Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – PT Angkasa Pura I (Persero) masih berjuang memulihkan kinerja operasional dan keuangan yang terpuruk selama dua tahun masa pembatasan mobilitas. Vice President Corporate Secretary Angkasa Pura I, Rahadian D. Yogisworo, memastikan pergerakan penumpang di 15 bandara yang dikelola perseroan sudah nyaris mendekati kondisi normal.
“Jadi, recovery rate penumpang kami sudah 60,3 persen,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Pada paruh pertama 2019 atau masa sebelum merebaknya pandemi Covid-19, manajemen mencatat pergerakan total 37,89 juta penumpang. Sedangkan pada periode pertama tahun ini, volumenya mencapai 22,84 juta orang. Di tengah pemulihan produksi, Rahardian memastikan perusahaan masih menerapkan efisiensi biaya. Namun besaran penghematan operator bandara wilayah tengah dan timur Indonesia ini belum dipublikasi. “Masih konsolidasi,” katanya. “Ada penghitungan pendapatan PT Angkasa Pura I dan pendapatan anak usaha.”
-
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara tahunan, pergerakan penumpang di 15 bandara yang dikelola perseroan pun melonjak 55,9 persen, dari 14,56 juta orang pada semester pertama 2021. Volume pergerakan pesawat di seluruh lokasi yang dikelola Angkasa Pura I juga tercatat tumbuh 10,4 persen pada paruh pertama 2022. Adapun layanan kargonya naik 7,3 persen.
Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi, menargetkan pertumbuhan yang lebih besar pada semester II 2022. "Dari sisi pertumbuhan pergerakan penumpang, pesawat, dan kargo," katanya.
Jamaah haji tiba Terminal 2 Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur, 17 Juli 2022. ANTARA/Umarul Faruq
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bandara Teramai yang Dikelola AP I
Alih-alih di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, yang merupakan destinasi favorit, jumlah penumpang terbesar justru dibukukan perseroan di Bandara Juanda, Surabaya. Sejak Januari lalu dan lima bulan setelahnya, pergerakan pengguna jasa di bandara Surabaya itu mencapai 4,84 juta orang. Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar pun masih lebih ramai daripada Bandara Ngurah Rai, dengan volume 4,71 juta penumpang. Sedangkan di Bandara Ngurah Rai, Bali, berkisar 4,29 juta orang.
Dalam rapat di Komisi Transportasi Dewan Perwakilan Rakyat pada April lalu, Faik menyebutkan pergerakan total penumpang di bandara milik perusahaannya sempat mencapai 95 juta orang pada 2018. Ketika mobilitas penumpang mulai dibatasi pada Maret 2020, terutama saat penerbangan komersial ditutup sepenuhnya, volume tahunan penumpang pesawat itu anjlok hingga 32 juta orang.
Di sepanjang 2021 pun jumlahnya turun ke 28,2 juta karena larangan mobilitas masih terus muncul. Kondisi terparah tampak di Pulau Dewata yang normalnya dilintasi 24 juta penumpang per tahun. Pada tahun lalu, destinasi wisata favorit itu hanya dilalui sekitar 3 juta penumpang pesawat. “Angkanya semakin membaik sejak penumpang bisa terbang tanpa mengikuti tes Covid-19, asal sudah menjalani vaksinasi booster,” tutur Faik.
Pada akhir 2021, Direktur Keuangan Angkasa Pura I, Andy Saleh Bratamihardja, sempat menyebutkan masa operasional 2022 dan 2023 akan difokuskan untuk penyehatan keuangan. Meski masih mengelola 13 bandara pada 2019, pendapatan Angkasa Pura I mencapai Rp 8,93 triliun. Pandemi kemudian menggerus pemasukan hingga hanya Rp 3,9 triliun pada 2020, meski manajemen sudah mengelola 15 lapangan terbang.
Calon penumpang antre di Bandara International Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, 30 April 2021. ANTARA/Teguh Prihatna
Peneliti badan usaha milik negara dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, mengatakan animo penumpang pesawat baru bergeliat sejak awal tahun ini, sehingga kinerja para pengelola bandara komersial—termasuk Angkasa Pura I—belum bisa digenjot secara maksimal. Perusahaan masih akan menambal kewajiban yang menumpuk selama masa pandemi, termasuk utang jatuh tempo. “Untuk kembali berinvestasi, ekuitasnya masih berat,” kata dia, kemarin.
Menurut Toto, operator bandara pelat merah harus lebih aktif memburu mitra untuk pendanaan proyek baru. “Agar bisa menggarap proyek yang belanja modalnya besar, setidaknya bisa menerapkan skema kerja sama operasi (KSO).”
Cara itu mulai diterapkan Angkasa Pura I. Berkongsi dengan Incheon International Airport Corporation (IIAC) dan PT Wijaya Karya Tbk (Persero), perseroan menggarap bisnis Bandara Hang Nadim dengan durasi konsesi 25 tahun. Ketiganya membentuk konsorsium bernama PT Bandara Internasional Batam (BIB).
Adapun Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero), Muhammad Awaluddin, juga menggaet Changi Airport Group—entitas pengelola bandara asal Singapura—untuk menyokong pemulihan bisnis perseroannya. Kedua entitas menyasar pengembangan rute pariwisata. Manajemen Angkasa Pura II tengah meminta penyediaan ruang untuk promosi destinasi prioritas Indonesia di bandara Negeri Singa. “Penumpang internasional setelah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta dapat melanjutkan perjalanan ke lima destinasi superprioritas.”
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo