MASALAH pemilikan 50% saham PT Indokaya Nissan Motors
(In-Nismo, penyalur tunggal mobil-mobil merk Nissan-Datsun
dalam bentuk terurai (CKD) di Indonesia sampai sekarang belum
juga selesai. Meskipun Persatuan Purnawirawan ABRI (Pepabri)
oleh Departemen Perindustrian sudah ditunjuk sebagai calon
pemegang saham yang baru sejak akhir Desember tahun lalu.
Keterangan itu terungkap dalam sebuah surat Probosutejo, Dir-Ut
PT Yudhistira Utama kepada Menteri Perindustrian A.R. Soehoed,
30 Maret 1980. Dalam surat tersebut, Probosutejo, bersama Hasjim
Ning, Frits Eman dari PT Udatin/Indauda, Djukardi Odang (Panca
Motor) dan Thaib Affan, ketua dari empat Affan bersaudara yang
bersengketa dengan induknya di Jepang, Marubeni-Nissan Morors
Coy., melaporkan berdirinya perusahaan PT Yudhistira Utama (YU),
sebuah pabrik kempa (press) mobil, yang ternyata menjadi anak
perusahaan PT In-Nismo.
Dan YU, yang dimiliki sekelompok pribumi terkemuka itu, rupanya
berambisi untuk membeli saham In-Nismo yang diperuntukkan bagi
Pepabri. "Kami beranggapan dari segi teknis permobilan Pepabri
--sebagai badan yang direncanakan pemerintah memiliki saham 50%
tersebut -- belum memiliki knowkow yang diperlukan, sehingga
risiko yang dipikulkan ke bahu Pepabri terlalu besar," tulis
mereka. Kelima penandatangan itu kemudian berjanji akan
menampung anggota-anggota Pepabri bekerja di perusahaan tersebut
dan menyisihkan keuntungan untuk Pepabri.
Pabrik kempa yang 40% sahamnya dimiliki Probosutejo, mewakili PT
Garmak Motor dan 30% sahamnya dimiliki kelompok Affan, mewakili
PT Raflesia Raya, sebenarnya adalah penerus dari PT Indopres,
yaitu kongsi In-Nismo dengan perusahaan swasta Jerman Barat,
Thyssen AG di Jl. Raya Bekasi, Jakarta Timur. Hasjim Ning, Fritz
Eman dan Djukardi Odang masing-masing memiliki 10% dalam pabrik
kempa yang kini bernama Yudhistira Utama itu.
Menunggu Affan
Barnabas Banggur, Asisten Dir-Ut PT Konsultasi Pembangunan
mengatakan, "bagi kami tak jadi soal siapa calon pembeli saham
itu." Hanya saja, menurut Barnabas, berdasarkan prosedur dan
ketentuan AD-ART PT In-Nismo, semua calon pembeli saham harus
berhubungan dengan Konsultasi Pembangunan. "Sebab kami sah
ditunjuk sebagai pengelola manajemen PT Konsultasi Pembangunan,"
katanya.
Barnabas menerangkan pihaknya sudah beberapa kali menghubungi
Mayjen (Purn. Sukardi, Ketua I Pepabri yang ditunjuk oleh
pemerintah uptuk mewakili para pemegang saham Pepabri. "Tapi
kami tak mendapat jawaban apa pun," kata Barnabas. Dia lalu
menunjuk pada AD-ART In-Nismo lagi, yang antara lain
menyebutkan: Sebulan sesudah penunjukan maka calon pembeli saham
harus melaksanakan transaksi. Kalau tidak, saham tersebut bisa
ditawarkan kepada pihak lain.
Mayjen Sukardi sendiri ketika ditemui pekan lalu berkata
"Persoalannya jangan dibalik bahwa kami yang ingin berinisiatif
membeli saham. Tapi kami ditunjuk dan kami setuju. " Menurut
Sukardi yang sehari-hari adalah Wakil Ketua F-KP di DPR, semua
soal InNismo itu terpulang pada kelompok Affan juga. "Kapan
mereka itu mau menyerahkan saham? Jika diserahkan besok, besok
juga kami bisa mulai bekerja " katanya.
Dia beranggapan berlarut-larutnya persoalan pengalihan
saham-saham PT In-Nismo itu bukan kesalahan Pepabri. "Itu
menunjukkan kebaikan dari Departemen Perindustrian yang memberi
waktu bagi Affan bersaudara untuk menyelesaikan urusannya. "
Sukardi juga merasa tak punya urusan dengan PT Konsultasi
Pembangunan, dan tak pernah merasa pernah menerima surat apa pun
dari mereka. "Jika ingin bertemu dengan saya, setiap waktu
silakan," katanya.
Bagaimana dengan tawaran Probosutejo dan kawan-kawan? Dengan
kalem tokoh Golkar itu menjawab, "saya tak bisa menghalangi
orang berbicara, namun saya juga ingin ketemu Pak Probo untuk
membicarakan hal itu." Salah satu keinginan Pepabri saat ini,
menurut Sukardi, memang memiliki perusahaan sendiri, antara lain
karena para anggota mereka yang tersebar di Indonesia.
Ia menyatakan tidak tertarik dengan tawaran kelima pengusaha
pribumi tadi. "Kalau sebagai agen tunggal saja, masakan kami tak
bisa," ujarnya. Ia lalu mengungkap sedikit riwayatnya. "Saya
dulu pernah bekas staf menteri perindustrian, karena itu saya
tahu persis bagaimana Hasjim Ning, Fritz Eman dan lainnya dulu
memulai melaksanakan bisnis permobilan." Menurut Sukardi,
Angkatan Darat itu "gudangnya perindustrian mobil, dan kami
memiliki banyak tenaga ahli di bidang ini." Namun begitu, Ketua
I Pepabri itu sampai sekarang belum juga bisa menyebutkan siapa
yang kiranya akan ditampilkan sebagai dirut In-Nismo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini