Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Medco Energi Internasional Tbk akan menjadi operator baru Blok Corridor.
Akuisisi Blok Corridor akan menghasilkan sinergi di wilayah kerja Medco di Sumatera.
Blok Corridor menjadi salah satu andalan produksi minyak.
JAKARTA - PT Medco Energi Internasional Tbk akan menjadi operator baru Blok Corridor. Perusahaan tersebut dalam proses akuisisi seluruh saham ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd dari Phillips International Investment Inc.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd merupakan pemilik ConocoPhillips Ltd, operator Blok Corridor yang saat ini memegang 54 persen hak partisipasi. Nantinya Medco Energi akan bekerja sama dengan PT Pertamina Hulu Energi Corridor dan Talisman Corridor Ltd, yang juga memiliki hak partisipasi masing-masing sebesar 10 persen dan 36 persen untuk mengelola lapangan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CEO Medco Energi, Roberto Lorato, menargetkan transaksi akuisisi perusahaan ini akan rampung pada kuartal pertama 2022. "Kami siap menyambut seluruh pekerja berkualitas dari Corridor PSC untuk bergabung dalam grup Medco Energi," katanya.
Blok Corridor saat ini memiliki dua lapangan produksi minyak dan tujuh lapangan produksi gas. Lapangan yang berada di Sumatera Selatan ini merupakan salah satu andalan di dalam negeri. Hingga kuartal III 2021, lifting minyak dari lapangan ini sebanyak 7.014 minyak barel per hari, melebihi targetnya yang dipatok 6.691 barel per hari. Sementara itu, realisasi salur gas dari blok ini mencapai 831 MMSCFD, kedua terbesar di Indonesia.
Kilang pencampuran dan penyimpanan bahan bakar PT Medco Energi di Tanjung Priok, Jakarta. Dok. TEMPO
Menurut Roberto, aksi korporasi ini akan menghasilkan sinergi yang kuat di wilayah kerja Medco Energi di Sumatera. Saat ini perusahaan juga memiliki hak pengelolaan lapangan minyak dan gas di Blok South Sumatera. Selain itu, ConocoPhillips Indonesia Holding memiliki 35 persen saham Transasia Pipeline Company Pvt Ltd. Perusahaan ini mengelola jaringan pipa gas untuk menyuplai pelanggan di Sumatera Tengah, Batam, dan Singapura.
Sumber Tempo yang mengetahui proses transaksi ini menuturkan sinergi bisnis tersebut menjadi alasan terbesar Medco Energi tertarik membeli saham ConocoPhillips. "Rencananya, hasil penjualan gas dari Corridor akan digabung dengan penjualan dari Natuna ke Singapura," ujarnya. Gas dari lapangan ini juga bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik perusahaan di Sumatera dan Jawa. Vice President Corporate Planning and Investor Relations Medco Energi Internasional, Myrta Sri Utama, tidak memberikan jawaban ketika dimintai konfirmasi mengenai hal ini.
Kabar penjualan saham ConocoPhillips mulai terdengar kencang saat perusahaan mengajukan permohonan pembukaan data room kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada Juni lalu. Menurut sumber Tempo, alasannya antara lain kondisi lapangan yang sudah mulai menua serta komersialisasi gas yang diproyeksikan menurun. Singapura diperkirakan lebih banyak memanfaatkan LNG dibanding gas pipa. Tempo berupaya menghubungi kanal media ConocoPhillips, tapi tak ada respons.
Saat itu ConocoPhillips baru menerima perpanjangan kontrak selama 20 tahun hingga 2043. Rencananya, perusahaan tersebut berperan sebagai operator selama tiga tahun pertama sampai 2026. Setelah itu, Pertamina akan menjadi operator hingga akhir masa kontrak. Dalam kontrak baru tersebut, porsi hak partisipasi ConocoPhillips menyusut menjadi 46 persen dan Pertamina naik menjadi 30 persen.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan komitmen PT Medco Energi untuk menerima pekerja ConocoPhillips di Blok Corridor sangat krusial saat transisi dilakukan. "Ini menyangkut kinerja karyawan di sana, jangan sampai mengganggu produksi," tuturnya. Namun, dengan pengalaman pengelolaan lapangan minyak dan gas Medco Energi, dia memperkirakan peralihan operator nantinya tak akan bermasalah.
VINDRY FLORENTIN, YANDHRIE ARVIAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo