itu diklaim ditopang kinerja hilir dan hulu minyak dan gas bumi.
Selain itu, realisasi kinerja Pertamina selama Januari - Maret 2019 disebut lebih baik didukung oleh positifnya pergerakan Indonesia Crude Price (ICP) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
BISNIS