Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Tekanan kenaikan tarif transportasi sulit dibendung. Operator transportasi harus putar otak untuk tetap menjaga daya beli konsumen. Kementerian Perhubungan pun meminta operator memberikan tarif terjangkau di tengah ancaman inflasi tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Maskapai pelat merah Garuda Indonesia, misalnya, menyatakan kesediaan untuk memenuhi imbauan tersebut dengan berupaya mengelola harga tiket agar tetap terjangkau. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengungkapkan salah satu upaya yang dilakukan adalah bergerilya menyajikan diskon dan promosi dalam berbagai bentuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami akan terus membuat promo-promo, walau secara harga kami akan mematok di tarif batas atas, kami juga tidak pernah tak taat pada aturan pemerintah soal harga,” ujar Irfan kepada Tempo, kemarin.
Terakhir, Garuda Indonesia menggelar Sales Office Travel Fair 2022, yang berlangsung pada 15-21 Agustus 2022 di semua kantor penjualan yang tersebar di domestik maupun internasional. Penawaran yang diberikan antara lain potongan harga sebesar 15 persen dan berbagai penawaran cashback bekerja sama dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Promosi ini berlaku untuk berbagai destinasi dan periode perjalanan hingga 28 Februari 2023.
Irfan pun berharap dapat melakukan efisiensi dari harga bahan bakar avtur yang beberapa waktu terakhir melonjak signifikan, sehingga berpengaruh pada komponen harga tiket. “Kami tentu berharap harga avtur bisa turun, sehingga surcharge (biaya tambahan) bisa hilang,” katanya.
Komitmen untuk menurunkan harga tiket juga disampaikan maskapai Super Air Jet. Direktur Utama Super Air Jet, Ari Azhari, mengungkapkan diskon dan promosi memang menjadi andalan untuk tetap menjangkau daya beli konsumen. “Karena harga tiket yang tidak menjangkau masyarakat juga akan membuat kami takut sendiri. Jadi, kami akan memberikan yang terbaik,” ujar Ari.
Ari mengamini bahwa melambungnya harga bahan bakar avtur menjadi faktor utama penyebab kenaikan harga tiket. “Untuk harga avtur yang terlalu tinggi ini akan kami bicarakan dengan pihak terkait, misalnya dengan Pertamina. Tidak bisa dari satu sisi saja.”
Dia menambahkan, sejauh ini kenaikan harga tiket pesawat pun tidak secara langsung berdampak pada penurunan permintaan secara signifikan. Menurut Ari, daya beli masyarakat masih relatif stabil. “Tapi pasti perubahan harga akan ada pengaruhnya ke daya beli. Sejauh ini okupansi pesawat pada jam sibuk 80 persen, masih bagus,” ucapnya.
Pramugari memperagakan alat keselamatan penerbangan dalam pesawat maskapai Super Air Jet di Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat, 4 Desember 2021. TEMPO/Nita Dian
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendukung inovasi yang dilakukan maskapai penerbangan untuk menstabilkan harga tiket pesawat. Dia berharap akan tercipta titik keseimbangan baru di industri penerbangan, yaitu tarif penerbangan yang lebih terjangkau disertai dengan kebangkitan industri penerbangan menjadi lebih kuat.
“Sektor perhubungan berkontribusi sebesar 21,27 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada kuartal II 2022 tumbuh di atas 5 persen. Jadi, momentum ini harus dilakukan dengan konsisten agar tidak menurun,” katanya.
Budi mengatakan maskapai penerbangan dapat terus melanjutkan diskon dan promosi, khususnya pada hari-hari tertentu, ketika okupansi pesawat sedang rendah. Misalnya, pada tengah pekan ketika okupansi rata-rata pesawat hanya 50 persen.
Masyarakat pun dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk mendapatkan harga tiket lebih murah, dan pada akhirnya secara kumulatif pendapatan maskapai akan meningkat karena angka keterisian penumpang naik. “Ini juga akan memberi ruang agar maskapai tidak mengenakan tarif batas atas pada waktu puncak.”
Berikutnya, Budi mendorong peningkatan peran pemerintah daerah untuk ikut memberikan subsidi dengan melakukan sistem block seat. Pemda, kata dia, dapat menjamin tingkat keterisian pesawat agar bisa lebih dari 60 persen.
Terakhir, Budi mengusulkan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk dapat menghilangkan atau menurunkan pajak pertambahan nilai avtur menjadi 5 persen. Terlebih untuk pesawat kecil seperti propeller yang melayani daerah-daerah pelosok. “Kalau semua upaya ini bisa dilakukan, kami berharap itu dapat menstabilkan harga tiket 15-20 persen,” kata Budi.
ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo