Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Adu Strategi di Bisnis Kendaraan Listrik

Lini bisnis kendaraan listrik beberapa perusahaan besar di Indonesia saling bersaing mengembangkan ekosistem. Bagaimana cara mereka mengoptimalkan pasar yang sedang subur?

19 November 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pameran otomotif Indonesia Electric Motor Show di Jakarta Convention Center, 28 September 2022. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Persaingan para penyedia produk kendaraan listrik—termasuk komponennya—akan semakin ketat pada tahun depan, seiring dengan mekarnya tren transisi energi. Dari beberapa entitas yang mulai kondang di bisnis ini, ada nama PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR)—lini bisnis kendaraan setrum milik Grup Bakrie atau PT Bakrie & Brothers Tbk—yang sudah mendesain rencana pengembangan ekosistem electric vehicles (EV) di Indonesia.

Direktur Utama VKTR, Gilarsi Wahyu Setijono, mengatakan ambisi elektrifikasi transportasi itu terbagi dalam tiga fase. “Fase pertama berfokus pada produk EV kami dulu, dari bus, truk, hingga sepeda motor,” tutur dia saat ditemui Tempo di kantornya, di Jakarta, Rabu, 16 November lalu.

Menurut Gilarsi, permintaan kendaraan listrik bisa didongkrak bila semakin banyak produk yang beredar di masyarakat. Pada segmen bus listrik, PT VKTR sebelumnya sudah menjadi pintu masuk BYD Auto, produsen bus asal Cina, untuk memasok 30 bus listrik berlantai rendah (low entry) ke rute Transjakarta. Pengadaan bus itu dilakukan oleh PT Mayasari Bakti yang mengikat kontrak operasi dengan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta). Manajemen masih akan mendorong pengadaan bus listrik jenis lainnya.

Pada saat yang sama, ada juga pengujian desain produk truk bertenaga listrik. “Targetnya tahun depan sudah ada purwarupa dan tes truk listrik karena portofolionya harus disusun berdasarkan ton,” ucap dia.

Pengujian desain sepeda motor listrik PT VKTR pun sudah memasuki tahap akhir. Dua dari empat model sepeda motor listrik yang dirancang perusahaan ditargetkan bisa terjun ke pasar pada pertengahan 2023. Gilarsi menyebutkan daya produksi sepeda motor listrik itu akan didorong hingga 1 juta unit per tahun. “Kami sudah menyiapkan empat model, dinamai V, K, T, dan R. Tipenya bisa seperti sepeda motor biasa dan ada juga skuter.”

Bus Listrik Transjakarta saat keluar dari Terminal Blok M, Jakarta, 12 Juni 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Dalam fase kedua pembangunan ekosistem kendaraan listrik, manajemen akan menggerakkan jaringan rantai pasok bahan baku baterai. Ekosistem ini otomatis disokong berbagai tambang nikel milik Grup Bakrie. “Ini soal memproses nikel untuk diekspor ke produsen baterai, yang produknya bisa kita tarik untuk kebutuhan di Indonesia juga,” kata dia.

Pada 23 Maret lalu, VKTR mengikat kesepahaman dengan British Volt, produsen baterai kendaraan listrik rendah karbon asal Inggris. Sumber Tempo yang memahami ihwal bisnis EV Grup Bakrie pun menyebutkan sempalan Grup Bakrie ini aktif berinvestasi di Equipmake Holdings Plc, perusahaan spesialis kendaraan komersial yang juga berbasis di Inggris. Produsen kendaraan roda dua listrik asal India—Ola Electric—juga turut dibidik sebagai mitra. Ada pula modal yang ditempatkan di pabrikan karoseri domestik, Tri Sakti.

Gilarsi enggan merinci kerangka waktu yang ditargetkan perusahaan pada setiap fase. Yang pasti, fase ketiga atau yang terakhir akan berisi target pembangunan pabrikan baterai mandiri di Indonesia.

Arus pendanaan yang bisa diasup ke VKTR oleh Bakrie and Brothers sebagai induk grup, dia meneruskan, akan berkisar US$ 500 juta pada fase satu. Adapun kebutuhan di fase kedua bisa menembus US$ 3-3,5 miliar. “Belum masuk (fase terakhir) untuk baterai, itu sendiri lagi,” ucap dia.

Rencana VKTR untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pertengahan November nanti pun demi menebalkan permodalan bisnis kendaraan setrum tersebut. Namun Gilarsi pun menolak membeberkan target pengumpulan dana dari proses penawaran perdana saham kepada publik (IPO).

Strategi Indika untuk Bisnis Kendaraan Listrik

Grup taipan lainnya, PT Indika Energy Tbk, belum akan menawarkan saham anak usaha di bidang EV kepada publik. Direktur Utama Indika Energy, Arsjad Rasjid, mengatakan keperluan dana untuk bisnis kendaraan listrik di grupnya masih diupayakan lewat kas internal dan utang. “Soal IPO masih dalam kajian internal. Kami berfokus mengundang venture capital dulu,” ucap dia kepada Tempo.

Emiten energi berkode saham INDY itu sebelumnya mendirikan Ilectra Motor Group (IMG)—entitas kongsi bersama pemodal ventura Alpha JEC dan Horizons Ventures—saat masuk ke bisnis kendaraan listrik. Sepeda motor listrik terobosan IMG, ALVA, bahkan sudah dikenalkan ke publik lewat pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) pada Agustus lalu.

Pengembangan produk sepeda motor listrik di Grup INDY akan digeber lewat PT Mitra Motor Group (MMG). PT Solusi Mobilitas Indonesia (SMI) disiapkan untuk keperluan retail sepeda motor dan suku cadangnya. Grup Indika juga sempat mengikat kongsi manufaktur kendaraan dan baterai bersama Foxtec Singapore Pte Ltd—afiliasi dari Grup Foxconn atau Hon Hai Technology yang merupakan pemain manufaktur elektronik global. Investasi yang disiapkan untuk ekosistem EV lewat perusahaan patungan itu mencapai Rp 65 miliar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lain lagi sepak terjang anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk—PT Wika Industri Manufaktur atau WIMA—dalam ekosistem kendaraan listrik. Saat mengisi diskusi virtual Tempo Energy Week pada 21 Oktober lalu, Direktur Utama WIMA, Muhammad Samyarto, menargetkan entitasnya sudah membangun jalur pemasaran dengan tujuh distributor dan 52 dealer di seluruh Indonesia. Saat ini perusahaan menyodorkan tiga tipe sepeda motor EV bernama Gesit serta produk EV roda tiga.

“Fasilitas produksi terpasang kami sudah mencapai 200 unit kendaraan per hari. Jadi kapasitas produksinya sudah 1,46 juta per tahun,” tuturnya.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang pun sebelumnya mengklaim iklim manufaktur kendaraan listrik semakin baik. Hingga bulan lalu, pemerintah sudah mendata aktivitas 4 produsen bus listrik, 3 produsen mobil listrik, serta 35 perusahaan penyedia EV roda dua dan roda tiga. “Total investasinya mencapai Rp 1,87 triliun,” tutur dia.

IDHAM VIRYAWAN | YOHANES PASKALIS

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus