IZIN untuk Kesra - tabungan berhadiah model Tahapan - akhirnya keluar juga, _ di tengah-tengah silang pendapat tentang manfaat tabungan itu sendiri. Ini diungkapkan Jumat pekan silam oleh Vice Chairman Bank Internasional Indonesia (BII) Boediarto Boentaran. Izin itu - atas nama Pemerintah - dikeluarkan oleh Bank Indonesia, Departemen Sosial, dan Departemen Kehakiman. Tabungan Kesra diselenggarakan oleh 20 bank swasta, yang dimotori BII, Bank Danamon, dan Bank Bali. Lampu hijau untuk Kesra bisa ditafsirkan sebagai konfirmasi sikap Pemerintah yang menganggap tidak perlu adanya pembaruan dalam sistem tabungan. Malah Binhadi, salah seorang Direktur Bank Indonesia, mengatakan, "Standardisasi tabungan tidak sesuai dengan jiwa kebijaksanaan deregulasi." (Bisnis Indonesia, 20 Juli 1989). Bahwa persaingan antarbank perlu dikhawatirkan, juga dibantah Menteri Keuangan J.B. Sumarlin. Dalam resepsi peresmian Bank Tiara Asia, pekan lalu Menteri mengatakan bahwa tak ada bank yang bangkrut karena persaingan. Kalaupun ada, tak lain karena tak mampu untuk mengelolanya secara profesional. Dari ucapan Sumarlin, jelaslah bahwa tekad Pemerintah untuk mobilisasi dana masyarakat tak mungkin tergoyahkan. Padahal, Perbanas mempertanyakan mobilisasi lewat tabungan berhadiah, yang kata ketuanya, Abdulgani, kurang mendidik itu. Yang rupanya tidak disetujui Pemerintah adalah jumlah hadiahnya. Kesra semula merencanakan hadiah Rp 1 milyar. Ini ditolak Pemerintah, sebab konon bisa menandingi SDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah). Coba bandingkan dengan Simpedes (simpanan pedesaan)--diselenggarakan Bank Rakyat Indonesia--yang tahun ini hendak memberikan undian Rp 4 milyar. Hadiah Simpedes agaknya tak jadi masalah, mungkin karena diberikan dalam bentuk barang-- antara lain mesin jahit, sepeda motor, dan mobil. Berapa besar undian Tabungan Kesra belum diungkapkan. Kuat dugaan, Kesra akan memberikan kupon per tabungan Rp 50.000 - sementara Tahapan per tabungan Rp 10.000. "Tapi itu belum pasti. Detail teknis pelaksanaan seperti besarnya undian dan kapan pelaksanaannya masih dibicarakan," kata Boediarto. Sejauh yang menyangkut kekhawatiran Perbanas, Boediartonelihat tabungan berhadiah tak akan membuat masyarakat menjadi tidak rasional. "Saya melihat semua orang adalah manusia ekonomis. Semua menghadapi berbagai cara berproduksi, dan setiap orang bebas memilih risiko untuk memaksimalkan pendapatannya," tutur sarjana ekonomi lulusan Universitas Ohio, AS. "Dengan memilih tabungan berhadiah, dia alan kehilangan 2,5% misalnya, tapi punya peluang dapat hadiah besar," kata Boediarto. Jika Perbanas mengkhawatirkan persaingan antara sesama bank, maka pelaksanaan Kesra merupakan salah satu cara untuk mempersatukan mereka. Menurut Dirut Bank Bali D. Ramli, hal ini sudah dicetuskan dalam pertemuan Perbanas, akhir Mei lalu. Waktu itu semua bank swasta non-Lippogroup diundang untuk membicarakan Kesra. Ternyata, hanya 20 bank yang ikut. Memang, ada pihak yang mengkhawatirkan bahwa tabungan berhadiah akan lebih banyak menyedot uang dari desa ke kota. Kemungkinan ini pun, rupanya, juga belum akan mengundang campur tangan Bank Indonesia. "Bank-bank yang mengumpulkan, terserah mereka mau dipakai ke mana," kata salah satu direktur merangkap juru bicara BI, Dahlan Sutalaksana. BI, kata Dahlan, hanya bisa memberikan pengarahan secara umum. Misalnya, kredit tak boleh diberikan kepada nasabah melampaui batas-batas yang telah ditentukan. Yang terpenting, tentu saja, uang yang ditanamkan masyarakat tak akan hilang. Tapi lebih penting lagi, investasi meningka dan masalah kesempatan kerja - khususnya bagi remaja terdidik yang kini semakin berjejal di kota-kota - bisa terpecahkan. Max Wangkar, Liston P.Siregar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini