Balok es, katanya

SEDIKIT "pemotretan" kini juga disarankan ke Bagansiapi-api, pusat perikanan Riau. Sekali ini dari sana Suranto Suyud melaporkan untuk TEMPO: Selama 10 tahun berlaku sistim ekspor ikan segar tanpa L/C, yaitu dengan Purchase Order PO atau order pembelian) dari Bagansiapiapi dan 3 pelabuhan lainnya yang berdekatan: Panipahan, Pulau Halang dan Sinaboi. Mulai 10 Nopember 1976, PO ini tak berlaku lagi dan diganti dengan sistim Devisa Tunai yang berakibat cuma dari Bagansiapiapi dan Sinaboi saja ikan segar boleh diekspor. Tapi bagi Panipahan, yang 30 mil dari Bagansiapiapi dan 50 mil dari Sinaboi, perobahan sistim itu menjatuhkan harga jual nelayan setempat. Sedikitnya 600 ton/bulan, termasuk udang, dihasilkan oleh Panipahan. Namun pengusaha Panipahan tidak turut terpukul. Eksportir ikan tetap memberangkatkan kapalnya dari Bagansiapiapi dan Sinaboi ke Singapura. Sekembalinya dari sana, kapal itu biasanya membawa pulang balok es untuk menyegarkan ikan. Tapi ia mampir dulu di Panipahan membongkar balok es itu sebelum berjangkar dan memuat lagi ikan di Sinaboi maupun Bagansiapiapi. Ternyata di Panipanan selain balok es juga diturunkannya banyak barang selundupan eks Singapura. Dan barang itu kemudian sampai di Bagansiapiapi dengan kapal lain. Pihak Bea-Cukai di Bagan itu tenang saja. Tenang, manifes kapal ihan sekembalinya dari Singapura cuma menyebut: Balok es.