Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Bahlil Pastikan Kesiapan Implementasi B40: Kami Sudah Bertemu Semua Perusahaan FAME

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan telah menyelesaikan sejumlah persiapan terakhir termasuk bertemu perusahaan pembuat fatty acid methyl ester (FAME).

1 Januari 2025 | 20.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pegawai mempersiapkan kendaraan berbahan bakar B40 sebelum uji jalan di Jakarta, Rabu 27 Juli 2022. Uji jalan kendaraan tersebut menggunakan dua bahan bakar yaitu B40 (60 persen solar dan 40 persen biodiesel) dan B30D10 (60 persen solar, 30 persen biodiesel dan 10 persen diesel biokarbon) yang bertujuan untuk mendapatkan rekomendasi teknis pada kendaraan bermesin diesel sebelum diaplikasikan secara luas. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - TEMPO.CO, Jakarta –  Program mandatori biodiesel 40 persen atau B40 mulai berlangsung per 1 Januari 2025. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan telah menyelesaikan sejumlah persiapan terakhir termasuk bertemu perusahaan pembuat fatty acid methyl ester (FAME) yang merupakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sudah selesai kok (persiapannya), saya kemarin sudah rapat dengan seluruh perusahaan pembuat FAME,” kata Bahlil ditemui Tempo di Gedung Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Selasa, 31 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahlil mengatakan, regulasi lewat Keputusan Menteri ESDM untuk menjalankan mandatori B40 juga sudah selesai dibuat. Sehingga, kata dia, eksekusinya bisa berjalan di awal 2025 ini.

Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung meninjau langsung persiapan persiapan implementasi B40 di Kilang Pertamina Refinery Unit II, Dumai, Riau. “Kami sudah melihat kesiapan dari sisi industri FAME sebagai bahan bakar nabati,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Sabtu, 28 Desember 2024.

Yuliot memperkirakan kebutuhan biodiesel untuk mendukung mandatorI B40 mencapai 15,6 juta kiloliter per tahun. Angka tersebut mencakup distribusi ke seluruh Indonesia, sehingga kesiapan dari sisi bahan baku dan rantai pasok menjadi prioritas utama.

Menurut dia, tantangan dalam penerapan kebijakan ini tak hanya terkait dengan ketersediaan bahan baku, tetapi juga kondisi geografis yang Indonesia yang beragam. Oleh karena itu, dia mengharapkan masukan dari berbagai badan usaha untuk memastikan kelancaran implementasi mandatory B40.

“Misalnya, wilayah seperti Dumai yang relatif panas, atau daerah dataran tinggi dengan suhu lebih dingin, apakah ada impact yang perlu disiapkan baik oleh Pertamina maupun badan usaha BBM yang akan melaksanakan mandatori B40,” kata dia.

Direktur Operasi PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Didik Bahagia mengatakan, PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan dua kilang utama untuk mendukung produksi B40, yakni Refinery Unit III Plaju di Palembang dan Refinery Unit VII Kasim di Papua. Adapun, pencampuran bahan bakar solar dengan bahan bakar nabati akan dilakukan oleh Pertamina Patra Niaga.

“Pada dasarnya, kilang kami rata-rata memproduksi bahan bakar B0. Tetapi, insya Allah kami siap untuk memproduksi B40,” ujar Didik.

Selain B40, Didik mengatakan, Pertamina juga telah berhasil memproduksi bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) dengan campuran 2,4 persen bahan bakar berbasis sawit. Produksi ini dilakukan di Green Refinery Kilang Cilacap melalui metode co-processing.

Hammam Izzuddin berkontribusi dalam artikel ini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus