Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA akan mengembangkan produk pinjaman online alias pinjol lewat anak usahanya barunya, Bank Digital BCA, yang sebelumnya bernama Bank Royal Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Presiden Direktur BCA Suwignyo Budiman mengatakan, nasabah individual di Bank BCA ada sebanyak 17 juta, namun yang memiliki rekening pinjaman masih sangat sedikit. "Banyak yang belum bisa kita layani, terutama di lending. Ke depan kita akan mulai masuk dengan digital, mudah-mudahan bisa masuk ke sana," katanya, Senin, 15 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suwignyo menyebutkan ada beberapa tantangan dalam mengembangkan produk pinjaman online, misalnya tidak adanya jaminan yang diagunkan. "Selama ini bank meminjamkan menggunakan agunan, biasanya tekfin yang mengambil pasar tanpa agunan. Tapi bukan berarti tidak mungkin, ya kita lihat segmen tertentu," ucapnya.
Selain itu, Suwignyo mengatakan tantangan lainnya adalah mengatasi risiko kredit segmen tersebut. Namun ia yakin risiko pinjaman online dapat diatasi dengan cara berkolaborasi dan mengintegrasikan data dengan ekosistem lain.
"Untuk credit scoring kita tidak hanya menggunakan data yang ada, tapi kita juga menggunakan data sosial media, data dari public company, telco, segala macam. Ini memungkinkan. Kita bisa lihat karakternya seperti apa, itu bisa kita pakai untuk mengurangi risiko," kata Suwignyo.
Bank Digital BCA diketahui merupakan re-branding dari entitas bank kecil, yakni Bank Royal, yang diakuisisi perseroan tahun lalu. Rencananya, soft opening Bank Digital BCA akan dilakukan pada semester II/2020. Soft opening dilakukan untuk melakukan percobaan internal dengan menyesuaikan sejumlah aplikasi sebelum dirilis ke masyarakat umum.
BISNIS