Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
ASDP Indonesia Ferry masih mampu mengais laba di masa pandemi.
Bisnis logistik dan dermaga eksekutif menyelamatkan keuangan ASDP Indonesia Ferry
ASDP membangun hotel dan properti di sekitar kawasan pelabuhan.
GELOMBANG yang menerjang pelaku usaha jasa kapal penyeberangan dan pelayaran jarak pendek di masa pandemi Covid-19 tak terlalu berpengaruh pada PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Ketika operator feri lain megap-megap lantaran sulit mendapatkan penumpang, ASDP tetap mampu mengais laba.
Setelah meraih laba Rp 326,3 miliar tahun lalu, ASDP, yang mengelola pelabuhan sekaligus kapal penyeberangan, bersiap kembali mencatatkan kinerja positif. Pada semester I lalu, ASDP meraih laba Rp 340 miliar sehingga di akhir tahun ada proyeksi keuntungan hingga lebih dari Rp 500 miliar. "Pada semester II kami memproyeksikan dapat mencetak laba Rp 202,34 miliar,” kata Sekretaris Perusahaan ASDP Shelvy Arifin pada pertengahan Agustus lalu.
Tahun lalu, pendapatan ASDP sebesar Rp 3,042 triliun, turun 2,65 persen jika dibanding pada 2019. Namun perusahaan pelat merah ini tetap bisa memupuk pendapatan kendati jumlah penumpang dan kendaraan yang diangkut turun. Pada 2020, jumlah penumpangnya 3.950.273 orang atau turun 45,46 persen jika dibanding pada tahun sebelumnya. Adapun jumlah kendaraan yang diangkut 4,81 juta unit atau merosot 28,56 persen.
Di tengah kesempitan akibat pandemi Covid-19, ASDP bisa mengoptimalkan angkutan logistik. Jumlah truk barang di sejumlah lintasan utama melonjak. Sepanjang 2020, ASDP mengangkut 990.177 ton barang atau naik 29 persen dibanding pada 2019. “ASDP dapat melewati tahun yang penuh tantangan dengan dukungan sektor logistik yang menjadi penopang keuntungan perusahaan,” kata Direktur Utama ASDP Ira Puspadewi dalam laporan perseroan 2020.
Kondisi ASDP berbanding terbalik dengan yang dialami operator feri swasta. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) Aminuddin Rifai mengatakan tingkat keterisian kapal di lintasan Merak-Bakauheni cuma 40 persen. Pada Idul Fitri, kondisinya sama. Padahal masa liburan itu biasanya menjadi momen panen untung bagi operator feri. “Macet di Hari Lebaran hanya terjadi di dermaga eksekutif. Dermaga reguler kosong,” ujar Aminuddin pada Selasa, 30 Agustus lalu.
Gerai makanan dan minuman di Dermaga Eksekutif Pelabuhan Bakauheni, Lampung, 7 Juli 2022. TEMPO/Subekti.
Dermaga eksekutif yang dimaksud Aminuddin adalah Dermaga 6 Merak, Cilegon, Banten; dan Dermaga 7 Bakauheni, Lampung Selatan, Lampung. Dua dermaga yang diresmikan pada 2019 itu menjadi aset utama ASDP karena menjadi pusat pergerakan angkutan penumpang dan barang di Bakauheni dan Merak.
Berdasarkan catatan Gapasdap, kapal ASDP yang beroperasi secara eksklusif di dermaga eksekutif bisa menempuh 180 perjalanan dalam sebulan. “Sedangkan kapal swasta di enam dermaga reguler hanya 80 trip sebulan,” ucap Aminuddin.
