Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

BI Tambah Kerja Sama Penggunaan Mata Uang Lokal

Bank Indonesia menghadapi tantangan untuk menarik pengusaha memakai skema transaksi LCS.

9 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Uang pecahan 100 dolar Amerika dan uang pecahan 100 ribu rupiah di penukaran matauan asing di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Bank Indonesia telah menyepakati kerja sama LCS dengan Jepang, Malaysia, Thailand, dan Cina.

  • Rasio penggunaan LCS masih rendah dibandingkan nilai perdagangan antar-negara.

  • Karena LCS, dalam sebulan Indonesia bisa mengurangi pemakaian dolar hingga US$ 117,3 juta.

JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) berupaya mendorong penggunaan mata uang lokal alias local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan dan investasi. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia, Doddy Zulverdi, mengatakan bakal memperluas kerja sama pemakaian mata uang dengan negara lain. Saat ini, Bank Indonesia telah menyepakati kerja sama LCS dengan Jepang, Malaysia, Thailand, dan Cina. “Ada beberapa negara yang sedang kami jajaki,” kata dia, akhir pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Doddy, peluang untuk mengoptimalkan skema LCS masih terbuka lebar. Sebab, rasio penggunaan LCS masih rendah dibanding nilai perdagangan antar-negara. Sebagai contoh, transaksi LCS antara Indonesia dan Jepang (JPY-IDR) yang berjalan pada awal September 2020. “Rasionya baru 0,1 persen. Kemudian pada periode Januari-Mei meningkat menjadi 3,4 persen,” kata Dody.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BI menghadapi tantangan dalam pelaksanaan skema LCS. Menurut Doddy, tak mudah menarik minat pengusaha agar memanfaatkan fasilitas LCS. Selain itu, masih banyak pengusaha yang memiliki kewajiban impor bahan baku menggunakan dolar Amerika Serikat. “Kami menggunakan strategi targeted approach kepada sektor atau pelaku usaha yang berpotensi memanfaatkan LCS.”

Penghitungan uang pecahan US$ 100 dan Rp 100 ribu di salah satu penukaran uang di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia, Donny Hutabarat, mengatakan bakal terus mendorong kerangka kerja sama LCS untuk mengurangi ketergantungan pada dolar Amerika. Saat ini, lebih dari 90 persen perdagangan Indonesia dengan negara-negara mitra di Asia ataupun di luar Asia menggunakan dolar Amerika. Dominasi dolar Amerika sebagai settlement currency dalam transaksi perdagangan dan investasi menimbulkan ketergantungan tinggi. Dampaknya, kurs rupiah menjadi sangat sensitif. Setelah menerapkan LCS, kata Donny, dalam sebulan Indonesia bisa mengurangi pemakaian dolar Amerika hingga US$ 117,3 juta.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, menuturkan perlu adanya upaya lanjutan untuk membuat kurs rupiah lebih menarik untuk digunakan dalam LCS. “Harus ada peningkatan kredibilitas dan kepercayaan terhadap rupiah dengan didukung oleh kebijakan ekonomi makro yang tepat,” ujarnya.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, kurs rupiah melemah 10 poin setelah sebelumnya sempat melemah 25 poin. Rupiah ditutup di level 14.352 per dolar Amerika. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, berujar penguatan dolar terhadap mata uang lainnya terjadi sebelum pengumuman data angkatan kerja terbaru. “Data itu dapat memberikan indikasi apakah Amerika Serikat bisa memperketat kebijakan moneter lebih awal dari Eropa dan Jepang,” ucapnya. Ibrahim memperkirakan kurs rupiah pekan ini cenderung melemah di 14.340-14.380 per dolar Amerika.

GHOIDA RAHMAH

Skema Transaksi Bilateral Local Currency Settlement

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus