Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Pakar Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia atau PPSKI, Rochadi Tawaf mengungkap peternak lokal belum tentu bisa manfaatkan investasi asing di industri sapi perah nasional. Pasalnya, hampir 90 persen peternak merupakan peternak rakyat dengan skala mikro dan kecil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau melibatkan peternakan rakyat, investasinya kan jadi semacam off taker bagi mereka. Namun, mengurus peternak skala kecil ini penuh tantangan,” terangnya kepada Tempo, Jumat, 13 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rochadi bercerita, ia pernah membina pengelolaan sapi pedaging impor dari Australia di lima provinsi. Namun, hanya ada satu wilayah yang berhasil berproduksi. “Sisanya, belum sampai berpoduksi sudah dijual. Sebab, ada banyak tantangan di lapangan. Mulai dari lahan untuk pakan yang sulit dan segala macamnya,” kata dia.
Merespons adanya rencana investasi dari perusahaan Qatar, Baladna untuk produksi 2 juta ton susu sapi di Indonesia, menurutnya hasilnya baru bisa terlihat 3-4 tahun setelah produksi berjalan.
Belum lagi, lanjut dia, ada banyak koperasi hingga asosiasi yang perlu diajak membangun kemitraan sebagai jembatan kepada peternak lokal. “Mungkin saja bisa bentrok antar asosiasi. Jadi prosesnya enggak cepat dan enggak mudah."
Sebelumnya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Suganda mengonfirmasi rencana investasi Baladna, perusahaan agrikultur dari Qatar untuk pemenuhan kebutuhan susu nasional. Kerja sama ini jika terealisasi akan menggandeng BUMN yang bergerak di bidang pangan.
“Tindak lanjut kerja samanya dengan salah satu BUMN, yang kami dengar dengan PT Berdikari. Diharapkan dapat segera teralisasi investasinya dalam waktu yang tidak terlalu lama,” terang Agung saat dikonfirmasi Tempo, Kamis, 12 September 2024.
Agung menerangkan pemerintah telah memfasilitasi penyediahan lahan potensial yang dapat dimanfaatkan Baladna. Total ada 11 ribu hektare lokasi yang diklaim telah disediakan. Soal nilai kerja samanya, ia belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut.
Selain dengan Baladna, Direktur Jenderal PKH memaparkan bahwa sejumlah investor lain, baik dari dalam maupun luar negeri, telah menjajaki peluang investasi sapi perah dengan pemerintah. Untuk perusahaan lokal, ada 52 yang telah berkomitmen mengembangkan usaha sapi perah.