Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Arigato nakasone-san

Ktt 7 negara industri di tokyo mengusulkan agar italia & kanada disertakan mendampingi g-5 (as, jepang, prancis, jerman barat & inggris) untuk mengatur kembali sistem moneter dunia. (eb)

10 Mei 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

USIA 75 tahun bagi Presiden Ronald Reagan bukan halangan untuk bertindak cepat dan rapi. Berlari-lari kecil menaiki tangga pesawat Air Force One, orang No. 1 Amerika itu seperti tak sabar untuk segera sampai ke Tokyo. Wajahnya kelihatan masih segar, dan lambaian tangannya tetap kuat, kendati kepala negara itu baru saja menyelesaikan pembicaraan berat dengan Presiden Soeharto dan para pemimpin ASEAN di Denpasar pekan lalu. Di Puri Akasaka, Tokyo, pemimpin negara yang selama ini jadi motor pertumbuhan ekonomi dunia itu sudah ditunggu oleh sejumlah rekannya. Di Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) tujuh negara industri, yang menyertakan juga utusan Masyarakat Eropa, pekan ini, Amerika memang merupakan pusat perhatian - meski selama tiga tahun belakangan ini ekonomi dalam negerinya babak belur gara-gara ekspor barang manufakturnya sulit bersaing di pasaran. Orang menghindari barang Amerika, karena harganya dalam dolar makin terasa mahal. Macetnya ekspor hasil industri, menyebabkan puluhan pabrik harus menutup pintu dan melepaskan puluhan ribu karyawannya. Klimaksnya terjadi tahun lalu: defisit neraca perdagangannya mencapai US$ 148,5 milyar. Amerika harus membayar mahal untuk menolong pertumbuhan ekonomi sekutunya. "Kita sudah menjadi lokomotif selama tiga tahun terakhir, dan itu berarti banyak negara sudah kita tolong," kata seorang pejabat Amerika bersungut-sungut. Jepang yang tahun lalu memperoleh surplus perdagangan hampir US$ 53 milyar, terbesar diperolehnya dari Amerika, jadi rikuh. Orang kemudian melihat setelah lima menteri keuangan (AS, Jepang, Prancis, Jerman Barat, dan Inggris) bertemu di New York, 22 September tahun lalu, dolar jatuh melawan sejumlah mata uang Eropa. Turun 15% nilainya terhadap mata uang Eropa Barat. Depresiasi dolar terhadap yen sendiri tercatat lebih dari 30%. Wajar kalau banyak eksportir Jepang kemudian berkaok-kaok minta perlindungan. Siapa yang tahu bahwa sebelumnya satu dolar berharga 240 yen, tapi sekarang hanya 165 yen? "Hanya Tuhan yang tahu berapa nilai tukar akan terjadi," kata Menteri Keuangan Jepang Noboru Takeshita. Mungkin pernyataan itu hanya olok-olok, mengingat pihak bank sentral dari lima negara (G-5) masih sering melakukan intervensi pasar untuk, mempengaruhi kurs dolar. Toh, ketika Takeshita ditanya majalah Business Week, apakah akan mengizinkan yen menguat 20% lagi terhadap dolar, ia menyahut, "Tuhan tidak menginginkan hal itu akan terjadi." Pengaturan kembali sistem moneter dunia, seperti dirintis G-5, diputuskan KTT Tokyo agar dilanjutkan kembali dengan menyertakan Italia dan Kanada. Ketujuh negara industri itu kabarnya akan berusaha menyetel kurs mata uang mereka terhadap dolar. dengan tidak mengorbankan pertumbuhan ekonomi, mengobarkan kenaikan suku bunga, dan mencambuk inflasi. Untungnya, tiga indikator ekonomi anggota KTT itu menunjukkan penampilan menggembirakan. Dalam dua bulan terakhir ini, suku bunga di tujuh negara industri rata-rata turun 0,5%-2% - kecuali di Italia yang naik 1% . Yang mungkin masih menjadi ganjalan di antara mereka, dan akibatnya juga terasa bagi negara berkembang, proteksionisme yang mereka kembangkan. Kayu lapis dari Indonesia, misalnya, masih terhambat masuk Jepang hanya karena negeri itu ingin melindungi industrinya dan membendung kayu Amerika. PM Yasuhiro Nakasone mengeluhkan kuatnya yen terhadap dolar, yang merugikan industri lokalnya, tapi menolong barang impor masuk dengan leluasa. Pengorbanan Jepang itu memang harus diperhitungkan. "Kami mengucapkan terima kasih atas pengorbanan itu," kata Presiden Reagan kepada tuan rumah. Arigato .... E.H. Laporan Siichi Okawa (Tokyo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus