Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyebut proyek investasi perusahaan minyak Rusia, Rosneft, dengan Pertamina di Kilang Tuban tengah dievaluasi. Pertamina diminta untuk melakukan penataan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau memang memungkinkan untuk dilanjutkan, kalau tidak harus ada solusi,” kata Bahlil ditemui usai rapat di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa, 10 Oktober 2023. “Nanti kita lihat, belum diputuskan.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sinyal hengkanya Rosneft dari proyek Kilang Tuban sempat disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ketua Umum Partai Golkar itu mengatakan diminta mencari investor baru lantaran pemangku kepentingan dari Rusia itu menghadapi blokade dan persoalan ekonomi akibat konflik geopolitik.
Kendati begitu Airlangga memastikan proyek strategis nasional tersebut masih terus berjalan. "Karena project masih (ada), cuma partner harus dicarikan," kata Airlangga dalam konferensi pers di Istana Negara pada Kamis, 5 Oktober 2023.
Kilang Tuban dibangun dengan kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu per barel per hari yang akan menghasilkan 30 juta liter bahan bakar minyak per hari untuk jenis gasoline dan diesel. Kilang tersebut juga disebut akan menghasil 4 juta liter avtur per hari, serta petrokimia sebesar 4,25 juta ton per tahun.
Nilai investasi proyek kilang Tuban mencapai US$ 3,8 miliar atau sekitar Rp 54,2 triliun. Kilang dengan kapasitas pengolahan 300.000 barel per hari itu diperkirakan dapat menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel.
Sekretaris Perusahaan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Hermansyah Y. Nasroen mengatakan, sejauh ini pihaknya masih bersama Rosneft untuk melaksanakan proyek pembangunan kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban.
"Saat ini GRR Tuban dalam progres penyiapan dokumen final investment decision (FID)," kata Hermansyah melalui pesan WhatsApp kepada Tempo, Sabtu, 7 Oktober 2023. "Secara paralel juga sedang dalam proses persiapan pemilihan pelaksana pekerjaan EPC (engineering, procurement, construction) GRR Tuban untuk mendukung fase konstruksi."
Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan akan sulit jika Pertamina harus mencari mitra baru dalam mengatasi isu Kilang Tuban. Lantaran tren konsumsi bahan bakar minyak (BBM) fosil kini semakin menurun seiring dengan kesadaran akan penggunaan energi yang lebih bersih.
Fahmy menyayangkan jika pembangunan kilang Tuban harus terhambat karena kondisi Rusia yang tengah mendapat sanksi atas perang di Ukraina. Sebab, Rosneft atau Rossiyskaya neft Oil Company bersama PT Pertamina (Persero) telah membentuk perusahaan patungan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) untuk pendirian Kilang Tuban pada November 2017 lalu.
"Saya lebih pilih Pertamina secara mandiri, membangun (kilang) sendiri. Saya yakin bisa," katanya dihubungi.
DANIEL A. FAJRI | RIRI RAHAYU