Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kementerian Komunikasi dan Informatika menargetkan tahap pertama proyek BTS 4G selesai pada Juli mendatang.
Sejumlah konsorsium berjanji menyelesaikan pembangunan BTS 4G sebelum akhir tahun.
Pemerintah mengurangi jumlah pembangunan menara pemancar agar target tercapai.
JAKARTA – Waktu satu tahun tak cukup untuk menghadirkan sinyal Internet 4G di 4.200 desa dan kabupaten di wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T). Kementerian Komunikasi dan Informatika pun akhirnya menambah masa pembangunan stasiun pemancar atau base transceiver station (BTS) jaringan seluler 4G di wilayah tersebut hingga satu tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembangunan BTS 4G tersebut pada awalnya ditargetkan selesai dalam waktu setahun saat dimulai pada 2021. Setelah itu, pada 2022, pemerintah melanjutkan pembangunan tahap kedua di 3.704 lokasi lainnya. Namun Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), yang menjadi penanggung jawab proyek ini, menyatakan beragam hambatan yang dihadapi kontraktor membuat target itu mustahil tercapai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama BAKTI, Anang Lutfi, mengklaim kondisi pandemi, medan di lokasi pembangunan, dan konflik dengan subkontraktor berkontribusi membuat proyek ini molor. "Sehingga target kami terpaksa harus dikoreksi dan dilanjutkan sampai 2023 (untuk menyelesaikan seluruhnya)," kata dia kepada Tempo pada Selasa, 7 Juni lalu.
Pemerintah sempat memberikan perpanjangan waktu selama satu kuartal untuk menyelesaikan pembangunan tahap pertama. Namun belum ada kontraktor yang bisa merealisasikannya. Sampai 31 Maret 2022, baru 1.791 BTS yang berhasil berdiri dan memancarkan sinyal Internet.
Tower Base Transceiver Station (BTS) 4G Bakti di Desa Tolo'oi, Nusa Tenggara Barat. kominfo.go.id
Proyek ini digarap tiga kontraktor, yakni konsorsium Lintasarta, Huawei, dan Surya Energi Indotama, untuk wilayah Papua Barat; serta konsorsium Infrastruktur Bisnis Sejahtera dan ZTE Indonesia untuk wilayah Papua. Konsorsium lainnya terdiri atas Fiberhome, Telkom Infra, dan Multi Trans Data yang bertugas di Kalimantan, Nusa Tenggara, Sumatera, Maluku, dan Sulawesi.
Menurut Anang, para kontraktor tengah mengebut pekerjaan agar bisa menyelesaikan pembangunan BTS 4G tahap pertama tahun ini. Dari konsorsium yang dipimpin Lintasarta, dia mengaku sudah mengantongi komitmen penyelesaian pembangunan BTS tahap pertama pada Juli mendatang. BTS 4G yang digarap Infrastruktur Bisnis Sejahtera bakal rampung pada Desember.
Sementara itu, Anang menyatakan konsorsium Fiberhome berjanji menyelesaikan proyek pada Oktober nanti. Head of Project Management Implementation Fiberhome Telkom Infra MTD Consortium, Wang Tao, pada Jumat, 10 Juni lalu, menyatakan optimistis targetnya tak meleset lagi. "Fiberhome percaya diri untuk menyelesaikan 1.435 lokasi tahun ini dengan kualitas dan performa yang tinggi untuk melayani masyarakat di desa," kata dia lewat surat elektronik.
Kepala Divisi Infrastruktur Lastmile Backhaul BAKTI, Feriandi Mirza. baktikominfo.id
Kepala Divisi Infrastruktur Lastmile Backhaul BAKTI, Feriandi Mirza, menyatakan, selagi menyelesaikan pembangunan BTS yang harusnya beroperasi tahun lalu ini, para konsorsium juga mulai mencicil sisa pekerjaan lainnya. Dari target 3.704 lokasi yang awalnya ditargetkan selesai tahun ini, BAKTI hanya menugaskan pembangunan di 1.200 lokasi. Sisanya dikerjakan pada 2023. "Karena ada utang harus selesai, takutnya terlalu banyak yang dikerjakan, kami lakukan penyesuaian dengan mengurangi targetnya."
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate memastikan proyek pembangunan BTS 4G ini bisa segera selesai. "Paling lambat di kabinet ini harus selesai walau susah untuk memastikan ketersediaan pembiayaannya," tuturnya. Proyek ini mendapat pembiayaan dari rupiah murni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pendapatan negara bukan pajak Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta dana universal service obligation. Nilai kontrak proyek ini mencapai Rp 28,3 triliun.
Direktur Eksekutif ICT Institute sekaligus pengamat teknologi, Heru Sutadi, berharap Kementerian Komunikasi dan Informatika mengakselerasi pembangunan BTS 4G sehingga proyek ini tak tertunda terlalu lama. Sebab, akses Internet dinilai menjadi bagian penting untuk mewujudkan Indonesia sebagai digital hub di Asia. Indonesia diprediksi mampu memiliki ekonomi digital hingga senilai US$ 135-150 miliar pada 2025. "Semua baru di atas kertas dan itu bisa terwujud kalau infrastrukturnya siap dan ekosistem terbangun."
KHAIRUL ANAM | AISHA SHAIDRA | FRANCISCA CHRISTY ROSANA | VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo