Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) mencanangkan impor 1 juta ekor sapi perah dalam lima tahun ke depan. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional dan dukung program Makan Bergizi Gratis pemerintahan Prabowo-Gibran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Diharapkan pada tahun 2029, produksi susu nasional sudah memenuhi kebutuhan nasional sebanyak 96 persen,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda kepada Tempo, Kamis, 12 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencana itu, kata Agung, dilakukan dengan menggandeng pihak swasta tanpa menggunakan APBN. Kementan berkomitmen untuk memberikan dukungan kepada investor dalam memfasilitasi penyedian lahan potensial, regulasi, dan perizinan. Termasuk untuk membuka negara sumber sapi baru.
Selain itu, sejumlah komitmen lain yang diungkap Kementan di antaranya peningkatan kapasitas SDM lewat pelatihan teknis di lembaga pelatihan hingga hilirisasi dan mekanisasi.
Dalam rangka mendukung program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan Prabowo tersebut, Kementan terus bersinergi dengan instansi terkait. Mulai dari Badan Gizi Nasional dan Badan Pangan Nasional.
“Untuk memastikan penyediaan protein hewani yaitu ayam, telur, daging sapi, dan susu mencukupi kebutuhan program Makan Bergizi Gratis tersebut,” ucap Agung.
Di antara empat komoditas tersebut, susu dan daging sapi sejauh ini mayoritas masih mengandalkan impor. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, wacana impor sapi perah hingga sapi pedaging menjadi langkah yang hendak diambil Kementan.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia atau PPSKI, Rochadi Tawaf, sebelumnya mengatakan populasi sapi memang merosot akibat penyakit mulut dan kuku alias PMK pada tahun lalu. Jumlah sapi usai PMK sekitar 350 ribu ekor.
"Setelah PMK mungkin (produksi susu segar dalam negeri) 900 ribu ton, sementara kita butuhnya 4 juta ton," ujar Rochadi saat dihubungi Tempo pada Jumat, 5 Januari 2024.
Lebih lanjut, ia menanyakan siapa yang akan mengelola impor 1,5 juta ekor sapi perah tersebut. Apalagi, mencari sapi perah bukan hal yang mudah di tengah tantangan penyakit.
"Jadi yang pasti terdampak langsung kalau programnya jadi, tahun pertama dilakukan itu ya pasti industri peternak di luar negeri yang kena, industri susu yang seneng, importir-importir," ucap Rochadi.
Amelia Rahima Sari berkontribusi dalam penulisan artikel ini.