Kabar tentang ketimpangan nasib operator feri swasta dan ASDP dibenarkan oleh Direktur National Maritime Institute Siswanto Rusdi. Menurut dia, operator pelayaran swasta berdarah-darah karena tidak bisa mengoperasikan terminal eksklusif seperti ASDP. Bisnis mereka hanya bertumpu pada arus penumpang dan kendaraan. “Sedangkan ASDP bisa mengelola terminal sampai properti di Merak dan Bakauheni. ASDP pun bisa tetap sehat, sementara operator swasta tersengal-sengal,” tuturnya pada Jumat, 2 September lalu.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan ASDP Harry Muhammad Adhi Caksono menolak jika perusahaannya disebut memonopoli dermaga eksekutif. Menurut dia, kapal-kapal yang beroperasi di sana harus memenuhi standar pelayanan minimal, seperti kecepatan paling rendah 15 knot. ASDP, Harry menambahkan, hanya mengoperasikan delapan kapal di lintasan itu. “Tak seberapa jika dibandingkan dengan kapal-kapal swasta yang jumlahnya puluhan unit,” ujarnya pada Kamis, 1 September lalu.
Lantaran kinerja keuangannya moncer, ASDP bisa merambah bisnis lain di luar penyeberangan. Salah satunya pengelolaan aneka properti. Bisnis baru itu dikelola oleh PT Indonesia Ferry Property (Ifpro), yang berdiri pada 2017. Ifpro adalah perusahaan hasil patungan dengan PT Pembangunan Perumahan (Persero). ASDP mengempit 51 persen saham perusahaan ini.
Presiden Joko Widodo saat peresmian Hotel Meruorah di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Oktober 2021. Bumn.go.id
Pada Oktober 2019, Ifpro mendapat pinjaman sindikasi dengan plafon Rp 660 miliar. Dana terbesar berasal dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yaitu Rp 200 miliar, diikuti PT Bank Central Asia Tbk sebesar Rp 183 miliar dan BRI Agro (kini Bank Raya Indonesia) Rp 178 miliar.
Dengan bekal dana tersebut, Ifpro mengelola Sosoro Mall di Merak dan Anjungan Agung Mall di Bakauheni. Perusahaan ini juga membangun marina dan Hotel Meruorah di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, bersama PT Hotel Indonesia Group.
Pakar kemaritiman dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Raja Oloan Saut Gurning, menilai pengembangan bisnis ASDP di sektor properti dan pariwisata lebih ke soal pilihan pragmatis. Menurut Saut, ASDP hanya memanfaatkan lahan-lahan yang berada di sekitar pelabuhan atau terminal penyeberangan yang mereka kelola. “Seharusnya ASDP memperbesar perannya dalam bisnis angkutan penyeberangan dengan memperkuat armada, meningkatkan kualitas pelabuhan,” katanya pada Jumat, 2 September lalu.
Saut mengatakan ASDP sebetulnya berpeluang mengisi ceruk bisnis angkutan peti kemas. Di luar negeri, dia menambahkan, sudah terbentuk pola bisnis feri logistik yang menghubungkan pemilik kargo hingga ke wilayah terjauh.
Meski perlahan, ASDP mulai melebarkan bisnis angkutan logistik. Pada 26 Desember 2020, perusahaan ini memulai "angkat sauh" ke rute pelayaran feri jarak jauh, seperti Ketapang (Banyuwangi)-Lembar (Lombok). Rute ini dibuka untuk mengurangi lalu lintas truk pengangkut barang dari Jawa menuju Lombok yang melewati Pulau Bali.
ASDP juga membuka pelayaran jarak jauh untuk logistik dari Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, ke Makassar pada November 2021. Rute itu dilayari kapal-kapal ASDP dengan frekuensi perjalanan tujuh kali dalam sebulan. Jalur pelayaran Subang-Makassar menjadi lintasan jarak jauh kelima setelah Surabaya-Lembar, Jakarta-Surabaya, Patimban-Panjang, dan Ketapang-Lembar.
Di lintasan Patimban-Makassar itulah ASDP menggunakan kapal milik PT Jembatan Nusantara, operator feri swasta yang baru diakuisisi pada Februari lalu. Akuisisi terhadap Jembatan Nusantara menjadi strategi pengembangan bisnis ASDP untuk rute pelayaran jarak jauh sekaligus memperbanyak layanan kapal penyeberangan.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo