Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Transportasi berbasis penumpang belum pulih.
Biaya logistik di Kertajati diklaim lebih murah.
Pengusaha logistik mengaku belum tertarik mengirim barang melalui Bandara Kertajati.
JAKARTA – Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupaya mendongkrak potensi penerbangan kargo atau freighter di Bandara Kertajati, Kabupaten Majalengka. Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Jawa Barat, Taufiq Budi Santoso, mengatakan layanan kargo menjadi alternatif bisnis utama selain penumpang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Supaya tidak hanya bergantung pada transportasi yang berbasis penumpang, karena kondisinya (jumlah penumpang) belum kembali ke awal (sebelum pandemi),” katanya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Taufiq, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil telah menerbitkan surat edaran berisi imbauan dan tawaran insentif kepada pelaku usaha kargo domestik agar mau mengirimkan barang melalui Kertajati. Pada 20 Januari lalu, Ridwan juga menyurati Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk meminta dukungan ihwal hal yang sama.
Baik dalam surat edaran maupun surat permohonan tersebut, dia mengungkapkan perihal potensi terminal barang Kertajati seluas 4.480 meter persegi, yang daya tampungnya mencapai 37 ribu ton kargo per tahun.
Suasana sepi di terminal utama Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati, Majalengka, Februari 2019. TEMPO/Prima Mulia
Proyek strategis nasional yang dikelola PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) itu melayani kargo udara sejak 2019 ke sejumlah rute, seperti Makassar, Balikpapan, Kualanamu, serta Banjarmasin. “Potensi ekspor-impor Jawa Barat perlu dioptimalkan,” ucap Gubernur dalam surat tersebut.
Untuk merangsang minat pelaku logistik, Taufiq menyebutkan, pengelola bandara sudah menurunkan biaya surat muatan udara, jasa gudang, serta pemeriksaan regulated agent melalui Kertajati, sehingga lebih murah daripada bandara lain di kawasan barat Pulau Jawa. Layanan gudangnya pun diklaim cepat karena tidak ada antrean kargo.
Bandara Kertajati, menurut Taufiq, sudah masuk daftar kawasan pabean lewat Surat Keputusan Menteri Keuangan, lengkap dengan sertifikasi khusus dari asosiasi angkutan udara internasional (IATA), yaitu IATA Safety Audit for Ground Operation.
Menurut dia, pengembangan layanan kargo Kertajati bisa mendukung Metropolitan Rebana, proyek pusat industri anyar Jawa Barat yang akan terdiri atas 13 kota mandiri. Area yang namanya merupakan akronim dari Cirebon-Patimban-Kertajati itu diproyeksikan mencetak 4,3 juta pekerjaan dalam 20 tahun.
Salah satu proyek kotanya adalah Kertajati Industrial Estate Majalengka (KIEM), yang nilai investasi pembangunannya mencapai US$ 86 juta atau sekitar Rp 1,25 triliun. Pemerintah Jawa Barat, menurut Taufiq, juga terus berkoordinasi dengan PT Dwipapuri Abadi, pengembang KIEM. “Seluruh area dalam Rebana kami dorong menjadi super-kawasan ekonomi khusus.”
Pesawat di Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati, Majalengka, Februari 2019. TEMPO/Prima Mulia
Vice President Corporate Secretary Public Communication PT BIJB, Handika Suryo Syaiful, optimistis Kertajati bisa menjadi bandara pertama yang menyediakan jalur cepat penghubung transportasi darat, laut, dan udara. “Karena akan dibangun jalan tol, kereta cepat penumpang, dan kereta logistik yang menghubungkan Pelabuhan Patimban, Cirebon, Brebes, Subang, sampai Karawang,” ucapnya.
Manajemen BIJB, kata Handika, sedang menyeleksi mitra investasi untuk pengembangan aerocity Bandara Kertajati. Setelah memaparkan proyek dalam West Java Investment Summit pada akhir 2020, dia mengklaim BIJB menerima surat penjajakan dari beberapa calon investor.
Wakil Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia Bidang Rantai Pasok dan E-Commerce, Trismawan Sanjaya, mengatakan Bandara Kertajati belum menjadi jalur distribusi yang menarik bagi pelaku logistik. Dia beralasan, belum ada potensi muatan balik bila pengusaha barang mengirim truk menuju Majalengka. “Perlu dibangun peta komoditas unggulan di sekitar Kertajati agar ada returned cargo untuk kami,” ucapnya.
Alasan yang sama membuat pengusaha logistik asal Bekasi dan Karawang cenderung memilih Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, serta Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur, sebagai titik pemberangkatan kargo. “Karena ekosistemnya sudah solid dan terintegrasi baik.”
AHMAD FIKRI (BANDUNG) | YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo